MALANG, KOMPAS.com - Tragedi Kanjuruhan menorehkan trauma bagi para penyintas.
Mereka tak hanya bergulat dengan luka fisik, tetapi juga memori kelam atas kejadian yang merenggut 132 nyawa tersebut.
Remaja itu bernama Rusdi. Dia tampak hilir mudik di sekitar Stadion Kanjuruhan, Malang, Jawa Timur.
Wajahnya kebingungan seperti orang linglung. Tatapan matanya kosong.
Berkeliling di kawasan Stadion Kanjuruhan ternyata sudah dilakukan oleh Aremania asal Krucil, Probolinggo, itu selama lebih dari 10 hari.
Alasannya, untuk menemani temannya yang sudah tiada.
Baca juga: Kisah Mereka yang Pulang dari Stadion Kanjuruhan Malang...
Tiga orang teman Rusdi menjadi korban tewas dalam tragedi Kanjuruhan.
"Kami coba tanyai, dia mengaku awalnya sempat pulang (ke Probolinggo) mengantarkan ketiga temannya yang sudah tewas, tapi kembali lagi ke Malang," kata Suhartini, seorang petugas kebersihan toilet di Stadion Kanjuruhan, Rabu (12/10/2022).
"Saya tanyakan kan temanmu sudah meninggal, kenapa masih ditemani? Dia menjawab takut," imbuh Suhartini.
Baca juga: Pintu Tribune 13, Saksi Bisu Hilangnya 131 Nyawa dalam Tragedi Kanjuruhan...
Suhartini menjadi salah satu sosok yang menyadari keberadaan Rusdi selama lebih dari 10 hari di Stadion Kanjuruhan.
Mulanya, Suhartini mengira, Rusdi adalah remaja biasa yang datang untuk memanjatkan doa bagi para korban tewas atau untuk keperluan lainnya.
Namun, setiap hari Suhartini melihat Rusdi menggunakan toilet stadion untuk mandi dan buang air.
Suhartini mengetahui identitas Rusdi dari kartu pemeriksaan psikolog RSUD Kanjuruhan.
"Dia kerap terlihat berlalu lalang selama 10 hari ini," kata Suhartini.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.