Kedua, kebocoran arus listrik. Korsleting yang disebabkan kebocoran arus listrik itu lebih mungkin terjadi ketika terdapat kabel yang saling bersebelahan, terkena air, atau kondisi lapisan pembungkusnya terbuka.
"Itu tidak nempel, tapi bisa jadi keluar percikan," ungkapnya.
Ketiga, loose contact. Korsleting yang disebabkan loose contact ternyata lebih mungkin terjadi saat seseorang sedang mencabut sebuah colokan yang kondisi lubangnya longgar.
Biasanya, kondisi colokan seperti itu dapat memicu percikan listrik yang berpotensi memicu kebakaran.
"Kalau ini seringnya jika anda saat mencopot colokan longgar akan muncul percikan. Nah, yang terjadi sekarang (kasus kebakaran TP-5), hubung longgar (loose contact) di terminal arah lampu," katanya.
Baca juga: Daftar Tarif Tol dan Titik Rest Area Rute Jakarta-Surabaya
Dia mengimbau masyarakat lebih memerhatikan kualitas perkakas perangkat kelistrikan yang digunakan pada bangunan tempat tinggalnya.
"Pertama, masyarakat diimbau untuk menggunakan alat kelistrikan yang memiliki kualitas baik atau berstandar SNI," katanya.
Kedua, masyarakat diimbau tidak menggunakan colokan secara bertumpuk-bertumpuk untuk menyalurkan sistem kelistrikan pada bangunan rumah atau tempat bekerjanya.
Ketiga, jika didapati adanya gejala awal korsleting listrik, masyarakat segera mematikan sumber arus utama penyuplai listrik pada bangunan tersebut.
Lalu dapat dilakukan intervensi penanganan darurat selanjutnya, seperti menyemprot dengan alat pemadam api ringan (APAR) berbahan serbuk, atau dengan air melalui hydrant.
Sumber: Antara
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.