Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

FIFA Larang Penggunaan Gas Air Mata di Stadion, tapi Mengapa Polisi Menembakkannya di Kanjuruhan?

Kompas.com - 03/10/2022, 07:44 WIB
Reza Kurnia Darmawan

Penulis

KOMPAS.com - Tragedi Kanjuruhan mengakibatkan 125 orang meninggal dunia. Hampir seluruh korban jiwa merupakan suporter Arema FC.

Salah satu yang disorot dalam insiden tersebut adalah penggunaan gas air mata oleh polisi. Pasalnya, FIFA melarang penggunaan gas air mata di stadion. Hal itu tercantum dalam FIFA Stadium Safety and Security Regulations.

Pelarangan penggunaan gas air mata dan senjata api tertulis dalam Pasal 19 b.

"No firearms or 'crowd control gas' shall be carried or used (senjata api atau 'gas pengendali massa' tidak boleh dibawa atau digunakan)," begitu bunyi aturan FIFA.

Baca juga: Penggunaan Gas Air Mata di Kanjuruhan, Melanggar Aturan FIFA

Ketua Indonesia Police Watch (IPW) Sugeng Teguh Santoso mengatakan, penggunaan gas air mata untuk mengurai massa dalam stadion, apalagi kondisi stadion dipenuhi orang, adalah dilarang.

"Karena penggunaan gas air mata tersebut justru akan menjadi sumber malapetaka sebab stadion adalah ruang tertutup," ujar Sugeng dalam pesan suara yang diterima Kompas.com, Minggu (2/10/2022).

Dari kasus tragedi Kanjuruhan, Sugeng memandang bahwa ditembakkannya gas air mata ke arah tribun justru menimbulkan kepanikan penonton. Apalagi jumlah penonton kala itu mencapai puluhan ribu.

"Akibatnya, banyak penonton yang sulit bernapas dan pingsan, sehingga banyak jatuh korban yang terinjak-injak di sekitar Stadion Kanjuruhan, Malang," ucapnya.

Baca juga: Kerusuhan Suporter di Kanjuruhan Malang, Kapolda Jatim Sebut Tembakan Gas Air Mata Sesuai Prosedur

Alasan polisi tembakkan gas air mata

Kapolda Jawa Timur Nico Afinta saat konferensi pers di Mapolres Malang, Minggu (2/10/2022), terkait kerusuhan usai laga Arema FC vs Persebaya Surabaya di Liga 1 2022.KOMPAS.COM/Imron Hakiki Kapolda Jawa Timur Nico Afinta saat konferensi pers di Mapolres Malang, Minggu (2/10/2022), terkait kerusuhan usai laga Arema FC vs Persebaya Surabaya di Liga 1 2022.

Kepala Kepolisian Daerah (Kapolda) Jawa Timur Irjen Nico Afinta menjelaskan, gas air mata terpaksa ditembakkan untuk menghalau suporter yang memasuki lapangan.

"Mereka turun untuk tujuan mencari pemain dan pihak manajemen, kenapa bisa kalah," ungkapnya dalam konferensi pers di Markas Kepolisian Resor (Polres) Malang, Minggu pagi.

Semakin banyaknya suporter yang merangsek ke lapangan, membuat polisi berupaya menghalau mereka dengan menggunakan gas air mata.

"Sehingga, para suporter berlarian ke salah satu titik di pintu 12 Stadion Kanjuruhan. Saat terjadi penumpukan itulah banyak yang mengalami sesak napas," tuturnya.

Baca juga: Korban Selamat Kerusuhan di Kanjuruhan Ungkap Alasannya Turun ke Lapangan Usai Laga Arema Vs Persebaya

Nico menuturkan, dari sekitar 42.288 suporter yang memenuhi Stadion Kanjuruhan, tidak semuanya turun ke lapangan.

"Hanya sebagian yang turun ke lapangan. Sekitar 3.000 suporter," jelasnya.

Mengenai penggunaan gas air mata untuk mengurai massa di Stadion Kanjuruhan, Nico menyatakan bahwa langkah tersebut sudah sesuai prosedur.

"Seandainya suporter mematuhi aturan, peristiwa ini tidak akan terjadi. Semoga tidak terjadi lagi peristiwa semacam ini," sebutnya.

Baca juga: Tragedi Kanjuruhan Tewaskan 131 Orang, IPW: Penggunaan Gas Air Mata di Stadion Jadi Sumber Malapetaka

 

Respons Kapolri soal penggunaan gas air mata di Stadion Kanjuruhan

Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo di Stadion Kanjuruhan, Kabupaten Malang, Minggu (2/10/2022)KOMPAS.com/ Nugraha Perdana Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo di Stadion Kanjuruhan, Kabupaten Malang, Minggu (2/10/2022)

Saat disinggung soal penggunaan gas air mata di Stadion Kanjuruhan, Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo memberikan tanggapannya.

