Neny selain mengenalkan barangnya melalui pameran-pameran yang diadakan di Lumajang. Ia juga rajin mengunggah karyanya di Facebook dan Instagram, serta memasarkannya lewat marketplace.
"Awalnya lewat pameran-pameran sampai ada yang diborong menteri dan bupati bonekanya. Sekarang sudah melalui medsos dan Shoppee," kata Neny.
"Yang ini (boneka pengantin) pesanan orang Makasar. Dia pesan tanpa pola hanya request model saja. Saya kasih harga Rp 700.000 untuk dua boneka malah dia kasih Rp 800.000, alhamdulillah," ceritanya.
Boneka rajut buatan Neny dijual mulai harga Rp 125.000-Rp 150.000 untuk benang lokal. Sedangkan untuk benang impor atau benang katun susu dijual dengan harga Rp 350.000.
Dari hasil jualan tersebut Neny bisa memperoleh omzet sampai Rp 10 juta sebelum pandemi. Saat pandemi, hasil jualannya menurun dan hanya mendapatkan omzet sekitar Rp 2-3 juta.
Selain boneka rajut, Neny juga memproduksi connector masker dari rajutan benang yang dijual seharga Rp 10.000.
"Walaupun ada yang jual lebih murah saya tetap jual segitu karena yang saya jual kualitasnya," ucap Neny.
Neny mengaku hasil berjualan boneka rajut tersebut sangat membantu mencukupi keseharian dan biaya sekolah anaknya.
"Alhamdulillah sangat terbantu, anak saya empat. Paling besar kuliah semester enam dan paling kecil masih SD jadi butuh banyak biaya juga kan," jelasnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.