Sati bercerita Eko lahir dalam kondisi normal dengan berat 3.9 kilogram. Namun saat berusia 1 bulan, Eko mengalami panas tinggi hingga kejang-kejang.
Ia pun sempat dirawat di rumah sakit di Madiun. Namun sejak saat itu, perkembangan Eko sangat lambat.
Eko tak bisa berjalan dan tak bisa bicara. Dia hanya bisa menangis saat berkomunikasi dengan keluarganya.
“Sembuh, tapi kaki dan tangannya seperti lemas. Sampai sekarang tidak bisa duduk, tidak bisa bicara. Kalau minta apa apa ya nangis,” kata dia.
Setelah sang ibu menikah lagi, Eko dirawat kakek dan neneknya.
“Orangtua Eko itu sudah cerai, anak saya Ernawati tinggal bersama suaminya di Watuwalang. Eko kami yang merawat,” imbuhnya.
Baca juga: Bukan karena Divaksin, Pelajar di Parepare Lumpuh akibat Gangguan Tulang Belakang
Eko beserta nenek dan kakeknya tinggal di rumah yang sederhana berlantai semen.
Di belakang rumah mereka ada kandang yang berisi 8 ekor kambing. Bagian dapur terlihat berantakan.
Menurut Sati, dapur itu dulunya adalah kandang kambing yang juga digunakan untuk menampung kotoran kambing.
Namun ruangan tersebut telah ditutup asbes. Di pojok ruangan terdapat cucian piring keramik yang terlihat baru. Menurut Sati, cucian piring tersebut baru dibuat oleh pemerintah daerah.
Baca juga: Pelajar di Parepare Sulsel Dikabarkan Lumpuh Usai Divaksin
“Rencananya akan dibuatkan kamar mandi sama pemerintah daerah,” kata Sati.
Ia mengaku berterimakasih atas bantuan Pemerintah Ngawi untuk membuat rumahnya lebih layak agar bisa mengasuh Eko lebih baik.
Dia berharap cucunya naninya bisa menjalani hidup seperti layaknya anak lain.
“Ya pingin melihat dia bermain atau sekolah seperti anak lainnya,” ucapnya.
Saat ini Eko dirawat di rumah sakit ditemani oleh ibu dan kakeknya.
“Sekarang dirawat di RSU Ngawi. Ini kakek sama ibunya yang menemani, saya jaga dua cucu di rumah,” ujar dia.
Baca juga: Kisah Bripka Ripal, Sisihkan Gaji untuk Bantu Anak Lumpuh di Indragiri Hulu