Saat disinggung soal penggunaan gas air mata di Stadion Kanjuruhan, Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo memberikan tanggapannya.
"Tim tentunya akan mendalami terkait SOP dan tahapan-tahapan yang telah dilakukan oleh tim pengamanan yang bertugas pada saat pelaksanan pertandingan," terangnya dalam konferensi pers di Stadion Kanjuruhan, Kabupaten Malang, Jawa Timur, Minggu malam, dikutip dari Breaking News Kompas TV.
Menurut Sigit, tahapan-tahapan tersebut nantinya akan diaudit.
"Ini jadi satu bagian investigasi secara tuntas, baik penyelengara, pengamanan, dan pihak-pihak yang perlu kita lakukan pemeriksaan untuk menuntaskan dan memberikan gambaran terkait peristiwa yang terjadi," paparnya.
Sigit menambahkan, investigasi ini juga bertujuan untuk mengetahui siapa yang harus bertanggung jawab dalam tragedi Kanjuruhan.
Jika ditemukan tindak pidana, terang Sigit, polisi akan memprosesnya.
Baca juga: Kerusuhan Suporter di Kanjuruhan Malang, 127 Orang Meninggal Dunia
Seorang saksi mata tragedi Kanjuruhan, Dwi, mengaku melihat banyak orang terinjak-injak usai polisi menembakkan gas air mata ke arah tribun penonton.
Dia menduga gas air mata yang dilepaskan polisi membuat suporter mengalami sesak napas hingga kemudian berjatuhan.
"Selain itu saya lihat ada banyak orang terinjak-injak, saat suporter berlarian akibat tembakan gas air mata," bebernya, Sabtu (1/10/2022).
Apabila melihat pernyataan Kapolda Jawa Timur, gas air mata digunakan untuk menghalau massa yang merangsek ke lapangan.
Terkait itu, salah satu suporter Arema FC, Riyan Dwi Cahyono, menerangkan bahwa alasan suporter turun ke lapangan usai pertandingan ialah untuk melakukan protes atas kekalahan Arema FC.
"Kami turun tujuannya memang untuk protes kepada pemain dan manajemen Arema FC, kenapa Arema FC bisa kalah? Padahal selama 23 tahun sejarahnya Arema FC tidak pernah kalah melawan Persebaya di kandang Singo Edan," jelasnya, Minggu.
Baca juga: Soal Tragedi Kanjuruhan, Kapolri Janji Usut Tuntas dan Cari Siapa yang Bertanggungjawab
Menurut dia, suporter ingin menyampaikan protes kepada pemain dan manajemen agar Arema FC bisa lebih baik lagi.
Saat itu, Riyan juga ingin turun ke lapangan. Namun, belum sampai melompati pagar, tembakan gas air mata datang ke arah tribunnya.
Warga Kabupaten Blitar, Jawa Timur, itu pun terjatuh dan terinjak supporter lain yang berebut turun dari tribun. Riyan yang terinjak-injak, juga mengalami sesak napas akibat menghirup gas air mata. Ia akhirnya bisa diselamatkan oleh suporter lain.
"Saat itu saya tidak berdaya. Bahkan, teman perempuan saya yang bareng bersama saya dari Blitar hilang dan belum tahu bagaimana kondisinya saat ini," tandasnya.
Baca juga: UPDATE MINGGU MALAM: Jumlah Korban Jiwa Kerusuhan Stadion Kanjuruhan 125 Orang
Suporter lainnya, Gafandra Zulkarnain, menyampaikan, ia dan temannya mengalami sejumlah luka akibat terinjak-injak.
Pria berusia 20 tahun ini membeberkan, ia dan temannya berada tribun selatan ketika huru-hara terjadi akibat tembakan gas air mata.
"Saat itu, kami tidak ikut turun ke lapangan, tapi hanya diam di tribun. Namun, situasi mendadak berubah setelah ada tembakan gas air mata ke arah tempat duduk kami, sehingga semua orang berebut keluar dari Stadion Kanjuruhan," kisahnya.
"Lalu kami berdua terinjak-injak oleh supporter lain saat semuanya sama-sama berebut keluar dari stadion," ujarnya.
Gafandra dan temannya berhasil keluar dari Stadion Kanjuruhan meski tubuh lebam akibat terinjak-injak dan pernapasan sesak serta mata perih karena gas air mata.
Sumber: Kompas.com (Penulis: Kontributor Kabupaten Malang, Imron Hakiki | Editor: Andi Hartik, Khairina)
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.