SUMENEP, KOMPAS.com - Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Kalianget Sumenep, Jawa Timur, meminta warga Sumenep mewaspadai cuaca ekstrem dalam sepekan ke depan.
"Khususnya di daerah pesisir, itu berpotensi terjadinya cuaca ekstrem seperti hujan lebat, angin kencang, puting beliung, dan hujan es," kata Kepala BMKG Kalianget Sumenep, Usman Holid saat dihubungi, Kamis (17/11/2022).
Baca juga: Kasus Covid-19 Meningkat, Bupati Sumenep Minta Nakes Hingga RS Kembali Siaga
Usman menyebutkan, berdasarkan analisis kondisi iklim wilayah Sumenep dan sekitarnya, saat ini adalah musim hujan dan kondisi dinamika atmosfer masih cukup signifikan berpotensi mengakibatkan cuaca ekstrem.
Hasil analisis dinamika atmosfer itu menunjukkan adanya pola siklonik, di Laut Jawa yang menyebabkan daerah konvergensi.
Hal itu juga menyebabkan perlambatan kecepatan angin yang dapat meningkatkan aktivitas konvektif dan pertumbuhan awan hujan di kawasan Sumenep dan sekitarnya.
Baca juga: Jelang G20, Polisi Perketat Pengamanan Perbatasan Perairan Sumenep-Bali
Selain itu, lanjut Usman, dipengaruhi juga oleh aktifnya fenomena Madden Julian Oscillation (MJO), serta suhu muka laut di perairan Jawa Timur masih hangat dengan anomali antara +0.5 sampai dengan +2.5 derajat Celsius.
Akibatnya suplai uap air akan semakin banyak di atmosfer.
Kondisi itulah mempengaruhi pembentukan awan-awan Cumulonimbus yang semakin intens dan dapat mengakibatkan cuaca ekstrem seperti hujan lebat, angin kencang, angin puting beliung dan hujan es.
"Jadi, masyarakat diimbau untuk selalu waspada dan berhati-hati dalam beraktivitas, serta selalu update informasi berkaitan dengan cuaca melalui media informasi yang sudah disediakan," tambahnya.
Baca juga: Jalan Penghubung 3 Desa di Sumenep Ambles, Aktivitas Warga Terganggu
Puncak musim hujan sendiri diprediksi akan terjadi pada bulan Januari dan Februari 2023.
Selama musim itu pula, warga terutama nelayan tetap diminta waspada saat melakukan penangkapan ikan.
Selain membaca tanda-tanda alam seperti kemunculan awan Cumulonimbus yang berbentuk seperti bunga kol bergulung-gulung, lanjut dia, nelayan perlu juga mengakses informasi cuaca terbaru yang dirilis BMKG.
"Informasi dari BMKG melalui aplikasi Info BMKG bisa dijadikan pijakan keputusan, terutama untuk nelayan apakah akan melaut atau tidak. Kapan harus berlayar, dan kapan harus menunggu," pungkasnya.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.