Selain tak memerlukan media pasir seperti umumnya, Intan Boks juga memiliki rasio penetasan yang cukup tinggi.
"Rata-rata, angka penetasannya ada di atas 90 persen, lebih tinggi dari rata-rata penetasan semi alami," jelas Wiyanto.
Alat yang berbentuk boks ini juga tidak memakan tempat yang luas sehingga mudah dipindah dan dipantau langsung dan bisa menampung 1.000 butir telur penyu, tergantung dari jenis penyunya.
Baca juga: Jokowi Lepas Tukik dan Transplantasi Terumbu Karang di Wakatobi
"Keunggulan lainnya, jenis kelamin tukik yang dikehendaki, apakah betina maupun jantan cenderung lebih bisa dikontrol," katanya.
Hal itu karena Intan Boks bisa menyesuaikan kelembaban dan suhu udara selama proses inkubasi berlangsung.
Wiyanto menambahkan, pemanasan global menjadi alasan mayoritas penyu yang menetas di alam berjenis kelamin betina.
"Padahal di alam liar, seekor induk penyu betina membutuhkan antara 4 sampai 6 penyu jantan untuk membuahi telur yang ada dalam indung telur penyu betina," ucap Wiyanto.
Wiyanto berharap, Intan Boks bisa mendapatkan dukungan dari semua pihak agar kelestarian penyu, khususnya di timur Pulau Jawa tetap terjaga.
Wiyanto memperkirakan, penyu-penyu yang dilepaskanya di Pantai Pulau Santen adalah penyu-penyu berjenis kelamin jantan karena masa inkubasinya yang lebih lama.
"Bila disemi alami biasanya menetas sekitar 45 sampai 47 hari," jelasnya.
Tukik berusia 37 hari yang dilepas saat ini, responsnya sama dengan tukik hasil penetasan alami maupun semi alami saat dilepas ke laut lepas.