Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Cerita Atin, 3 Sapinya Mati Diduga karena PMK, Rugi Puluhan Juta Rupiah dan Berharap Ada Vaksin

Kompas.com - 10/06/2022, 11:10 WIB
M Agus Fauzul Hakim,
Pythag Kurniati

Tim Redaksi

KEDIRI, KOMPAS.com - Atin Miftakhul Khoiriyah (33), salah satu peternak sapi di Kabupaten Kediri, Jawa Timur, berharap segera ada vaksin untuk mengatasi penyakit mulut dan kaki (PMK).

Sebab, sejak merebaknya penyakit yang disebabkan oleh infeksi virus ini, Atin merasakan langsung dampaknya.

Baca juga: Masih Ada Kasus Pembuangan Bayi di Kediri, Ternyata Begini Prosedur Perawatan Setelah Ditemukan

Belum lama ini, tiga ekor sapinya mati, diduga karena PMK. Satu ekor adalah sapi indukan dan dua ekor anakan sapi.

"Semoga penanganannya bisa lebih cepat dan segera ada vaksin," ujar perempuan asal Desa Banaran, Kecamatan Kandangan, itu kepada Kompas.com, Jumat (10/6/2022).

Sapi-sapi yang awalnya sehat itu, kata dia, tiba-tiba terjangkit penyakit. Mereka tidak bisa berdiri dan tidak mau makan hingga akhirnya mati.

"Padahal, sudah saya kasih obat medis maupun herbal," ungkapnya.

Baca juga: DPRD Minta Pemkab Lumajang Lebih Serius Tangani PMK, Ini Kata Bupati Thoriqul Haq

Atin mengakui, beternak sapi memang bukan menjadi sumber utama mata pencariannya.

Sebab, dia masih punya usaha produksi tempe dan sawah untuk menopang ekonominya.

Namun, dampak kematian tiga ekor sapinya itu juga cukup terasa. Setidaknya dia telah merugi sebesar Rp 25 juta.

Baca juga: Stok Hewan Kurban Gunungkidul Aman meski Ada PMK

Oleh karena itu, dia kembali berharap agar segera ada pengobatan yang efektif untuk mengatasi PMK.

Sebab, Atin juga masih mempunyai lima ekor sapi di kandangnya yang merupakan tabungan masa depannya.

Apalagi kondisi akibat PMK itu tidak hanya Atin sendiri yang merasakannya, tetapi banyak juga para tetangganya yang turut menderita.

"Ada punya tetangga yang sampai saat ini sapinya masih ambruk (sakit)," tutur dia.

Baca juga: Antisipasi Penyebaran PMK, Semua Pintu Masuk Lumajang Dijaga Ketat 24 Jam

Kepala Dinas Ketahanan Pangan dan Peternakan Kabupaten Kediri Tutik Purwaningsih mengatakan, penanggulangan PMK yang paling efektif memang menggunakan vaksin. Hanya saja, saat ini belum tersedia.

"Vaksin infonya kemarin minggu kedua Juni. kami sudah diminta menyiapkan vaksinator, tapi belum datang juga sampai sekarang," ujar Tutik Purwaningsih.

Tutik menambahkan, pembuatan vaksin memang membutuhkan waktu.

Sehingga, vaksinnya harus disesuaikan dengan jenis virusnya sebagaimana sampel yang diambil di daerah.

"(Vaksinnya) paling cepat kalau buatan dalam negeri dua sampai tiga bulan yang serotipenya sama," lanjutnya.

Baca juga: Terinfeksi PMK, 3 Hewan Ternak di Sleman Mati

Saat ini yang bisa dilakukannya adalah dengan melakukan upaya pencegahan lainnya.

Beberapa langkah itu, kata Tutik, di antaranya dengan menerbitkan prosedur operasi standar lalu lintas tata niaga ternak.

