"Harga sapi sekerang anjlok. Padahal momen Idul Adha itu biasanya kita menjual sapi dalam jumlah banyak. Kalau harganya (anjlok) gini kan yang rugi kita," kata dia saat dihubungi terpisah.
Sejak PMK mewabah di Kabupaten Sumenep, ia mengaku hanya bertahan dengan obat tradisional yang didapatkan dari tumbuh-tumbuhan.
Tumbuh-tumbuhan itu, lanjut Junaidi, dapat diolah menjadi obat tradisional sebagai pengobatan alternatif dalam mengobati luka akibat penyakit PMK pada sapi.
Bahan-bahan berupa sodium bicarbonat atau soda abu atau soda kue dapat dijadikan sebagai pembersih luka sekitar bibir, lidah dan kuku sedangkan bawang putih, kunyit, daun kemangi, daun nimba, madu bisa berguna sebagai antiseptik untuk mencegah infeksi dan mempercepat kesembuhan luka.
"Sejauh ini masih menggunakan obat tradisional. Tapi tidak semua efektif, ada yang sembuh, ada juga tidak. Makanya berharap vaksinasi bisa dilakukan segera," harapnya.
Baca juga: 175 Calon Jemaah Haji Asal Sumenep yang Terdeteksi Punya Penyakit Berisiko Tetap Diberangkatkan
Sebelumnya, pemerintah Kabupaten Sumenep, Jawa Timur, melalui Dinas Ketahanan Pangan dan Peternakan (DKPP) Sumenep mulai keteteran menghadapi wabah Penyakit Mulut dan Kuku (PMK).
Selain menghadapi angka kasus PMK yang terus meningkat, stok obat untuk menangani kasus PMK juga mulai kosong.
"Kosong, sudah satu bulan terakhir," kata Kepala Bidang Peternakan dan Kesehatan Hewan DKPP Sumenep, Zulfa saat dihubungi, Senin (20/6/2022).
Zulfa menjelaskan, kekosongan obat untuk menghadapi wabah PMK sudah disampaikan ke Dinas Peternakan Provinsi Jawa Timur.
Sembari menunggu obat dan vaksin yang mungkin saja tiba bulan depan, pihaknya meminta peternak untuk mengobati sapi terjangkit wabah PMK dengan obat tradisional.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.