Lasiran mengaku tidak mencurigai pelaku. Sebaliknya, ia merasa senang karena barang dagangannya hendak diborong.
"Biasanya saya tidak mau kalau diajak begitu. Tapi tidak tahu saat itu saya tiba-tiba mau," ujarnya saat ditemui di kediamannya, Rabu.
"Kemudian, saat sampai di area sepi, saya dipukul sama helm hingga pingsan," imbuhnya.
Baca juga: Terpuruk Selama 2 Tahun akibat Pandemi, Pengrajin Kostum Karnaval di Malang Mulai Kebanjiran Pesanan
Ia baru sadar beberapa waktu kemudian. Ia telah berada di semak-semak tidak jauh dari jalan.
"Kemudian saya minta tolong pada kendaraan yang lewat di jalan. Kemudian diantar oleh satu pengendara pikap," jelasnya.
Sementara itu, Lasiran mengatakan uang senilai Rp 19 juta itu adalah hasil menabungnya selama belasan tahun terakhir.
"Uang ini adalah tabungan saya dari berdagang tompo selama ini," ungkapnya.
Baca juga: Patung Singa Bermahkota Hiasi Stadion Kanjuruhan Malang, Digagas Seniman Asal Yogyakarta
Rencananya, uang tabungan itu akan ia gunakan untuk merenovasi rumahnya yang mulai rusak.
"Saya menjalani profesi sebagai penjual tompo ini kurang lebih selama 20 tahun," katanya.
Ia berjualan dengan berkeliling ke setiap sudut perkampungan di kawasan Kecamatan Kepanjen, Wonosari, hingga Sumberpucung, Kabupaten Malang, dengan berjalan kaki.
"Harga tompo yang saya jual ini Rp 15.000 per biji. Keuntungan yang saya dapat biasanya Rp 5.000 per item. Dari keuntungan itulah yang saya tabung. Karena saya hanya tinggal sendirian di rumah. Anak sudah berkeluarga dan istri telah meninggal," jelasnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.