PONOROGO, KOMPAS.com - Tokoh Partai Komunis Indonesia (PKI) Muso bukan nama asing dalam peristiwa Pemberontakan PKI 1948 di Madiun, Jawa Timur.
Setelah upaya pemberontakan itu, tokoh PKI asal Kediri itu melarikan diri ke Kabupaten Ponorogo karena dikejar tentara Indonesia.
Di Bumi Reog, Muso tak berkutik setelah terkepung tentara. Tokoh PKI itu akhirnya tertembak di dekat sumur milik warga Dusun Krajan, Desa Semanding, Kecamatan Kauman, Kabupaten Ponorogo, pada 31 Oktober 1948.
Meski peristiwa penembakan Muso terjadi 74 tahun lalu, sumur yang yang jadi tempat persembunyian terakhir tokoh PKI itu masih utuh.
Sumur milik almarhum Sidek itu tetap dipertahankan sampai sekarang oleh anaknya.
Kepala Desa Semanding Suparman mengatakan, sumur tempat persembunyian Muso saat dikejar tentara Indonesia itu masih utuh. Pemilik rumah membiarkan sumur itu seperti bentukan aslinya, tak direnovasi.
Baca juga: Petualangan Pemimpin PKI Semaoen Ketika Himpun Massa di Kota Semarang
Bahkan, sejumlah siswa kerap mengunjungi sumur itu untuk mempelajari sejarah pemberontak PKI pada 1948.
“Kadang anak-anak sekolah masih datang ke sana untuk belajar sejarah. Selain ada warga umum lainnya yang juga datang karena ingin melihat tempat bersejarah tersebut,” ujar Suparman kepada Kompas.com, Rabu (28/9/2022).
Menurut Suparman, sumur itu menjadi tempat persembunyian terakhir tokoh PKI itu dalam pelarian dari Madiun ke Ponorogo.
Sebelum bersembunyi di sumur itu, Muso dan anak buahnya sempat terlibat dalam baku tembak dengan tentara Indonesia.
“Menurut cerita waktu Muso naik delman dari utara ke selatan. Sesampainya di Dusun Krajan, Desa Semanding, berpapasan dengan tentara Indonesia yang kemudian di situ terjadi baku tembak,” kata Suparman.