Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Saat Pak RW Menikahi Cinta Pertamanya di Usia 61 Tahun...

Kompas.com, 22 Februari 2022, 11:11 WIB
Rachmawati

Editor

KOMPAS.com - Irwandi Andi (61), warga Kelurahana Kota Lama, Kota Malang, Jawa Timur menikahi cinta pertamanya, Nur Aini (48). Untuk menikahi cinta pertamanya, Irwandi menunggu selama 32 tahun.

Setelah terpisah selama 32 tahun, akhirnya mereka menikah pada 14 Agustus 2022. Video pernikahan mereka sempat viral di media sosial TikTok.

Dalam unggahan tersebut tertulis: puluhan tahun berpisah akhirnya berjodoh dengan cinta pertamanya di usia 61 tahun.

Baca juga: 32 Tahun Menanti, Lelaki di Malang Nikahi Cinta Pertamanya di Usia 61 Tahun

Seorang Ketua RW

Andi adalah seorang pensiunan guru Pegawai Negeri Sipil (PNS) Kota Malang.

Ia terakhir bertugas sebagai Kepala Sekolah pada tahun 2021. Saat ini ia menjabat Ketua RW di lokasi ia tinggal.

Sementara Aini, yang telah menjadi istrinya sehari-hari mengajar sebagai guru TK.

Dari jabatannya sebagai Ketua RW, Andi tahu jika suami Aini meninggal dunia.  Saat itu Aini menemui Andi yang kebetulan menjabat Ketua RW untuk mengurus surat administrasi.

"Saya menikah siri waktu itu, karena waktu itu wanita yang sempat saya nikahi kondisinya parah dengan anak yang ditinggal suaminya sebelumnya, tapi enggak lama beberapa bulan kemudian saya ditinggal ketika mau nikah resmi, ya anaknya umur 8 tahun ikut saya sekarang," ujarnya saat ditemui, Senin (21/2/2022).

Baca juga: Depresi Setelah Ditinggal Pacar Menikah, Pria di Banyuasin Dipasung oleh Keluarganya, Ini Kisahnya

Pernah sama-sama menikah

ilustrasi menikahPEXELS/NATASHA FERNANDEZ ilustrasi menikah
Andi bercerita ia pernah mengajar di SDN Kota Lama 6 yang saat ini menjadi SDN Kota Lama 10.

Ia kemudian pindah ke SDN Kota Lama 11 dan dipromosikan menjadi Kepala Sekolah d SDN 5 Mergosono 5 hingga ia pensiun.

Pria 61 tahun itu pun bercerita awal saat itu bertemu dengan Aini.

Saat itu Andi yang asli daerah Nongkojajar, Pasuruan kerap main ke rumah Aini yang ada di Kota Malang sekitar tahun 1990-an.

Baca juga: Geram Suami Menikah Lagi, Istri di Bintan Lapor Polisi, Pelaku Ditangkap Saat Resepsi, Ini Ceritanya

Kala itu Andi sedang menempuh pendidikan di salah satu perguruan tinggi di Kota Malang.

"Saya kenal Bu Aini ini sejak dia masih SMP, kemudian saya tinggal karena pekerjaan sambil kuliah di IKIP PGRI, kemudian lanjut S2 di STIE," katanya.

Hingga suatu hari Andi mendengar jika perempuan pujannya telah menikah dan memiliki suami.

Andi pun juga menikah siri dengan seorang ibu tunggal yang memiliki satu anak.

"Saya menikah siri waktu itu, karena waktu itu wanita yang sempat saya nikahi kondisinya parah dengan anak yang ditinggal suaminya sebelumnya, tapi enggak lama beberapa bulan kemudian saya ditinggal ketika mau nikah resmi, ya anaknya umur 8 tahun ikut saya," kata dia.

Baca juga: Baru Setahun Menikah, Bripda Febriyan Tewas Saat Ritual di Pantai Payangan, Sempat Pamit ke Istri

Tak menyangka jika menikah

Ilustrasi cintaTeraphim Ilustrasi cinta
Andi mengaku jika ia kerap menyimpan rindunya kepada Aini. Bahkan saat ini ia masih tak percaya bisa menikahi perempuan pujannya itu.

"Ya saya itu ibaratnya punya ikatan batin dengan Bu Aini, kadang kalau lewat rumah ketemu dalam hati saya bilang itu kan pacar saya dulu, Alhamdulillah dipertemukan secara sah kembali," katanya.

Hal yang sama juga diungkapkan oleh Aini. Ia bercerita, bertemu dengan Andi pertama kali saat ia masih SMP.

Baca juga: Penjual Motor Rental di Maluku Ditangkap Saat Sedang Menikah di KUA

Ia kemudian menikah dengan pria lain dan pada tahun 2014, sang suami meninggal dunia.

"Dulu Pak Andi pernah mengungkapkan perasaan tapi saya masih muda waktu itu, pernah dicium waktu ngajari saya belajar, kalau suami saya sebelumnya sudah meninggal dunia tahun 2014 lalu," katanya.

Semnetara itu terkait tanggal pernikahannya pada 14 Februari, Aini bercerita ia memilih tanggal pernikahan menurut penanggalan Jawa.