"Jadi ternak-ternak yang mau dijual itu agar mempunyai surat keterangan kesehatan hewan (SKKH) untuk mengetahui kondisi kesehatan. Petugas yang mengecek," ungkapnya.

Selain itu, pihaknya juga mendorong para peternak untuk meningkatkan sanitasi kandang dan tidak mendatangkan sapi luar wilayah yang belum diketahui sejarah kesehatannya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

3 Bocah Terseret Ombak di Pantai Damas Trenggalek, 1 Tewas

3 Bocah Terseret Ombak di Pantai Damas Trenggalek, 1 Tewas

Surabaya
PKB dan Gerindra Jalin Koalisi Usung Sosok Kades pada Pilkada Jombang

PKB dan Gerindra Jalin Koalisi Usung Sosok Kades pada Pilkada Jombang

Surabaya
2 Bulan Belanja Masalah, AHY Mengaku Banyak Dapati Mafia Tanah

2 Bulan Belanja Masalah, AHY Mengaku Banyak Dapati Mafia Tanah

Surabaya
Korupsi Dana Desa Rp 360 Juta, Kades di Mojokerto Ditangkap Polisi

Korupsi Dana Desa Rp 360 Juta, Kades di Mojokerto Ditangkap Polisi

Surabaya
Pasutri di Lumajang Tewas Terseret Banjir Lahar Gunung Semeru

Pasutri di Lumajang Tewas Terseret Banjir Lahar Gunung Semeru

Surabaya
Polisi Tangkap 3 Pria Pembuat Sabu Skala Rumahan di Pasuruan

Polisi Tangkap 3 Pria Pembuat Sabu Skala Rumahan di Pasuruan

Surabaya
Libur Lebaran 2024, Kunjungan Wisata ke Gunung Bromo Naik 100 Persen

Libur Lebaran 2024, Kunjungan Wisata ke Gunung Bromo Naik 100 Persen

Surabaya
Jembatan yang Rusak akibat Banjir Lahar Semeru Jadi 10 Unit

Jembatan yang Rusak akibat Banjir Lahar Semeru Jadi 10 Unit

Surabaya
Gara-gara Dicerai Sepihak, TKW Asal Madiun Rusak Rumah Hasil Menabung Selama 9 Tahun

Gara-gara Dicerai Sepihak, TKW Asal Madiun Rusak Rumah Hasil Menabung Selama 9 Tahun

Surabaya
Ayah dan Anak Tenggelam di Sungai Sidoarjo-Gresik Belum Ditemukan, Proses Pencarian Diperluas

Ayah dan Anak Tenggelam di Sungai Sidoarjo-Gresik Belum Ditemukan, Proses Pencarian Diperluas

Surabaya
Pemkab Lumajang Tetapkan Status Tanggap Darurat Bencana Lahar Dingin Semeru

Pemkab Lumajang Tetapkan Status Tanggap Darurat Bencana Lahar Dingin Semeru

Surabaya
Paman di Pamekasan Tega Cabuli Keponakannya di Kantor Kelurahan

Paman di Pamekasan Tega Cabuli Keponakannya di Kantor Kelurahan

Surabaya
Alasan Sakit, Bupati Sidoarjo Mangkir Panggilan Pemeriksaan KPK

Alasan Sakit, Bupati Sidoarjo Mangkir Panggilan Pemeriksaan KPK

Surabaya
Polisi Periksa CCTV di Sekitar Lapangan Basket Alun Alun Magetan, Isa Bajaj Minta Pelaku Kekerasan terhadap Anaknya Bertanggung Jawab

Polisi Periksa CCTV di Sekitar Lapangan Basket Alun Alun Magetan, Isa Bajaj Minta Pelaku Kekerasan terhadap Anaknya Bertanggung Jawab

Surabaya
Sengketa Pilpres 2024, Khofifah Yakin MK Menangkan Prabowo-Gibran

Sengketa Pilpres 2024, Khofifah Yakin MK Menangkan Prabowo-Gibran

Surabaya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com