Pras menyampaikan, kostumnya bermakna semangat juang. Kostum itu juga menyimbolkan kekuatan dan kekompakan dari para driver ojol di Surabaya dan Jatim.
Ayah dua anak tersebut mengaku bergabung menjadi mitra aplikasi ojek online sejak tahun 2015 hingga saat ini.
Sebelum tarif biaya Rp 6.400 diterapkan, Pras bisa membiayai kebutuhan sekolah anak dan hidup keluarganya dengan normal.
Anak pertamanya, telah masuk Sekolah Menengah Pertama (SMP) di salah satu lembaga pendidikan swasta di Surabaya. Sedangkan putri keduanya masih kelas 5 Sekolah Dasar.
"Tarif yang sekarang sangat tidak manusiawi pada kami, masak Rp 6.400 ini masih kotor, belum biaya parkir saat ambil pesanan. Berapa sih yang bisa kita terima," papar dia.
Baca juga: Program Rutilahu Dimulai, 74 Rumah Tak Layak Huni di Surabaya Dibedah Bulan Ini
Semenjak pandemi Covid-19, Pras mengaku orderan tak lagi banyak.
Ia mengira ketika pandemi Covid-19 mulai melandai dan aturan melonggar, kondisi akan kembali normal seperti dulu.
Tetapi nyatanya, pihak aplikator mematok tarif yang sangat rendah, yang berimbas pada dirinya selaku mitra.
"Dulu kita bisa menerima Rp 8.000 bersih, sekarang malah begini, bisa dapat lima kali saja sehari sudah untung, kadang cuma tiga orderan. Ditambah saya rumah masih ngekos," terangnya.
Baca juga: Prakiraan Cuaca di Surabaya Hari Ini, 23 Maret 2022: Malam Hujan Ringan
Pras juga menceritakan, bahwa di tempatnya bekerja, cara mengklaim bonus cukup sulit, dan uang tidak bisa langsung diterima.
"Kita ditarget sama perusahaan harus dapat 1.000 poin, sedangkan orderannya sepi, apa yang mau diklaimkan," kata dia.
"Kalau di tempat saya, ada tiga tingkatan ojol. Ojol itu enggak sama, yang baru gabung harus bisa nyampai 1.000 poin baru bisa naik ke level 2, di level ini targetnya juga naik harus 2.000 poin, dan Level 3 juga begitu," beber dia.
Baca juga: Slogan Kota Surabaya dalam Bahasa Jawa dan Artinya