Dalam keadaan tergencet di antara tubuh ratusan orang, Elmiati sudah pasrah.
"Saya sudah pasrah kalau nanti ikut meninggal, saya meninggal dengan suami dan anak saya, pikiran saya cuma begitu," kata dia dengan mata berkaca-kaca.
"Itu orang-orang masih teriak-teriak. Ada yang keluar busa, ada yang sekarat, saya lihat sendiri," lanjutnya.
Baca juga: 9 Komandan Brimob Dicopot Usai Tragedi Kanjuruhan Tewaskan 125 Orang, Siapa Saja?
Elmiati selamat setelah tubuhnya ditarik oleh orang lain menjauhi kerumunan.
Tiga jam setelah kejadian mengerikan itu, Elmiati mendapati buah hatinya terbujur kaku di salah satu lorong kamar mayat RSUD Kanjuruhan Malang.
Sejam berselang, jasad suaminya ditemukan di kamar mayat RS Wava.
Baca juga: Cerita Asisten Pelatih Persebaya, Tertahan di Kanjuruhan, Tegang Saat Diangkut Rantis
Slamet Sanjoko, Aremania Korwil Batur menuturkan kembali detik-detik tragedi yang membuat 125 nyawa melayang.
Menurutnya, laga Arema FC dan Persebaya berlangsung kondusif sampai terjadi gejolak sesaat setelah wasit meniup peluit tanda berakhirnya pertandingan, sekitar pukul 22.00 WIB.
Sebelum ribuan suporter masuk ke dalam lapangan, ada dua orang yang meminta untuk berfoto bersama pemain.
Baca juga: Sukardi Mengaku Tak Bisa Tidur pada Malam Saat Putrinya Tewas di Stadion Kanjuruhan
"Awalnya ada dua orang yang mau berfoto setelah pertandingan bersama pemain Arema FC. Kami sudah menyampaikan ke petugas untuk tidak memberikan izin," katanya, seperti dilansir Antara.
Namun dua suporter tersebut kemudian diizinkan karena terus-menerus membujuk.
Dua orang tersebut menghampiri pemain Arema FC yang ketika itu masih di dalam lapangan.
Dia menduga, keduanya juga meminta pemain memohon maaf pada suporter atas kekalahan tim berjuluk Singo Edan tersebut.
"Dua anak itu yang akan berfoto mendekat ke pemain Arema FC," kata dia.
Tak lama, ribuan orang lainnya menyusul masuk ke lapangan hingga terjadi kerusuhan.
Slamet dan rekan-rekannya segera mengemasi bendera yang mereka bawa dan mencari jalan keluar setelah melihat potensi situasi tak terkendali.
Namun tiba-tiba tembakan gas air mata mengarah ke tribune penonton.
"Kalau (tembakan gas air mata) yang masuk ke lapangan mungkin masih bisa kami terima karena memang melanggar batas area. Tetapi, kenapa yang di tribune? Salah apa ditembak gas air mata?" kata dia.
Ribuan penonton di tribune pun berdesak-desakan, ada yang terjatuh dari tribune, terinjak-injak, hingga 125 orang meninggal dunia.