"Pemilihan tanggal 14 nikah itu enggak sengaja karena berdasarkan weton seperti orang Jawa nyari tanggal baik ke kiai, saya enggak tahu kalau ada hari valentine, nggak ngerti kayak gitu-gitu," katanya.

Baca juga: 9 Fakta Menarik Tradisi Suku Batak, dari Larangan Menikah Satu Marga hingga Perkawinan dengan Sepupu

Setelah menikah dengan Andi, Aini berharap bisa mendidik anak-anaknya menjadi sosok yang sukses.

"Anak saya satu perempuan kelas 2 SMK umur 18 tahun, satunya SD kelas 6, sama anaknya dari Pak Andi, kalau diberi momongan lagi ya Alhamdulillah," katanya

Baik Andi atau Aini sama sama tak menyangka jika pernikahannya viral dan menjadi perbincangan di media sosial.

"Padahal pernikahan itu sederhana di hari H, tapi setelahnya banyak yang datang, saya kaget loh kok tahu dari mana mereka ini, ternyata dari TikTok, sampai istri saya ini mau diundang stasiun TV ke Jakarta, Alhamdulillah sekalian bulan madu kalau begitu," ungkap Andi.

SUMBER: KOMPAS.com (Penulis: Nugraha Perdana | Editor : Pythag Kurniati)

Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang



Terkini Lainnya
Bus Wisatawan Jadi Tawanan Warga Lokal di Banyuwangi Gara-gara Tak Bayar Rp 150.000
Bus Wisatawan Jadi Tawanan Warga Lokal di Banyuwangi Gara-gara Tak Bayar Rp 150.000
Surabaya
Residivis Pencurian Ternak Serang Polisi Pakai Parang, Pelaku Tewas Tertembak
Residivis Pencurian Ternak Serang Polisi Pakai Parang, Pelaku Tewas Tertembak
Surabaya
Pemkot Surabaya Bakal Gelar Acara Galang Dana untuk Korban Banjir Sumatera
Pemkot Surabaya Bakal Gelar Acara Galang Dana untuk Korban Banjir Sumatera
Surabaya
Sikapi Polemik PBNU, Pengasuh Pesantren Tebuireng Ingatkan soal Pentingnya Musyawarah dan Qanun Asasi
Sikapi Polemik PBNU, Pengasuh Pesantren Tebuireng Ingatkan soal Pentingnya Musyawarah dan Qanun Asasi
Surabaya
Lokomotif Kereta Kertanegara Mogok di Kediri, Perjalanan Molor 151 Menit
Lokomotif Kereta Kertanegara Mogok di Kediri, Perjalanan Molor 151 Menit
Surabaya
BMKG Prediksi Cuaca Ekstrem di Surabaya dan 38 Kota/Kabupaten di Jawa Timur Mulai 11–20 Desember 2025
BMKG Prediksi Cuaca Ekstrem di Surabaya dan 38 Kota/Kabupaten di Jawa Timur Mulai 11–20 Desember 2025
Surabaya
Detik-detik Copet Beraksi di Stasiun Gubeng, KAI: Wajah Pelaku Sudah Teridentifikasi
Detik-detik Copet Beraksi di Stasiun Gubeng, KAI: Wajah Pelaku Sudah Teridentifikasi
Surabaya
Ajak Warga Jatim Tanam Pohon, Khofifah: Paling Tidak Tiap Ulang Tahun
Ajak Warga Jatim Tanam Pohon, Khofifah: Paling Tidak Tiap Ulang Tahun
Surabaya
PTPN Sebut Warga Berstatus Karyawan BUMN di KTP adalah Pekerja Borongan
PTPN Sebut Warga Berstatus Karyawan BUMN di KTP adalah Pekerja Borongan
Surabaya
Banjir Lahar Semeru, Batu Besar Tutupi Jembatan Limpas, Akses 3 Dusun di Lumajang Terputus
Banjir Lahar Semeru, Batu Besar Tutupi Jembatan Limpas, Akses 3 Dusun di Lumajang Terputus
Surabaya
Alasan Kejari Situbondo Tuntut Kakek Pemikat Cendet 2 Tahun Penjara
Alasan Kejari Situbondo Tuntut Kakek Pemikat Cendet 2 Tahun Penjara
Surabaya
Infrastruktur di Lumajang yang Rusak akibat Banjir Lahar Diperbaiki dengan Skema Patungan
Infrastruktur di Lumajang yang Rusak akibat Banjir Lahar Diperbaiki dengan Skema Patungan
Surabaya
SEA Games 2025, Atlet Petanque Asal Kota Pasuruan Sumbang Medali Perunggu
SEA Games 2025, Atlet Petanque Asal Kota Pasuruan Sumbang Medali Perunggu
Surabaya
131 Jukir Liar di Surabaya Ditangkap Sepanjang 2025
131 Jukir Liar di Surabaya Ditangkap Sepanjang 2025
Surabaya
Gubernur Khofifah: Gula Merah Lumajang Bisa Dijual ke Pasar Internasional
Gubernur Khofifah: Gula Merah Lumajang Bisa Dijual ke Pasar Internasional
Surabaya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau