Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

"Seandainya Tahu Mas Febri Ikut Ritual, Jelas Aku Larang"

Kompas.com, 16 Februari 2022, 07:17 WIB
Rachmawati

Editor

KOMPAS.com - Bripda Febriyan Duwi masuk daftar 11 korban tewas dalam ritual maut yang digelar di Pantai Payangan, Jember, pada Minggu (13/2/2022) dini hari.

Pria asal Lumajang berpangkat bintara itu sudah lima tahun bergabung di Polres Bondowoso. Dua tahun terakhir ini, dia bertugas di Polsek Pujer.

Pria yang akrab dipanggil Febri itu memiliki istri yang bernama Diana. Kisah cinta mereka tumbuh bersemi di Bondowoso, tempat Febri bertugas.

Baca juga: Istri Muda dan Anak Tiri Pimpinan Tunggal Jati Nusantara Ikut Tewas Saat Ritual Maut di Pantai Payangan Jember

Mereka baru menikah selama setahun.

Diana bercerita, suaminya berencana membangun rumah di Bondowoso tahun ini. Bahkan, mereka sudah membeli tanah untuk dibangun rumah.

Namun, saat akan dibangun, sang suami justru meninggal saat ritual di tepi Pantai Payangan.

Kenal di kelompok pengajian

Menurut Diana, ia tak begitu tahu alasan suaminya dan puluhan orang lainnya melakukan ritual di bibir pantai selatan.

Namun, dia mengenal sosok Nurhasan, ketua kelompok Tunggal Jati Nusantara. Ia beberapa kali diajak oleh sang suami untuk bertemu Hasan.

Yang ia tahu, kelompok itu sering mengadakan acara pengajian.

"Pernah beberapa kali diajak suami (Febri) ke rumah Hasan. Tapi, enggak ada cerita soal ritual, setahuku Hasan ini teman suamiku yang bisa nyembuhkan orang," ujar Diana.

Baca juga: Kami Taunya Korban ke Sana untuk Mengaji, Shalawatan, Tidak Tahu kalau Ada Ritual seperti Itu

Menurut Diana, suaminya mengenal Hasan saat sama-sama tergabung dalam kelompok pengajian. Mereka berdua saat itu sama-sama berstatus murid.

Hingga akhirnya belakangan ini hubungan mereka semakin akrab. Febri sering pamit ke Diana untuk menggelar acara pengajian di rumah Hasan.

Dia bercerita, di malam kejadian, suaminya yang sedang piket di Mapolsek Pujer ditelepon oleh Nurhasan.

Setelah mendapatkan telepon dari pemimpin Padepokan Tunggal Jati Nusantara itu, Bripda Febriyan menelepon Diana yang sedang bertugas di puskesmas.

Baca juga: Pesan Terakhir Bripda Febriyan yang Tewas Saat Ritual di Pantai Payangan, Sempat Minta Kayu ke Ayahnya

Febri berpamitan untuk pergi ke pantai bersama Hasan.

"Mas itu pulang kerja ditelepon sama Hasan diajak ke pantai. Kalau enggak ditelepon, enggak ke sana, karena besok paginya berencana mau pulang ke Lumajang," terang Diana.

Diana sekarang hanya bisa menangisi jalan cerita hidup suaminya.

Ia berkata, seandainya menjadi seorang hakim, dia ingin mengadili Hasan. Dia yakin suaminya ikut dalam acara ritual karena terpengaruh bujuk rayu Hasan.

"Pantai Payangan kan jelas-jelas sudah terkenal ombaknya besar, kok malah dijadikan tempat ritual. Seandainya aku tahu Mas Febri ikut ritual-ritual, ya jelas aku larang," pungkas dia.

Baca juga: Pimpinan Padepokan yang Gelar Ritual Maut di Jember Dikenal sebagai Paranormal, Selalu Gunakan Selendang Hijau

Halaman:


Terkini Lainnya
Ajak Warga Jatim Tanam Pohon, Khofifah: Paling Tidak Tiap Ulang Tahun
Ajak Warga Jatim Tanam Pohon, Khofifah: Paling Tidak Tiap Ulang Tahun
Surabaya
PTPN Sebut Warga Berstatus Karyawan BUMN di KTP adalah Pekerja Borongan
PTPN Sebut Warga Berstatus Karyawan BUMN di KTP adalah Pekerja Borongan
Surabaya
Banjir Lahar Semeru, Batu Besar Tutupi Jembatan Limpas, Akses 3 Dusun di Lumajang Terputus
Banjir Lahar Semeru, Batu Besar Tutupi Jembatan Limpas, Akses 3 Dusun di Lumajang Terputus
Surabaya
Alasan Kejari Situbondo Tuntut Kakek Pemikat Cendet 2 Tahun Penjara
Alasan Kejari Situbondo Tuntut Kakek Pemikat Cendet 2 Tahun Penjara
Surabaya
Infrastruktur di Lumajang yang Rusak akibat Banjir Lahar Diperbaiki dengan Skema Patungan
Infrastruktur di Lumajang yang Rusak akibat Banjir Lahar Diperbaiki dengan Skema Patungan
Surabaya
SEA Games 2025, Atlet Petanque Asal Kota Pasuruan Sumbang Medali Perunggu
SEA Games 2025, Atlet Petanque Asal Kota Pasuruan Sumbang Medali Perunggu
Surabaya
131 Jukir Liar di Surabaya Ditangkap Sepanjang 2025
131 Jukir Liar di Surabaya Ditangkap Sepanjang 2025
Surabaya
Gubernur Khofifah: Gula Merah Lumajang Bisa Dijual ke Pasar Internasional
Gubernur Khofifah: Gula Merah Lumajang Bisa Dijual ke Pasar Internasional
Surabaya
Mahasiswa Terdampak Bencana Sumatera, UTM Bebaskan UKT hingga Semester 8
Mahasiswa Terdampak Bencana Sumatera, UTM Bebaskan UKT hingga Semester 8
Surabaya
Curhat Kurir Paket di Banyuwangi, Kena Omel gara-gara Order Palsu
Curhat Kurir Paket di Banyuwangi, Kena Omel gara-gara Order Palsu
Surabaya
Khofifah Tinjau Pembangunan 2 Jembatan yang Ambruk di Lumajang, Pastikan Rampung 31 Desember
Khofifah Tinjau Pembangunan 2 Jembatan yang Ambruk di Lumajang, Pastikan Rampung 31 Desember
Surabaya
Antre 3 Jam di Pasar Murah Pemprov Jatim di Lumajang, Warga Pulang Tangan Kosong
Antre 3 Jam di Pasar Murah Pemprov Jatim di Lumajang, Warga Pulang Tangan Kosong
Surabaya
Unair Terjunkan Bantuan Teknologi dan Tim Manajemen Bencana ke Sumatera
Unair Terjunkan Bantuan Teknologi dan Tim Manajemen Bencana ke Sumatera
Surabaya
Banjir Bandang Probolinggo, Puluhan Rumah dan 4 Jembatan Rusak, Ribuan Warga Terisolasi
Banjir Bandang Probolinggo, Puluhan Rumah dan 4 Jembatan Rusak, Ribuan Warga Terisolasi
Surabaya
Harapan Para Tukang Becak Lansia asal Kota Pasuruan Penerima Becak Listrik: Semoga Diminati seperti Ojek Online
Harapan Para Tukang Becak Lansia asal Kota Pasuruan Penerima Becak Listrik: Semoga Diminati seperti Ojek Online
Surabaya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau