Keusuhan pecah di Stadion Kanjuruhan di Kabupaten Malang, Jawa Timur pada Sabtu (1/10/2022) malam usai laga antara Arema FC dan Persebaya.
Sejumlah suporter masuk ke lapangan setelah pertandingan untuk memprotes manajemen Arema lantaran tim tersebut kalah melawan Persebaya. Aparat kemudian menembakkan gas air mata ke arah tribun.
Para suporter pun berhamburan, berdesak-desakan hingga terinjak-injak.
Hingga Minggu (2/10/2022) malam, Dinas Kesehatan Kabupaten Malang merilis, korban meninggal dunia sejumlah 125 orang.
Sementara korban yang mengalami luka-luka sejumlah 299 jiwa.
"Jenazah korban sudah kami antar ke rumah duka masing-masing untuk disemayamkan," kata Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Malang, Minggu (2/10/2022).
Baca juga: Kesaksian Pemain Persebaya soal Tragedi Kanjuruhan: 5 Menit ke Ruang Ganti Lalu Masuk Barracuda
Kapolda Jawa Timur, Irjen Pol Nico Alfina dalam konferensi pers, Minggu (2/10/2022) mengatakan dugaan sementara para korban terinjak-injak oleh suporter lain serta mengalami sesak napas.
"Para suporter berlarian ke salah satu titik di pintu 12 Stadion Kanjuruhan. Saat terjadi penumpukan itulah banyak yang mengalami sesak napas," kata dia.
Penggunaan gas air mata dalam laga itu juga mendapat sorotan. Federasi Sepak Bola Internasional atau FIFA, melarang penggunaan gas air mata dalam pertandingan sepak bola.
Sebagian artikel ini telah tayang di Surya.co.id dengan judul Kisah Abdul Mukid Aremania Jember Temani Faiqotul Hikmah Korban Tragedi Arema FC vs Persebaya
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.