MALANG, KOMPAS.com- Stadion Kanjuruhan di Kecamatan Kepanjen, Kabupaten Malang, Jawa Timur menjadi saksi bisu tragedi dengan jumlah korban terbanyak dalam sejarah sepak bola Indonesia, Sabtu (1/10/2022).
Data Dinas Kesehatan Kabupaten Malang menyebutkan, hingga Minggu (2/10/2022) malam, sebanyak 125 orang tewas usai laga Arema FC melawan Persebaya di kandang Singo Edan.
Sederet hal disebut-sebut sebagai penyebab timbulnya ratusan korban jiwa. Sejumlah pihak pun seolah saling menuding saat publik meminta pertanggungjawaban atas tragedi ini.
Baca juga: UPDATE MINGGU MALAM: Jumlah Korban Jiwa Kerusuhan Stadion Kanjuruhan 125 Orang
Penggunaan gas air mata menjadi salah satu hal yang paling disorot.
Menurut suporter, aparat menembakkan gas air mata sekitar pukul 22.00 WIB, sesaat setelah pertandingan berakhir.
Saat itu ribuan suporter turun ke lapangan untuk memprotes manajemen Arema lantaran tim tersebut kalah dari Persebaya.
Tembakan gas air mata mengarah ke tribun penonton.
Baca juga: Tragedi Stadion Kanjuruhan Malang, Pengamat: Pihak yang Bersalah Terancam Pidana
"Saat itu petugas keamanan menembakkan gas air mata ke arah tribun 12," kata Doni (43), Aremania asal Kota Malang, Jawa Timur.
Tembakan gas air mata itu pun menyebar hingga ke tribun lainnya.
"Asap itu membuat perih mata, para penonton langsung berhamburan turun untuk segera keluar stadion," kata dia.
Menurutnya banyak suporter yang berjatuhan dari tribun, berdesak-desakan, hingga terinjak-injak.
Baca juga: Manajemen dan Pemain Arema FC Akan Kunjungi Korban Tragedi Kanjuruhan
Nyatanya, dalam aturan Federasi Sepak Bola Internasional atau FIFA, penggunaan gas air mata dilarang dalam pertandingan sepak bola.
Hal itu tertulis pada Pasal 19 b FIFA Stadium Safety and Security Regulations mengenai pengaman di pinggir lapangan.
"No firearms or 'crowd control gas' shall be carried or used (senjata api atau 'gas pengendali massa' tidak boleh dibawa atau digunakan)," tulis aturan FIFA.
Senyawa Chlorobenzalmalonitrile atau CS yang terkandung di dalamnya bisa menyebabkan rasa nyeri dan pedih karena berhubungan dengan reseptor syaraf.