Mereka lantas berjalan menyusuri tangga tribune menuju pintu keluar 13 yang juga menjadi tempat mereka masuk ke stadion. Ternyata, banyak orang yang juga menuju pintu tersebut. Elmiati dan keluarganya pun turut berdesakan.
"Posisi saya ada di pinggir di tangga pegangan biru-biru (pegangan anak tangga) itu. Suami saya berada di dekat pintu gerbang. Suami saya berada di baris kedua dekat pintu gerbang (yang tertutup)," jelasnya.
Namun, karena banyaknya massa, Elmiati yang semula berada di belakang suaminya, terpisah. Tubuhnya pun tergencet.
Kala itu, Elmiati sudah pasrah dengan kehidupannya. Pernapasannya sesak akibat paparan gas air mata, sementara tubuhnya karena berdesak-desakan dengan banyak orang.
Di tengah kepasrahannya, tiba-tiba tubuh Elmiati ditarik orang lain agar terhindar dari desakan kerumunan.
Nyawa Elmiati terselamatkan. Namun, tidak dengan anak dan suaminya. Mereka ditemukan dalam kondisi meninggal dunia di dua rumah sakt berbeda pada Minggu (2/10/2022) dini hari.
Baca juga: Kisah Mereka yang Pulang dari Stadion Kanjuruhan Malang...
Terkait tragedi Kanjuruhan, Atok dan Elmiati berharap agar kasus diusut tuntas dan dilakukan evaluasi.
Atok berharap agar tragedi Kanjuruhan diusut tuntas, seperti yang dikatakan Presiden Joko Widodo (Jokowi).
"Presiden (Jokowi) mengatakan akan berjanji mengusut tuntas pelaku-pelakunya, itu saya lega, janjinya presiden saya tunggu. Harapannya oknum pelaku yang menembak (diusut tuntas), gas air mata itu seperti membunuh atau racun," harapnya.
Sementara itu, Elmiati meminta agar sejumlah pihak mengevaluasi sistem pengamanan di dalam stadion.
"Kenapa yang ricuh di lapangan. Tapi kok yang di tribune juga ikut ditembak gas air mata, karena ada anak kecil," terangnya.
Baca juga: FIFA Larang Penggunaan Gas Air Mata di Stadion, tapi Mengapa Polisi Menembakkannya di Kanjuruhan?
Ia membeberkan, dirinya sudah tak peduli dengan penanganan tragedi Kanjuruhan. Ia memilih pasrah.
"Terserah, pasrah (soal penyelidikan). Yang penting agar tidak terjadi masalah lagi," tandasnya.
Ketika mengunjungi Rumah Sakit Saiful Anwar (RSSA), Kota Malang, Jawa Timur, Presiden Jokowi berjanji kepada korban dan keluarganya untuk mengusut tuntas tragedi Kanjuruhan.
Untuk mengusut kasus ini, Jokowi telah membentuk Tim Gabungan Independen Pencari Fakta (TGIPF) yang dipimpin Menteri Koordinator Politik, Hukum, dan Keamanan Mahfud MD.
"Kenapa dibentuk tim pencari fakta independen karena kita ingin usut tuntas, tidak ada yang ditutupi, yang salah juga diberi sanksi, kalau masuk pidana dipidanakan," paparnya.
Jokowi menjelaskan, dirinya telah meminta Mahfud untuk mengusut tuntas tragedi Kanjuruhan secara cepat.
"Sudah disampaikan Menko Polhukam, beliau minta satu bulan, tapi saya minta secepatnya," kata Jokowi.
Sumber: Kompas.com (Penulis: Kontributor Malang dan Batu, Nugraha Perdana | Editor: Dheri Agriesta)
Sebagian artikel ini telah tayang di SuryaMalang.com dengan judul Kisah Memilukan Tragedi Arema: PNS Gendong Korban Hingga Tewas, Istri Kehilangan Suami dan Anak
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.