Salin Artikel

Cerita Neny Tekuni Bisnis Boneka Rajut, Belajar dari Internet hingga Merajut Asa ke Pasar Eropa

Kini, dirinya bersama suami dan anaknya tinggal di Perumahan Bumirejo Permai, Kelurahan Semberrejo, Kecamatan Sukodono, Kabupaten Lumajang.

Saat pertama kali pindah, kondisi ekonominya kurang bagus. Ia pun ingin berkreasi dan bisa menghasilkan pundi rupiah untuk membantu suami.

Neny kemudian mencoba mengikuti kursus merajut di Lumajang. Namun, karena biayanya mahal, dirinya tidak bisa melanjutkan.

"Pernah dulu mau ikut pelatihan, tapi mahal, sedangkan kondisi ekonomi masih belum stabil karena baru pindah ke Lumajang," kata Neny di rumahnya, Kelurahan Semberrejo, Kecamatan Sukodono, Kabupaten Lumajang, Selasa (1/3/2022).

Ibu empat anak itu tak putus asa. Ia memutuskan belajar lewat internet dan menemukan situs asal Rusia yang memberikan pelatihan merajut secara gratis pada 2017.

"Saya cari di internet ketemu itu asal rusia namanya VK dan apa gitu terusannya (karena dalam bahasa Rusia). Di sana saya dibantu peserta yang lain menerjemahkan ke bahasa inggris agar saya bisa paham," ceritanya.

Dari sana, ia belajar hingga mampu membuat boneka rajut. Lalu, Neny membentuk komunitas yang diberi nama Komunitas Merajut Lumajang (KML).

Neny tidak sendirian, awalnya ia merintis komunitas bersama tiga rekannya yakni Geti, Agri, dan Iik.

Keempatnya punya spesialisasi masing-masing. Neny spesialis Boneka, Geti spesialis tas, Iik spesialis sepatu, dan Agri sebagai supporting system.

Tidak tanggung-tanggung, anggota komunitasnya sampai 70 orang lebih.

"Dulu rutin adakan pelatihan gratis ke warga yang ingin belajar merajut di alun-alun Lumajang setiap minggu ke tiga," tambahnya.

Kini, boneka rajut buatan Neny telah dikenal banyak orang. Selain antarpulau di Indonesia, boneka rajutannya telah sampai ke Brunei Darussalam, Korea, hingga Jerman.

"Alhamdulillah sudah bisa sampai ke Jerman melalui teman saya yang kebetulan punya anak yang sekolah di sana jadi saya titipkan jika ada yang mau pesan. Untuk negara lain juga saya titipkan teman yang terbiasa impor dan ekspor barang," terang Neny.

"Awalnya lewat pameran-pameran sampai ada yang diborong menteri dan bupati bonekanya. Sekarang sudah  melalui medsos dan Shoppee," kata Neny.

"Yang ini (boneka pengantin) pesanan orang Makasar. Dia pesan tanpa pola hanya request model saja. Saya kasih harga Rp 700.000 untuk dua boneka malah dia kasih Rp 800.000, alhamdulillah," ceritanya.

Boneka rajut buatan Neny dijual mulai harga Rp 125.000-Rp 150.000 untuk benang lokal. Sedangkan untuk benang impor atau benang katun susu dijual dengan harga Rp 350.000.

Dari hasil jualan tersebut Neny bisa memperoleh omzet sampai Rp 10 juta sebelum pandemi. Saat pandemi, hasil jualannya menurun dan hanya mendapatkan omzet sekitar Rp 2-3 juta.

Selain boneka rajut, Neny juga memproduksi connector masker dari rajutan benang yang dijual seharga Rp 10.000.

"Walaupun ada yang jual lebih murah saya tetap jual segitu karena yang saya jual kualitasnya," ucap Neny.

Neny mengaku hasil berjualan boneka rajut tersebut sangat membantu mencukupi keseharian dan biaya sekolah anaknya.

"Alhamdulillah sangat terbantu, anak saya empat. Paling besar kuliah semester enam dan paling kecil masih SD jadi butuh banyak biaya juga kan," jelasnya.

https://surabaya.kompas.com/read/2022/03/01/193427178/cerita-neny-tekuni-bisnis-boneka-rajut-belajar-dari-internet-hingga-merajut

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke