Salin Artikel

Saat "Iron Man" Berunjuk Rasa bersama Ribuan Driver Ojol di Surabaya...

Pria tersebut adalah Prasetyo (42), warga Ketintang, Kecamatan Gayungan, Surabaya.

Gunakan kostum agar tuntutan didengar

Di bawah terik matahari, Prasetyo rela mengenakan seragam ala robot, Iron Man yang terbuat dari busa spons.

Pras rela merogoh tabungannya untuk membuat seragam robot yang dia pakai untuk unjuk rasa. 

"Ini saya sendiri yang buat, khusus untuk aksi hari ini, ini sekitar habis biaya Rp 700.000," kata Pras kepada Kompas.com saat diwawancarai, Kamis (24/3/2022).

Seragam robot itu dipakai oleh Pras sejak berangkat dari rumahnya. Pengap dan gerah di tubuh terasa sangat menyiksa.

Tetapi dia rela melakukannya supaya tuntutan para driver ojol didengarkan.

"Kalau sumuk (gerah) pasti, tapi ini enteng kok, enggak berat wong dari busa spons khusus kostum yang tebalnya sekitar 3 sentimeter," cetus dia.

Ayah dua anak tersebut mengaku bergabung menjadi mitra aplikasi ojek online sejak tahun 2015 hingga saat ini.

Sebelum tarif biaya Rp 6.400 diterapkan, Pras bisa membiayai kebutuhan sekolah anak dan hidup keluarganya dengan normal.

Anak pertamanya, telah masuk Sekolah Menengah Pertama (SMP) di salah satu lembaga pendidikan swasta di Surabaya. Sedangkan putri keduanya masih kelas 5 Sekolah Dasar.

"Tarif yang sekarang sangat tidak manusiawi pada kami, masak Rp 6.400 ini masih kotor, belum biaya parkir saat ambil pesanan. Berapa sih yang bisa kita terima," papar dia.

Semenjak pandemi Covid-19, Pras mengaku orderan tak lagi banyak. 

Ia mengira ketika pandemi Covid-19 mulai melandai dan aturan melonggar, kondisi akan kembali normal seperti dulu.

Tetapi nyatanya, pihak aplikator mematok tarif yang sangat rendah, yang berimbas pada dirinya selaku mitra.

"Dulu kita bisa menerima Rp 8.000 bersih, sekarang malah begini, bisa dapat lima kali saja sehari sudah untung, kadang cuma tiga orderan. Ditambah saya rumah masih ngekos," terangnya.

Pras juga menceritakan, bahwa di tempatnya bekerja, cara mengklaim bonus cukup sulit, dan uang tidak bisa langsung diterima.

"Kita ditarget sama perusahaan harus dapat 1.000 poin, sedangkan orderannya sepi, apa yang mau diklaimkan," kata dia.

"Kalau di tempat saya, ada tiga tingkatan ojol. Ojol itu enggak sama, yang baru gabung harus bisa nyampai 1.000 poin baru bisa naik ke level 2, di level ini targetnya juga naik harus 2.000 poin, dan Level 3 juga begitu," beber dia.


Orderan fiktif

Tak hanya itu, selama bergabung, Pras juga pernah mendapatkan orderan fiktif atau bodong.

Besarannya variatif tetapi yang terakhir dia harus menanggungnya sendiri orderan fiktif Rp 75.000.

"Pernah juga saya tiga kali, yang saya klaimkan itu yang habis Rp 250.000, tapi ya gitu ribet, harus dikasihkan ke panti asuhan dan harus dapat stempel serta foto bareng sama yang menerima, baru berkas-berkas ini dilaporkan, itu pun enggak langsung cair harus nunggu besoknya itu sekitar 1 tahunan lah,"ungkap dia.

Dia berharap demo yang dilakukan hari ini berbuah manis dan kondisi bisa kembali seperti semula, agar usahanya tidak sia-sia.

"Semoga saja pak Dirjenhubdar mau mendengarkan keluhan kita, dan bisa seperti semula, sekali order ongkosnya Rp 8.000," harap dia.

https://surabaya.kompas.com/read/2022/03/24/151243378/saat-iron-man-berunjuk-rasa-bersama-ribuan-driver-ojol-di-surabaya

Terkini Lainnya

Pj Gubri Ajak Pemkab Bengkalis Kolaborasi Bangun Jembatan Sungai Pakning-Bengkalis

Pj Gubri Ajak Pemkab Bengkalis Kolaborasi Bangun Jembatan Sungai Pakning-Bengkalis

Regional
Diskominfo Kota Tangerang Raih Penghargaan Perangkat Daerah Paling Inovatif se-Provinsi Banten

Diskominfo Kota Tangerang Raih Penghargaan Perangkat Daerah Paling Inovatif se-Provinsi Banten

Regional
Fakta dan Kronologi Bentrokan Warga 2 Desa di Lombok Tengah, 1 Orang Tewas

Fakta dan Kronologi Bentrokan Warga 2 Desa di Lombok Tengah, 1 Orang Tewas

Regional
Komunikasi Politik 'Anti-Mainstream' Komeng yang Uhuyy!

Komunikasi Politik "Anti-Mainstream" Komeng yang Uhuyy!

Regional
Membedah Strategi Komunikasi Multimodal ala Komeng

Membedah Strategi Komunikasi Multimodal ala Komeng

Regional
Kisah Ibu dan Bayinya Terjebak Banjir Bandang Berjam-jam di Demak

Kisah Ibu dan Bayinya Terjebak Banjir Bandang Berjam-jam di Demak

Regional
Warga Kendal Tewas Tertimbun Longsor Saat di Kamar Mandi, Keluarga Sempat Teriaki Korban

Warga Kendal Tewas Tertimbun Longsor Saat di Kamar Mandi, Keluarga Sempat Teriaki Korban

Regional
Balikpapan Catat 317 Kasus HIV Sepanjang 2023

Balikpapan Catat 317 Kasus HIV Sepanjang 2023

Regional
Kasus Kematian akibat DBD di Balikpapan Turun, Vaksinasi Tembus 60 Persen

Kasus Kematian akibat DBD di Balikpapan Turun, Vaksinasi Tembus 60 Persen

Regional
Puan: Seperti Bung Karno, PDI-P Selalu Berjuang Sejahterakan Wong Cilik

Puan: Seperti Bung Karno, PDI-P Selalu Berjuang Sejahterakan Wong Cilik

Regional
Setelah 25 Tahun Konflik Maluku

Setelah 25 Tahun Konflik Maluku

Regional
BMKG: Sumber Gempa Sumedang Belum Teridentifikasi, Warga di Lereng Bukit Diimbau Waspada Longsor

BMKG: Sumber Gempa Sumedang Belum Teridentifikasi, Warga di Lereng Bukit Diimbau Waspada Longsor

Regional
Gempa Sumedang, 53 Rumah Rusak dan 3 Korban Luka Ringan

Gempa Sumedang, 53 Rumah Rusak dan 3 Korban Luka Ringan

Regional
Malam Tahun Baru 2024, Jokowi Jajan Telur Gulung di 'Night Market Ngarsopuro'

Malam Tahun Baru 2024, Jokowi Jajan Telur Gulung di "Night Market Ngarsopuro"

Regional
Sekolah di Malaysia, Pelajar di Perbatasan Indonesia Berangkat Sebelum Matahari Terbit Tiap Hari

Sekolah di Malaysia, Pelajar di Perbatasan Indonesia Berangkat Sebelum Matahari Terbit Tiap Hari

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke