BANYUWANGI, KOMPAS.com - Pola tanam petani cabai dan cuaca ekstrem yang terjadi beberapa bulan terakhir di Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur, ikut menjadi penyebab lonjakan harga cabai.
Awal 2022, sejumlah peristiwa hujan lebat, angin kencang, bahkan hujan es, dilaporkan terjadi di Banyuwangi.
Kabid Perkebunan dan Holtikultura Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan (Disperta) Banyuwangi Ilham Juanda mengatakan, cuaca ekstrem mengurangi kuantitas panen cabai petani.
Apalagi saat ini hanya sekitar 100 hektare ladang cabai yang bisa dipanen di luar musim. Diperkirakan menghasilkan 600 ton per tahun.
Ladang-ladang di sentra cabai Kecamatan Wongsorejo, merupakan lahan tadah hujan yang mulai ditanam saat musim hujan, Januari atau Februari.
Baca juga: Merasa Tak Pinjam Uang, 27 Warga di Banyuwangi Diteror Debt Collector, Ini Ceritanya
Dengan demikian, pola tanam dan jadwal panen sangat bergantung pada iklim dan cuaca yang terjadi.
"Kalau tanamnya bulan Januari-Februari, berarti mereka mulai panen bulan Mei sedikit, kemudian Juli sampai Agustus panen raya. Sedangkan yang tanam di luar itu, yang tidak serentak, biasanya tanam di sawah, atau tanam di lahan yang punya sumur bor," kata Ilham melalui telepon, Sabtu (5/3/2022).
Terdapat 2.000 hektare ladang tadah hujan di Kabupaten Banyuwangi yang dilaporkan saat ini ditanami pohon cabai.
Panen atas ladang tadah hujan itu, diperkirakan akan menghasilkan 12.000 ton cabai yang puncak panennya akan berlangsung Juni dan Juli 2022.
Ilham menerangkan, pihaknya memang berupaya mengembangkan sentra produksi cabai di kecamatan-kecamatan lain yang memiliki saluran irigasi.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.