Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Berawal Nongkrong di Kafe, 5 Mahasiswa Malang Produksi Jam Tangan dari Ampas Kopi

Kompas.com - 15/11/2022, 06:01 WIB
Nugraha Perdana,
Pythag Kurniati

Tim Redaksi

MALANG, KOMPAS.com - Lima mahasiswa dari Universitas Negeri Malang (UM) mengubah ampas sisa minuman kopi menjadi jam tangan yang bernilai ratusan ribu rupiah.

Ide kreatif itu berawal dari seringnya para mahasiswa nongkrong di kafe dan melihat ampas kopi yang dibuang begitu saja.

Baca juga: Prakiraan Cuaca di Malang Hari Ini, 15 November 2022: Pagi Cerah Berawan dan Sore Hujan Ringan

Lima mahasiswa tersebut adalah Dwi Suryo Sumbodo dan Frans Goesmar Prabunata dari jurusan Desain Komunikasi Visual.

Kemudian, Silvi Tri Oktavia dari Jurusan Fisika, Dhea Risma Pramestasari dari Jurusan Ilmu Kesehatan Masyarakat, dan M Riyan Bagus Widyanto dari Jurusan Ekonomi Pembangunan.

Dwi Suryo Sumbodo mengatakan, ide pembuatan jam tangan dari ampas sisa minuman kopi berawal dari dirinya bersama kawan-kawannya sering nongkrong di kafe.

"Awalnya suka ngopi nongkrong di kafe dari sore sampai malam, kita suka lihat orang-orang di kafe-kafe kalau membuat kopi, ampasnya langsung dibuang dan jumlahnya enggak sedikit banyak," kata Suryo saat dihubungi pada Senin (14/11/2022).

Baca juga: Viral Laptop dan Kamera Turis Asal Jerman Hilang di Bus Jepara-Malang, Polisi: Sudah Sebulan Lalu

Selanjutnya, Suryo membaca peluang bahwa jam tangan erat kaitannya dengan fashion. Sedangkan kopi saat ini juga dinilainya sudah menjadi lifestyle dari kehidupan anak muda.

Sehingga, dirinya memiliki pemikiran untuk bagaimana menggabungkan dua hal tersebut menjadi produk yang memiliki nilai ekonomis dan ramah lingkungan.

"Muncul ide bagaimana kalau membuat jam tangan yang bisa dikombinasikan dengan baju sehingga bisa di-mix and match, akhirnya tercetuslah kita membuat produk jam tangan dari ampas kopi itu," katanya.

Kemudian, ide yang baru tercetuskan pada Juli lalu direalisasikan untuk mengikuti Program Kreativitas Mahasiswa atau PKM. Proposal yang dibuat lolos untuk mendapat pendanaan dari Kemendikbud RI.

"Baru benar-benar terealisasi saat PKM, di kampus UM yang lolos pendanaan dari 400 proposal yang masuk, yang lolos 30 proposal, pendanaannya kita mendapatkan Rp 6.900.000, sekarang kita tahap final PIMNAS," katanya.

Baca juga: Kasus Covid Meningkat Jelang Natal dan Tahun Baru, PHRI Kota Malang Waswas

Ampas sisa minuman kopi mereka dapatkan dari kafe-kafe yang ada di sekitar Malang seharga Rp 2.000. Kemudian, ampas kopi tersebut dihaluskan dan dikeringkan.

Setelah kering, ampas kopi dicampur dengan bahan perekat dan menjadi padat yang selanjutnya dimasukkan ke cetakan serta dibentuk menjadi kerangka jam tangan.

Cetakan tersebut terbuat dari silicon rubber yang dibuat sendiri. Namun, rencananya ke depan, cetakan akan menggunakan mesin ukir.

"Terus dipadatkan, di-press sampai padat seperti balok, kemudian kita bentuk kerangka jam tangannya. Ada proses dipanaskan untuk melelehkan bahan-bahan perekatnya itu, juga ada lem untuk memadatkan, resin itu untuk pelapisnya saja supaya mengkilap," katanya.

Baca juga: Tersenggol Ekskavator Pengerjaan Gorong-gorong, Pipa PDAM Kota Malang Jebol, Belasan Ribu Pelanggan Terganggu

Setiap bulan, Suryo dan kawan-kawannya bisa memproduksi puluhan jam tangan. Setiap kali produksi dibutuhkan sekitar 5 kilogram ampas kopi.

"Kita sekali ambil ampas dari kafe bisa sekitar 5 kilo, itu bisa jadi sekitar 20 jam tangan, jadi setiap jam tangan kebutuhannya sekitar 100 gram, untuk sekali masa produksi antara dua sampai tiga hari waktunya," katanya.

Untuk harga setiap jam tangan yang diberi brand excoff itu dijual sekitar Rp 350.000. Dikatakannya, saat ini untuk model jam tangan excoff masih satu jenis saja dengan diberi nama Series Pamor.

Dia mengungkapkan, untuk bentuk kepala jam tangan terinsipirasi dari bentuk biji kopi. Sedangkan, untuk gelang jam tangan terinsipirasi dari motif pamor keris.

