Teguh bercerita, dirinya tidak mengenal siapa sosok yang tubuhnya dia angkat.
Tak ada satu pun petunjuk identitas yang ditemukan.
Namun yang pasti, kata Teguh, pada saat digotong, mulut korban masih bergetar.
"Tapi saat kami letakkan di lantai, berselang beberapa menit sudah tidak ada lagi getaran mulutnya. Setelah kami cek urat nadi di leher dan tangannya sudah tidak lagi berdetak. Kakinya pun berubah menjadi dingin," ujar Teguh lirih.
Ternyata, orang yang sempat digotongnya telah meninggal dunia.
Baca juga: Tragedi Kanjuruhan Tewaskan Ratusan Suporter, Gas Air Mata hingga Kapasitas Stadion Jadi Sorotan
Teguh mengatakan, kurang lebih ada 10 korban yang dievakuasi ke ruang ganti pemain.
Namun dari 10 orang tersebut, empat di antaranya meninggal dunia di lokasi itu.
"Akhirnya setelah beberapa waktu, korban-korban itu kemudian dievakuasi oleh jajaran kepolisian ke rumah sakit," katanya.
Menurut Teguh, saat itu ia bersama pemain yang lain masih tertahan di ruang ganti hingga pukul 04.00 WIB.
Baca juga: Aremania Korwil Batur: Salah Apa yang di Tribune sampai Ditembak Gas Air Mata?
Hal itu, karena manajemen memberikan kebijakan untuk tidak pulang terlebih dahulu dengan alasan keamanan.
"Karena kan situasi tidak kondusif saat itu. Banyak Aremania dan korban yang dievakuasi di ruang utama stadion, yang berada tepat di depan ruang ganti kami," ujar dia.