Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Derita Eka, 2 Bayinya Menderita Hidrosefalus, Salah Satunya Meninggal

Kompas.com - 01/09/2022, 09:47 WIB
Sukoco,
Pythag Kurniati

Tim Redaksi

 

Untuk memastikan selang tidak tersumbat, Kahfi harus menjalani kontrol minimal satu bulan sekali ke rumah sakit.

Dengan berat badan hanya 3,6 kilogram, tubuh anaknya terlihat sangat kecil.

“Beratnya terus turun, makanya susu ini enggak berhenti, tapi beratnya terus saja turun,” kata Eka.

Baca juga: Teka-teki 71 Gelondong Kayu Jati Tak Bertuan di Ngawi, Ini Tanggapan Perhutani

Anak pertama meninggal

Eka bercerita dirinya masih mengalami trauma. Sebab anak pertamanya yang lahir di Bekasi juga mengalami penyakit yang sama dengan Muhammad Kahfi.

Sempat bertahan hingga 15 bulan, putra pertamanya tersebut meninggal pada tahun 2016 dengan kondisi kepala membesar.

“Anak kami yang pertama kondisinya lebih parah karena kepalanya lebih besar dan matanya itu tertarik karena adanya cairan di kepala,” kenang dia pilu.

Baca juga: Pembunuh Guru TK di Lombok Barat Ditangkap Usai 12 Hari Pengejaran, Pelaku Sempat Kabur ke Ngawi

Eka mengaku sempat mengikuti program untuk bisa hamil lagi dan upaya pengobatan untuk memastikan bayi selanjutnya tak terkena hidrosefalus.

Setelah tiga tahun, pasangan tersebut dikaruniai anak perempuan yang kondisinya sehat. Sedangkan Kahfi yang merupakan anak ketiga, lahir dengan kondisi hidrosefalus.

“Anak ketiga saya lahir di sini (Ngawi) karena suami saya harus pulang ke Ngawi merawat ibunya yang sakit tahun 2019 lalu,” katanya.

Berjuang

Eka mengaku akan tetap berjuang untuk mengobati bayinya.

Meski untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari saja, keluarganya sudah kesulitan.

Gaji suaminya yang bekerja sebagai sopir toko bangunan hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan makan.

“Kalau kontrol sudah ditanggung KIS, tapi untuk bisa sembuh harus diterapi. Di rumah sakit umum tidak ada tenaga terapis, kalau dokter swasta kami pasti tidak mampu bayar. Gaji suami untuk makan saja kurang,” ujarnya.

Namun, asa Eka untuk melihat Kahfi tumbuh seperti anak normal pada umumnya, tidak pernah padam.

“Semoga anak saya bisa kembali hidup normal,” harap Eka lirih.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com