"Itu ada dua motif, Pamor Udan Mas artinya hujan emas yang artinya membawa kemakmuran, memberi rejeki, kesejahteraan. Satunya lagi Parisauli dari kata padi saumpai artinya juga sama kemakmuran, rejeki, jadi ini filosofi jawa," katanya.

Dia juga menjamin bahwa produknya itu cukup kuat dengan hasil uji kekerasan yang sama seperti kayu pada umumnya.

Suryo mengatakan, produk jam tangan tersebut juga diberikan garansi kerusakan selama enam bulan. Sedangkan untuk mesin jam tangan menggunakan produksi dari salah satu brand di Jepang.

Baca juga: [POPULER FOOD] 5 Tempat Makan Sego Sambel di Malang| Resep Spikoe Kuno Surabaya

"Untuk mesin jam tangannya, kita pesan ke salah satu brand dari Jepang, karena merek yang kita pakai ini berdasarkan data-data yang kita ambil dan dipakai oleh brand-brand jam tangan kayu lokal lainnya, kita menyesuaikan menggunakan mesin jam yang sama spesifikasi dengan brand-brand tersebut, jadi sudah terjamin kualitasnya agar produk kita enggak kalah," ungkapnya.

Jam tangan tersebut dipasarkan melalui Instagram dan berbagai platform marketplace. Menurutnya, antusias pembelian jam tangan excoff cukup baik. Rata-rata para pembeli di usia antara 25 tahun hingga 35 tahun.

"Yang beli biasanya kalangan anak muda di range 25-35 tahun, yang beli kebanyakan di luar Malang, ada yang dari Samarinda, Surabaya, Bali juga," katanya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Pria di Gresik Ditangkap Polisi atas Dugaan Pencabulan 2 Anak Tiri

Pria di Gresik Ditangkap Polisi atas Dugaan Pencabulan 2 Anak Tiri

Surabaya
Ramai Hajatan Pernikahan di Sidoarjo, Tamu Undangan Diberi Kasur Lipat

Ramai Hajatan Pernikahan di Sidoarjo, Tamu Undangan Diberi Kasur Lipat

Surabaya
9 Remaja Ditangkap usai Culik dan Aniaya Pemuda di Surabaya

9 Remaja Ditangkap usai Culik dan Aniaya Pemuda di Surabaya

Surabaya
Pencuri Besi Penambat Rel KA Ditangkap di Pasuruan, Puluhan Barang Bukti Diamankan

Pencuri Besi Penambat Rel KA Ditangkap di Pasuruan, Puluhan Barang Bukti Diamankan

Surabaya
Begal Payudara di Situbondo Tertangkap Warga, Pelaku Terancam 9 Tahun Penjara

Begal Payudara di Situbondo Tertangkap Warga, Pelaku Terancam 9 Tahun Penjara

Surabaya
Komplotan Pencuri Ban Serep Ditangkap Polisi di Tol KLBM

Komplotan Pencuri Ban Serep Ditangkap Polisi di Tol KLBM

Surabaya
Remaja Korban Pemerkosaan di Banyuwangi Diminta Menikahi Pelaku, Pemkab: Tak Boleh Terjadi

Remaja Korban Pemerkosaan di Banyuwangi Diminta Menikahi Pelaku, Pemkab: Tak Boleh Terjadi

Surabaya
Plafon Ruang Kelas SDN di Magetan Ambrol, 3 Tahun Tak Ada Perbaikan

Plafon Ruang Kelas SDN di Magetan Ambrol, 3 Tahun Tak Ada Perbaikan

Surabaya
Mobil Terbakar di Parkiran RS Kertosono, Pemicunya Diduga 'Powerbank'

Mobil Terbakar di Parkiran RS Kertosono, Pemicunya Diduga "Powerbank"

Surabaya
Pria Ini Curi iPhone 11 dan Minyak Angin untuk Biaya Persalinan Istrinya

Pria Ini Curi iPhone 11 dan Minyak Angin untuk Biaya Persalinan Istrinya

Surabaya
Lembah Mbencirang di Mojokerto: Daya Tarik, Harga Tiket, dan Jam Buka

Lembah Mbencirang di Mojokerto: Daya Tarik, Harga Tiket, dan Jam Buka

Surabaya
Memaksa Minta Donasi untuk Palestina, 2 WNA Diamankan Imigrasi

Memaksa Minta Donasi untuk Palestina, 2 WNA Diamankan Imigrasi

Surabaya
Balon Udara Jatuh dan Meledak di Pacitan, Ketua RT: Suara Terdengar sampai 1 Km

Balon Udara Jatuh dan Meledak di Pacitan, Ketua RT: Suara Terdengar sampai 1 Km

Surabaya
Balon Udara Jatuh dan Meledak di Rumah Warga Pacitan, 4 Orang Luka

Balon Udara Jatuh dan Meledak di Rumah Warga Pacitan, 4 Orang Luka

Surabaya
Mantan Kades Tersangka Korupsi Dana Desa di Situbondo Kembalikan Uang Rp 287 Juta

Mantan Kades Tersangka Korupsi Dana Desa di Situbondo Kembalikan Uang Rp 287 Juta

Surabaya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com