Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Cerita Neny Tekuni Bisnis Boneka Rajut, Belajar dari Internet hingga Merajut Asa ke Pasar Eropa

Kompas.com - 01/03/2022, 19:34 WIB
Miftahul Huda,
Dheri Agriesta

Tim Redaksi

LUMAJANG, KOMPAS.com - Ada hari, ada nasi, artinya asal masih hidup, selalu akan dapat rezeki. Begitulah kira-kira gambaran kehidupan yang dilalui Neny Dwi Dharma Wijayandaru, perempuan asal Surabaya yang merantau bersama suami ke Lumajang, Jawa Timur.

Kini, dirinya bersama suami dan anaknya tinggal di Perumahan Bumirejo Permai, Kelurahan Semberrejo, Kecamatan Sukodono, Kabupaten Lumajang.

Saat pertama kali pindah, kondisi ekonominya kurang bagus. Ia pun ingin berkreasi dan bisa menghasilkan pundi rupiah untuk membantu suami.

Neny kemudian mencoba mengikuti kursus merajut di Lumajang. Namun, karena biayanya mahal, dirinya tidak bisa melanjutkan.

"Pernah dulu mau ikut pelatihan, tapi mahal, sedangkan kondisi ekonomi masih belum stabil karena baru pindah ke Lumajang," kata Neny di rumahnya, Kelurahan Semberrejo, Kecamatan Sukodono, Kabupaten Lumajang, Selasa (1/3/2022).

Ibu empat anak itu tak putus asa. Ia memutuskan belajar lewat internet dan menemukan situs asal Rusia yang memberikan pelatihan merajut secara gratis pada 2017.

"Saya cari di internet ketemu itu asal rusia namanya VK dan apa gitu terusannya (karena dalam bahasa Rusia). Di sana saya dibantu peserta yang lain menerjemahkan ke bahasa inggris agar saya bisa paham," ceritanya.

Dari sana, ia belajar hingga mampu membuat boneka rajut. Lalu, Neny membentuk komunitas yang diberi nama Komunitas Merajut Lumajang (KML).

Baca juga: Gunung Semeru Luncurkan Lava Pijar, Warga di Lumajang Cemas

Neny tidak sendirian, awalnya ia merintis komunitas bersama tiga rekannya yakni Geti, Agri, dan Iik.

Keempatnya punya spesialisasi masing-masing. Neny spesialis Boneka, Geti spesialis tas, Iik spesialis sepatu, dan Agri sebagai supporting system.

Hasil karya boneka rajut yang dibuat Neny Dwi Dharma Wijayandaru.KOMPAS.com/MIFTAHUL HUDA Hasil karya boneka rajut yang dibuat Neny Dwi Dharma Wijayandaru.
Sebelum pandemi, komunitas tersebut rutin memberikan pelatihan di alun-alun Lumajang kepada warga Lumajang yang hendak belajar merajut. Kegiatan itu digelar sebulan sekali pada minggu ketiga.

Tidak tanggung-tanggung, anggota komunitasnya sampai 70 orang lebih.

"Dulu rutin adakan pelatihan gratis ke warga yang ingin belajar merajut di alun-alun Lumajang setiap minggu ke tiga," tambahnya.

Kini, boneka rajut buatan Neny telah dikenal banyak orang. Selain antarpulau di Indonesia, boneka rajutannya telah sampai ke Brunei Darussalam, Korea, hingga Jerman.

"Alhamdulillah sudah bisa sampai ke Jerman melalui teman saya yang kebetulan punya anak yang sekolah di sana jadi saya titipkan jika ada yang mau pesan. Untuk negara lain juga saya titipkan teman yang terbiasa impor dan ekspor barang," terang Neny.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Prakiraan Cuaca Tulungagung Hari Ini Jumat 29 Maret 2024, dan Besok : Tengah Malam ini Berawan

Prakiraan Cuaca Tulungagung Hari Ini Jumat 29 Maret 2024, dan Besok : Tengah Malam ini Berawan

Surabaya
Perselingkuhan Istri Kades dengan Sekdes di Tuban yang Berujung Maut

Perselingkuhan Istri Kades dengan Sekdes di Tuban yang Berujung Maut

Surabaya
Paskah, Gereja Katolik Katedral Surabaya Siapkan Kuota 5.000 Jemaat

Paskah, Gereja Katolik Katedral Surabaya Siapkan Kuota 5.000 Jemaat

Surabaya
Penyebab Sekjen PDI-P Hasto Dilaporkan ke Polresta Banyuwangi

Penyebab Sekjen PDI-P Hasto Dilaporkan ke Polresta Banyuwangi

Surabaya
Jadwal dan Lokasi Penukaran Uang Baru di Lamongan untuk Lebaran 2024

Jadwal dan Lokasi Penukaran Uang Baru di Lamongan untuk Lebaran 2024

Surabaya
Gunung Semeru Luncurkan Awan Panas, Warga Diminta Tak Beraktivitas di Besuk Kobokan

Gunung Semeru Luncurkan Awan Panas, Warga Diminta Tak Beraktivitas di Besuk Kobokan

Surabaya
Pakar Pendidikan Nilai Kampus Sebenarnya Bisa Antisipasi TPPO Modus 'Ferienjob'

Pakar Pendidikan Nilai Kampus Sebenarnya Bisa Antisipasi TPPO Modus "Ferienjob"

Surabaya
Jadwal dan Lokasi Penukaran Uang Baru di Mojokerto untuk Lebaran 2024

Jadwal dan Lokasi Penukaran Uang Baru di Mojokerto untuk Lebaran 2024

Surabaya
Kasus Pembunuhan Sekdes di Tuban, dalam Sidang, Istri Pelaku Akui Selingkuh dengan Korban

Kasus Pembunuhan Sekdes di Tuban, dalam Sidang, Istri Pelaku Akui Selingkuh dengan Korban

Surabaya
Harga Daging Sapi di Banyuwangi Stabil Jelang Lebaran 2024

Harga Daging Sapi di Banyuwangi Stabil Jelang Lebaran 2024

Surabaya
Polisi Trenggalek Sita Pikap Ronda Sahur dan Akan Kembalikan usai Lebaran

Polisi Trenggalek Sita Pikap Ronda Sahur dan Akan Kembalikan usai Lebaran

Surabaya
Stigma Ganda Ibu Tunggal di Balik Kisah Pemuda Autis Sendirian Temani Jasad Ibunda Berhari-hari

Stigma Ganda Ibu Tunggal di Balik Kisah Pemuda Autis Sendirian Temani Jasad Ibunda Berhari-hari

Surabaya
Ribuan Warga di Malang Antre Tukar Uang, Ada yang dari Pukul 4 Subuh

Ribuan Warga di Malang Antre Tukar Uang, Ada yang dari Pukul 4 Subuh

Surabaya
Produksi Beras di Madiun Meningkat, Triwulan Pertama Capai 41.815 Ton

Produksi Beras di Madiun Meningkat, Triwulan Pertama Capai 41.815 Ton

Surabaya
Titik Rawan Macet 38 Kabupaten Kota di Jatim 2024 Versi Polda

Titik Rawan Macet 38 Kabupaten Kota di Jatim 2024 Versi Polda

Surabaya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com