"Tim tentunya akan mendalami terkait SOP dan tahapan-tahapan yang telah dilakukan oleh tim pengamanan yang bertugas pada saat pelaksanan pertandingan," terangnya dalam konferensi pers di Stadion Kanjuruhan, Kabupaten Malang, Jawa Timur, Minggu malam, dikutip dari Breaking News Kompas TV.

Menurut Sigit, tahapan-tahapan tersebut nantinya akan diaudit.

"Ini jadi satu bagian investigasi secara tuntas, baik penyelengara, pengamanan, dan pihak-pihak yang perlu kita lakukan pemeriksaan untuk menuntaskan dan memberikan gambaran terkait peristiwa yang terjadi," paparnya.

Sigit menambahkan, investigasi ini juga bertujuan untuk mengetahui siapa yang harus bertanggung jawab dalam tragedi Kanjuruhan.

Jika ditemukan tindak pidana, terang Sigit, polisi akan memprosesnya.

Baca juga: Kerusuhan Suporter di Kanjuruhan Malang, 127 Orang Meninggal Dunia

Keterangan suporter soal tembakan gas air mata

Suasana di area Stadion Kanjuruhan Kepanjen, Kabupaten Malang, seusai kericuhan penonton yang terjadi seusai laga pekan ke-11 Liga 1 2022-2023 bertajuk derbi Jawa Timur, Arema FC vs Persebaya Surabaya, Sabtu (1/9/2022) malam.(KOMPAS.com/SUCI RAHAYU) Suasana di area Stadion Kanjuruhan Kepanjen, Kabupaten Malang, seusai kericuhan penonton yang terjadi seusai laga pekan ke-11 Liga 1 2022-2023 bertajuk derbi Jawa Timur, Arema FC vs Persebaya Surabaya, Sabtu (1/9/2022) malam.

Seorang saksi mata tragedi Kanjuruhan, Dwi, mengaku melihat banyak orang terinjak-injak usai polisi menembakkan gas air mata ke arah tribun penonton.

Dia menduga gas air mata yang dilepaskan polisi membuat suporter mengalami sesak napas hingga kemudian berjatuhan.

"Selain itu saya lihat ada banyak orang terinjak-injak, saat suporter berlarian akibat tembakan gas air mata," bebernya, Sabtu (1/10/2022).

Apabila melihat pernyataan Kapolda Jawa Timur, gas air mata digunakan untuk menghalau massa yang merangsek ke lapangan.

Terkait itu, salah satu suporter Arema FC, Riyan Dwi Cahyono, menerangkan bahwa alasan suporter turun ke lapangan usai pertandingan ialah untuk melakukan protes atas kekalahan Arema FC.

"Kami turun tujuannya memang untuk protes kepada pemain dan manajemen Arema FC, kenapa Arema FC bisa kalah? Padahal selama 23 tahun sejarahnya Arema FC tidak pernah kalah melawan Persebaya di kandang Singo Edan," jelasnya, Minggu.

Baca juga: Soal Tragedi Kanjuruhan, Kapolri Janji Usut Tuntas dan Cari Siapa yang Bertanggungjawab

Menurut dia, suporter ingin menyampaikan protes kepada pemain dan manajemen agar Arema FC bisa lebih baik lagi.

Saat itu, Riyan juga ingin turun ke lapangan. Namun, belum sampai melompati pagar, tembakan gas air mata datang ke arah tribunnya.

Warga Kabupaten Blitar, Jawa Timur, itu pun terjatuh dan terinjak supporter lain yang berebut turun dari tribun. Riyan yang terinjak-injak, juga mengalami sesak napas akibat menghirup gas air mata. Ia akhirnya bisa diselamatkan oleh suporter lain.

"Saat itu saya tidak berdaya. Bahkan, teman perempuan saya yang bareng bersama saya dari Blitar hilang dan belum tahu bagaimana kondisinya saat ini," tandasnya.

Baca juga: UPDATE MINGGU MALAM: Jumlah Korban Jiwa Kerusuhan Stadion Kanjuruhan 125 Orang

Suporter lainnya, Gafandra Zulkarnain, menyampaikan, ia dan temannya mengalami sejumlah luka akibat terinjak-injak.

Pria berusia 20 tahun ini membeberkan, ia dan temannya berada tribun selatan ketika huru-hara terjadi akibat tembakan gas air mata.

