Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Derita Eka, 2 Bayinya Menderita Hidrosefalus, Salah Satunya Meninggal

Kompas.com - 01/09/2022, 09:47 WIB
Sukoco,
Pythag Kurniati

Tim Redaksi

NGAWI, KOMPAS.com –Muhammad Kahfi (3 bulan) tergolek lemah sambil mengisap susu di dalam botol.

Pada bagian kepala putra pasangan Singgih Sunaryo dan Eka Sulistyowati itu terdapat sebuah selang.

Sudah satu setengah bulan ini, bayi warga Desa Beran, Kabupaten Ngawi, Jawa Timur tersebut terpaksa harus hidup dengan selang untuk membuang cairan di kepalanya.

“Diagnosis kena hidrosefalus saat lahir. Padahal saat di kandungan, di USG tidak ada tanda tanda kena hidrosefalus,” ujar Eka dengan mata berkaca-kaca saat ditemui di rumahnya Rabu (31/08/2022).

Baca juga: Pamit Cari Rumput ke Istri, Warga Ngawi Ditemukan Tewas di Hutan

Eka mengaku, kepala putranya tersebut berukuran lebih besar dari bayi-bayi pada umumnya.

Kahfi pun terpaksa memakai selang pembuangan cairan di bagian belakang kepala.

Meski setengah tertutup, namun mata anaknya mulai normal.

“Kemarin sebelum dioperasi itu terbuka terus karena tertarik ke atas,” imbuhnya.

Baca juga: Polisi Ungkap Kronologi Kecelakaan 2 Truk di Tol Ngawi-Solo

Meski demikian, mata Kahfi tidak merespons gerakan tangan dari Eka.

Pembesaran kepala karena cairan saat lahir hingga menjelang operasi pemasangan selang di kepala, lanjut dia, membuat syaraf penglihatan anaknya mengalami gangguan.

“Makanya kalau ada orang pegang tangan atau kaki dia ini seperti kaget. Matanya tidak merespons, jadi kalau pegang harus bersuara dulu,” ucap Eka.

Baca juga: Pariwisata 4 Daerah di Jatim Siap Dikembangkan, Ada Pacitan dan Ngawi


 

Untuk memastikan selang tidak tersumbat, Kahfi harus menjalani kontrol minimal satu bulan sekali ke rumah sakit.

Dengan berat badan hanya 3,6 kilogram, tubuh anaknya terlihat sangat kecil.

“Beratnya terus turun, makanya susu ini enggak berhenti, tapi beratnya terus saja turun,” kata Eka.

Baca juga: Teka-teki 71 Gelondong Kayu Jati Tak Bertuan di Ngawi, Ini Tanggapan Perhutani

Anak pertama meninggal

Eka bercerita dirinya masih mengalami trauma. Sebab anak pertamanya yang lahir di Bekasi juga mengalami penyakit yang sama dengan Muhammad Kahfi.

Sempat bertahan hingga 15 bulan, putra pertamanya tersebut meninggal pada tahun 2016 dengan kondisi kepala membesar.

“Anak kami yang pertama kondisinya lebih parah karena kepalanya lebih besar dan matanya itu tertarik karena adanya cairan di kepala,” kenang dia pilu.

Baca juga: Pembunuh Guru TK di Lombok Barat Ditangkap Usai 12 Hari Pengejaran, Pelaku Sempat Kabur ke Ngawi

Eka mengaku sempat mengikuti program untuk bisa hamil lagi dan upaya pengobatan untuk memastikan bayi selanjutnya tak terkena hidrosefalus.

Setelah tiga tahun, pasangan tersebut dikaruniai anak perempuan yang kondisinya sehat. Sedangkan Kahfi yang merupakan anak ketiga, lahir dengan kondisi hidrosefalus.

“Anak ketiga saya lahir di sini (Ngawi) karena suami saya harus pulang ke Ngawi merawat ibunya yang sakit tahun 2019 lalu,” katanya.

Berjuang

Eka mengaku akan tetap berjuang untuk mengobati bayinya.

Meski untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari saja, keluarganya sudah kesulitan.

Gaji suaminya yang bekerja sebagai sopir toko bangunan hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan makan.

“Kalau kontrol sudah ditanggung KIS, tapi untuk bisa sembuh harus diterapi. Di rumah sakit umum tidak ada tenaga terapis, kalau dokter swasta kami pasti tidak mampu bayar. Gaji suami untuk makan saja kurang,” ujarnya.

Namun, asa Eka untuk melihat Kahfi tumbuh seperti anak normal pada umumnya, tidak pernah padam.

“Semoga anak saya bisa kembali hidup normal,” harap Eka lirih.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com