Kelana Sendawa kemudian menggunakan sumping di telinganya yang menjelma menjadi dua ekor merak yang mengalihkan perhatian singo barong.
Berkat cara tersebut, singo barong terpesona dengan Merak dengan mudah dikalahkan menggunakan Pecut Saman yang dibawanya.
Pesta pernikahan Kelana Sewandana dan Dewi Sanggalangit kemudian diiringi dengan hadirnya singo barong dengan dua ekor merak bertengger di atas kepalanya.
2.Cerita Ki Ageng Kutu
Sementara cerita kedua berasal dari kisah Ki Ageng Kutu, abdi Raja Brawijaya V yang meninggalkan Majapahit.
Ki Ageng Kutu kemudian mendirikan padepokan Surukubeng yang mengajarkan ilmu kanuragan dengan permainan barongan.
Sayangnya Raja Brawijaya V justru menganggap Ki Ageng Kutu tak mau lagi mengikuti titahnya dan berkhianat.
Kemudian diutuslah Raden Katong untuk menyerang padepokan itu dan berakhir dengan kekalahan Ki Ageng Kutu.
Sebagai imbalan, Raja Brawijaya V memberikan Raden Katong tanah perdikan di Wengker.
Reog atau Reyog disebut berasal dari kata Riyokun yang berarti khusnul khotimah yang diambil dari cerita perjuangan Raden Katong mengalahkan Ki Ageng Kutu.
Hal ini tak jauh dari makna tari tradisional ini yang mengisahkan tentang peperangan.
Namun ada juga yang mengartikan tarian ini sebagai sindiran Ki Ageng Kutu kepada Raja Brawijaya V yang tunduk kepada istrinya.
Raja Brawijaya V diibaratkan sebagai seekor macan yang ditunggangi oleh merak, sementara para pasukan majapahit dilambangkan oleh penari jathil dengan kuda-kudanya.
Sementara Ki Ageng Kutu digambarkan sebagai warok yang berniat melindungi tanpa pamrih.
Karena adanya kisah percintaan, terkadang dimunculkan pula sosok Kelana Sewandana dengan patihnya Bujang Ganong.
Kisah percintaan ini biasa dimainkan apabila pertunjukkan Reog Ponorogo diadakan dalam acara pernikahan.
Oleh karenanya, biasanya dalam iringan tari ada dua kelompok yaitu pemain gamelan dan penyanyi.
Sementara itu properti tari yang digunakan juga dibedakan untuk tiap penari.
Penari barongan menggunakan kostum ditambah topeng Singo Barong dan dadak merak,
Dadak merak berukuran besar terbuat dari bulu burung merak yang disusun pada lembaran bambu atau rotan.
Dadak merak ini terkenal karena memiliki berat mencapai 30-50kg dan hanya dikendalikan dengan kekuatan gigi atau rahang dari penarinya.
Untuk warok, selain kostum mereka juga akan menggunakan topeng dan membawa cemeti atau pecut.
Para jathilan selain menggunakan kostum dengan selendang, mereka juga membawa jaranan atau kuda-kudaan dari anyaman bambu.
Sementara Klono Sewandono dan patihnya Bujang Ganong akan melengkapi penampilan kostumnya dengan mengenakan topeng. (Penulis: Puspasari Setyaningrum)
Sumber:
www.kompas.com, www.antaranews.com, indonesiabaik.id, bobo.grid.id, dan tribunjatimwiki.tribunnews.com