"Saat itu, kami tidak ikut turun ke lapangan, tapi hanya diam di tribun. Namun, situasi mendadak berubah setelah ada tembakan gas air mata ke arah tempat duduk kami, sehingga semua orang berebut keluar dari Stadion Kanjuruhan," kisahnya.

"Lalu kami berdua terinjak-injak oleh supporter lain saat semuanya sama-sama berebut keluar dari stadion," ujarnya.

Gafandra dan temannya berhasil keluar dari Stadion Kanjuruhan meski tubuh lebam akibat terinjak-injak dan pernapasan sesak serta mata perih karena gas air mata.

Baca juga: Tragedi Kanjuruhan Malang, Tofan Selamat, Sempat Sesak Napas Usai Hirup Gas Air Mata dan Sulit Dapat Jalan Keluar

Sumber: Kompas.com (Penulis: Kontributor Kabupaten Malang, Imron Hakiki | Editor: Andi Hartik, Khairina)

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.



Rekomendasi untuk anda

Terkini Lainnya

Wali Kota Surabaya Jenguk 2 Petugas Satpol PP yang Dianiaya

Wali Kota Surabaya Jenguk 2 Petugas Satpol PP yang Dianiaya

Surabaya
Mahfud MD: Jika Ada Polisi Berbuat Curang, Laporkan ke Polisi

Mahfud MD: Jika Ada Polisi Berbuat Curang, Laporkan ke Polisi

Surabaya
Tujuan Satpol PP di Surabaya Gunakan Aplikasi Sapu Jagat saat Bertugas

Tujuan Satpol PP di Surabaya Gunakan Aplikasi Sapu Jagat saat Bertugas

Surabaya
Diungkap, Tugas Mahfud MD Bila Terpilih Jadi Wakil Presiden

Diungkap, Tugas Mahfud MD Bila Terpilih Jadi Wakil Presiden

Surabaya
Mensos Tri Risma Salurkan Bantuan untuk Balita Hidrosefalus di Ngawi

Mensos Tri Risma Salurkan Bantuan untuk Balita Hidrosefalus di Ngawi

Surabaya
Polisi Tangkap Pembunuh Pria yang Tewas Mengenaskan di Gresik

Polisi Tangkap Pembunuh Pria yang Tewas Mengenaskan di Gresik

Surabaya
4 Bocah Terseret Ombak Pantai Selatan, 1 Tewas

4 Bocah Terseret Ombak Pantai Selatan, 1 Tewas

Surabaya
Kronologi Kecelakaan di Tol Gempol-Pasuruan, Sopir dan Kernet Bus Tewas Usai Tabrak Truk

Kronologi Kecelakaan di Tol Gempol-Pasuruan, Sopir dan Kernet Bus Tewas Usai Tabrak Truk

Surabaya
Ada Mantan Camat dan Kepala Dinas di Lumajang Gabung Timses Prabowo-Gibran

Ada Mantan Camat dan Kepala Dinas di Lumajang Gabung Timses Prabowo-Gibran

Surabaya
Lepas dari Pengawasan Orang Tua, Bocah 4 Tahun di Situbondo Tewas Tenggelam

Lepas dari Pengawasan Orang Tua, Bocah 4 Tahun di Situbondo Tewas Tenggelam

Surabaya
Sosok 'Pengemis Elite' Menginap di Hotel, Datang ke Ponorogo Hanya Bermodal Kardus

Sosok "Pengemis Elite" Menginap di Hotel, Datang ke Ponorogo Hanya Bermodal Kardus

Surabaya
TKD Prabowo-GIbran Bagi-bagi Nasi Kotak dan Susu Saat CFD di Lumajang

TKD Prabowo-GIbran Bagi-bagi Nasi Kotak dan Susu Saat CFD di Lumajang

Surabaya
Detik-detik Rumah di Ngawi Porak-poranda Tersambar Petir, Warga: Suaranya seperti Bom

Detik-detik Rumah di Ngawi Porak-poranda Tersambar Petir, Warga: Suaranya seperti Bom

Surabaya
Mahfud: Indonesia Hanya Bisa Maju Saat Bersatu dengan Keislaman

Mahfud: Indonesia Hanya Bisa Maju Saat Bersatu dengan Keislaman

Surabaya
Bus Rombongan SMK asal Bojonegoro Kecelakaan di Tol Gempol Pasuruan, 2 Tewas

Bus Rombongan SMK asal Bojonegoro Kecelakaan di Tol Gempol Pasuruan, 2 Tewas

Surabaya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com