Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Aktivitas Tambang Diduga Jadi Penyebab Material Erupsi Semeru Rendam Permukiman, Ini Kata Bupati Lumajang

Kompas.com - 04/07/2022, 22:35 WIB
Miftahul Huda,
Andi Hartik

Tim Redaksi

LUMAJANG, KOMPAS.com - Bupati Lumajang Thoriqul Haq meragukan argumentasi warganya yang menyebut bahwa dampak erupsi Gunung Semeru yang terjadi pada awal Desember 2021 diperparah oleh aktivitas tambang.

Thoriq menyebut, material vulkanik yang keluar dari kawah Gunung Semeru sangat banyak sehingga menyebabkan permukiman warga di Dusun Kamar Kajang, Desa Sumberwuluh, Kecamatan Candipuro, Kabupaten Lumajang, Jawa Timur, tertimbun.

"Argumentasi mereka kan begini, ada tumpukan pasir atau talut sehingga aliran sungai mengarah ke permukiman. Berapa jumlah talutnya, berapa hambatannya, berapa kecepatan pasir yang datang, berapa luas sungai itu kan bisa dihitung secara rata-rata akademis. Kalau adanya talut itu secara hitungan rata-rata akademis betul-betul bisa dipertanggungjawabkan bahwa itu jadi penyebab bencana, nah itu baru bisa dipertaruhkan data itu," kata Thoriq di Kantor Bupati Lumajang, Senin (4/7/2022).

Baca juga: Warganya Jalan Kaki ke Jakarta untuk Temui Presiden, Bupati Lumajang: Mau Ketemu Siapa Saja Silakan

Thoriq menjelaskan, berdasarkan data dari Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG), material vulkanik yang keluar dari kawah Semeru saat erupsi pada awal Desember 2021 sebanyak 64 juta kubik. Jumlah itu masih ditambah dengan adanya sisa material akibat erupsi dan banjir lahar dingin yang terjadi setahun sebelumnya.

Menurutnya, adanya tanggul yang dianggap warga sebagai hambatan aliran sungai tidak sebanding dengan banyaknya material yang turun dan juga kecepatan laju material.

Selain itu, Thoriq juga menyebut, Jembatan Gladak Perak yang diperkirakan Kementerian PUPR akan kuat hingga 100 tahun lebih, nyatanya hancur saat diterjang material Semeru.

Baca juga: Cerita Korban Erupsi Semeru Jalan Kaki dari Lumajang ke Jakarta untuk Temui Jokowi, Sempat Diancam Akan Ditabrak Lari

Padahal, secara konstruksi, bangunan diperkirakan tahan terhadap bencana.

"Berikutnya, Gladak Perak yang sebegitu kokohnya, yang dibangun baru beberapa puluh tahun ini, padahal diperkirakan kuat hingga 100 tahun itu jebol dengan cepatnya material Semeru yang turun. Apakah itu sebanding dengan argumentasi human error," tambahnya.

Lebih lanjut, Thoriq menilai dugaan human error yang disematkan beberapa warga Sumberwuluh terhadap aktivitas pertambangan tidak sesuai dengan fakta yang terjadi.

Thoriq menjelaskan, daerah lain seperti Desa Supiturang di Kecamatan Pronojiwo yang juga memiliki pertambangan pasir sama dengan Sumberwuluh tidak dianggap sebagai human error oleh beberapa warga yang menyampaikan tuntutan.

Padahal menurutnya, di sana juga terdapat aktivitas pertambangan yang memiliki izin dan membuat tanggul yang sama, bahkan menggunakan alat berat yang sama.

"Saya tanya yang human error ini di mana, apakah di Sumberwuluh saja apa Supiturang juga, jawabannya hanya di Sumberwuluh. Nah, ini kan ada argumentasi yang sektoral, ya enggak apa-apa namanya berpikir silakan. Berarti menurut saya ini ada hal yang belum tuntas antara pola pikir dan fakta," jelasnya.

Baca juga: Pangat Jalan Kaki dari Lumajang ke Jakarta untuk Temui Presiden Jokowi

Soal anggapan bahwa aktivitas pertambangan itu mencemari lingkungan, Thoriq meminta masyarakat mengajukan gugatan ke pengadilan.

"Soal pencemaran lingkungan sama sebenarnya, kalau posisinya mereka menambang dengan cara yang tidak benar bisa kok diajukan sebagai pelanggaran lingkungan di pengadilan dan itu sanksinya berat," pungkasnya.

Seperti diketahui, sebanyak tiga orang warga Desa Sumberwuluh, Kecamatan Candipuro, Kabupaten Lumajang, Jawa Timur, nekat berjalan kaki dari Lumajang ke Jakarta untuk bertemu Presiden Joko Widodo.

Aksi jalan kaki yang dilakukan Pangat (52), Nur Kholik (41), dan Masbud (36), itu dilatarbelakangi oleh masalah pertambangan pasir di Desa Sumberwuluh.

Mereka menganggap ada human error dan perusakan lingkungan akibat aktivitas pertambangan pasir. Hal itu disebut sebagai penyebab desanya terpendam material pasir saat Gunung Semeru erupsi pada awal Desember 2021.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com