Salin Artikel

"Seandainya Tahu Mas Febri Ikut Ritual, Jelas Aku Larang"

Pria asal Lumajang berpangkat bintara itu sudah lima tahun bergabung di Polres Bondowoso. Dua tahun terakhir ini, dia bertugas di Polsek Pujer.

Pria yang akrab dipanggil Febri itu memiliki istri yang bernama Diana. Kisah cinta mereka tumbuh bersemi di Bondowoso, tempat Febri bertugas.

Mereka baru menikah selama setahun.

Diana bercerita, suaminya berencana membangun rumah di Bondowoso tahun ini. Bahkan, mereka sudah membeli tanah untuk dibangun rumah.

Namun, saat akan dibangun, sang suami justru meninggal saat ritual di tepi Pantai Payangan.

Kenal di kelompok pengajian

Menurut Diana, ia tak begitu tahu alasan suaminya dan puluhan orang lainnya melakukan ritual di bibir pantai selatan.

Namun, dia mengenal sosok Nurhasan, ketua kelompok Tunggal Jati Nusantara. Ia beberapa kali diajak oleh sang suami untuk bertemu Hasan.

Yang ia tahu, kelompok itu sering mengadakan acara pengajian.

"Pernah beberapa kali diajak suami (Febri) ke rumah Hasan. Tapi, enggak ada cerita soal ritual, setahuku Hasan ini teman suamiku yang bisa nyembuhkan orang," ujar Diana.

Menurut Diana, suaminya mengenal Hasan saat sama-sama tergabung dalam kelompok pengajian. Mereka berdua saat itu sama-sama berstatus murid.

Hingga akhirnya belakangan ini hubungan mereka semakin akrab. Febri sering pamit ke Diana untuk menggelar acara pengajian di rumah Hasan.

Dia bercerita, di malam kejadian, suaminya yang sedang piket di Mapolsek Pujer ditelepon oleh Nurhasan.

Setelah mendapatkan telepon dari pemimpin Padepokan Tunggal Jati Nusantara itu, Bripda Febriyan menelepon Diana yang sedang bertugas di puskesmas.

Febri berpamitan untuk pergi ke pantai bersama Hasan.

"Mas itu pulang kerja ditelepon sama Hasan diajak ke pantai. Kalau enggak ditelepon, enggak ke sana, karena besok paginya berencana mau pulang ke Lumajang," terang Diana.

Diana sekarang hanya bisa menangisi jalan cerita hidup suaminya.

Ia berkata, seandainya menjadi seorang hakim, dia ingin mengadili Hasan. Dia yakin suaminya ikut dalam acara ritual karena terpengaruh bujuk rayu Hasan.

"Pantai Payangan kan jelas-jelas sudah terkenal ombaknya besar, kok malah dijadikan tempat ritual. Seandainya aku tahu Mas Febri ikut ritual-ritual, ya jelas aku larang," pungkas dia.

Joko mengaku tak menyangka putranya begitu cepat pergi. Menurutnya Febri sedang membangun rumah di Bondosowo.

Menurut Joko, seminggu yang lalu anaknya menelpon dan meminta kayu untuk membangun rumah.

"Kayunya sudah saya siapkan. Bilangnya mau diambil hari Minggu kemarin. Ternyata diambil sungguhan tapi untuk pelingsir pemakamannya," kata Joko di rumah duka, Selasa (15/2/2022).

Joko dan keluarga akan selalu mendoakan Bripda Febriyan dan berharap Hasan diproses hukum.

"Kami mohon doanya agar almarhum anak saya bisa tenang di sana," jelas Joko.

Hasan disebut lebih senior dari Febri

Sementara itu Eka, kakak Febri mengaku jika keluarga tahu aktivitas adiknya di padepokan pimpinan Nurhasan.

Namun mereka tak tahu jika ada ritul di pinggir pantai.

"Kami taunya korban kalau ke sana untuk mengaji, shalawatan, dan istighasah. Tidak tau kalau ada ritual seperti itu (di tengah laut)," kata Eka.

Ia mengatakan Bripda Febriyan dan Nur Hasan memiliki guru yang sama. Namun, Eka enggan menyebutkan nama guru yang dipanggil Eyang tersebut.

Hanya saja, Eka menegaskan, Febriyan dan Hasan hanya mengaji bersama eyang tersebut, tanpa ada ritual.

"Kenalnya ya dari mengaji bareng ke eyang. Cuma Hasan ini lebih senior daripada adik saya. Kalau di eyang itu cuma ngaji enggak ada ritualnya," kata Eka.

SUMBER: KOMPAS.com (Penulis: Miftahul Huda | Editor : Dheri Agriesta), Tribun Jatim

https://surabaya.kompas.com/read/2022/02/16/071700778/seandainya-tahu-mas-febri-ikut-ritual-jelas-aku-larang

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke