Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bata Tak Utuh di Struktur Pagar Permukiman Era Majapahit Situs Karangtengah, Ini Kata Arkeolog

Kompas.com - 12/02/2022, 17:53 WIB
Asip Agus Hasani,
Dheri Agriesta

Tim Redaksi

BLITAR, KOMPAS.com - Tim ekskavasi penyelamatan Situs Karangtengah di Kota Blitar menemukan sebuah kejanggalan di salah satu ruas struktur pagar di kawasan yang diduga bekas permukiman era Kerajaan Majapahit itu.

Terdapat beberapa lapis pada ruas itu yang menggunakan susunan bata dengan ukuran sisi permukaan kotak atau hampir membentuk bidang bujur sangkar. Padahal ukuran batu bata yang digunakan di situs adalah sekitar 38 x 21 x 8 sentimeter.

Ketua tim ekskavasi Nugroho Harjo Lukito menduga bata dengan sisi permukaan kotak itu sebagai potongan-potongan bata sisa yang tetap digunakan tukang dalam pembangunan struktur diduga pagar permukiman itu.

"Kalau kita lihat salah satu ujung bata yang kotak itu tidak rata, terlihat seperti bata patah. Jadi mungkin ini bata sisa yang patah tapi tetap digunakan oleh tukangnya," kata Nugroho kepada Kompas.com, Sabtu (12/2/2022).

Sebelumnya, tim sempat menduga susunan bata kotak itu merupakan bagian dari struktur lantai seperti yang ditemukan di kawasan Trowulan, Mojokerto. Di mana, ditemukan struktur lantai menggunakan bata dengan sisi permukaan bujur sangkar.

Namun, dugaan itu terbantahkan setela penggalian struktur membujur arah utara-selatan sejajar dengan saluran irigasi itu dilanjutkan dan ditemukan pilar.

Bata dengan sisi permukaan kotak itu berukuran sekitar 18 x 21 x 8 sentimeter. Sehingga untuk membentuk ketebalan struktur pagar berukuran sekitar 38 sentimeter, dibutuhkan dua potongan bata kotak.

"Bagian ujung yang tidak rata atau tidak rapi saling beradu di tengah struktur sehingga struktur pagar dari luar tetap terlihat rapi," ujarnya.

Nugroho menduga, lapisan yang menggunakan potongan bata tidak utuh itu hanya terdiri dari sekitar tiga lapis. Sedangkan di lapisan atasnya digunakan bata utuh dengan permukaan persegi panjang dan disusun melintang.

"Jika pagar ini masih utuh, penggunaan bata yang tidak utuh itu tidak akan terlihat karena di lapisan atasnya digunakan bata utuh," kata dia.

Baca juga: BPCB Jatim Mulai Ekskavasi Situs Karangtengah, Diduga Bekas Permukiman Era Majapahit di Blitar

Nugroho tidak dapat memastikan berapa banyak bagian dari bangunan pagar itu yang menggunakan bata tidak utuh. Namun, dia menduga hanya sebagian kecil saja termasuk satu ruas yang ada di dekat salah satu sudut struktur pagar itu.

Temuan itu cukup menggelitik, kata dia, karena ternyata tukang yang bekerja membangun pagar itu memanfaatkan bata patah dan hal itu disembunyikan dengan baik. Penggunaan bata tak utuh itu tidak terlihat dari samping atau pun dari atas.

Namun, yangm menjadi pertanyaan, kata Nugroho, apakah penggunaan bata tidak utuh itu sebuah upaya untuk menghemat biaya pembangunan atau ada alasan lain.

"Atau jangan-jangan tukangnya korupsi. Belanja batanya minta tambah tapi ternyata dia pasang bata sisa yang sudah patah-patah," ujarnya setengah bercanda.

Permukiman bangsawan kelas menengah

Dugaan lainnya, kata Nugroho, pemanfaatan potongan bata yang tidak utuh sebagai langkah penghematan meski hal itu dapat mengurangi kekuatan struktur pagar.

Menurutnya, bengsawan dan lapisan masyarakat penyangga yang bermukim di kawasan yang disebut Situs Karangtengah itu kemungkinan memang berasal dari golongan menengah ke bawah.

"Sehingga mereka memang biayanya terbatas sehingga bata patah pun tetap digunakan. Ini hanya dugaan-dugaan ya," ujarnya.

Terkait strata sosial dari masyarakat yang menghuni permukiman itu di masa lalu, kata Nugroho, dapat terlihat dari proporsi pecahan gerabah dan keramik yang ditemukan selama proses ekskavasi situs yang terletak di tengah area persawahan itu.

Dari ratusan pecahan keramik dan gerabah, kata Nugroho, jumlah pecahan keramik Cina hanya sekitar 10 persen dari gerabah produksi lokal.

 

Sebaliknya, temuan pecahan perabotan rumah tangga dari pemukiman kuno milik kaum bangsawan yang memiliki strata tinggi didominasi pecahan keramik, sebutan untuk perabotan yang terbuat dari tanah liat tetapi diproduksi dengan pembakaran suhu tinggi dan dengan hiasan glasir.

Keramik yang banyak digunakan di era Majapahit atau sebelumnya banyak didatangkan dari Cina.

"Di bekas pemukiman bangsawan strata yang lebih tinggi, komposisinya bisa terbalik, dominasi pecahan keramik Cina dan pecahan gerabah hanya 10 persen atau bahkan hampir tidak ditemukan," ujarnya.

Hingga hari keenam proses ekskavasi penyelamatan Situs Karangtengah, tidak banyak yang berhasil diungkap kecuali artefak-artefak yang meneguhkan dugaan awal situs sebagai bekas permukiman era Kerajaan Majapahit.

Nugroho menyebut pecahan-pecahan keramik yang ditemukan mencirikan buatan era Dinasti Song akhir dan Yuan di Cina, periode yang pararel dengan era Kerajaan Majapahit.

"Pecahan keramik dan gerabah yang kita temukan mayoritas berasal dari perabotan wadah, barang yang lazim ditemukan di situs bekas pemukiman kuno. Beberapa pecahan gerabah terdapat bekas digunakan berupa jelaga hitam yang menempel," ujarnya.

Tim juga menemukan lagi gandik batu yang biasa digunakan sebagai alat menumbuk ramuan jamu atau bumbu masak, sehingga sejauh ini telah ditemukan dua gandik di situs itu.

Baca juga: Temukan Struktur Lantai Bata di Situs Karangtengah, BPCB Jatim: Hampir Sama dengan Kawasan Trowulan

Penggalian struktur pagar membujur arah timur-barat menemukan adanya struktur diduga bekas penyekatan ruang yang berfungsi sebagai penyimpanan perabot atau dapur.

Terakhir, tim juga menemukan tiga potong tulang yang diduga tulang hewan sisa konsumsi. Temuan tulang itu sekali lagi menguatkan dugaan situs sebagai bekas permukiman kuno.

Situs Karangtengah berada di area persawahan di Kelurahan Karangtengah, Kecamatan Sananwetan, Kota Blitar, Jawa Timur. Lokasinya sekitar 100 meter dari pagar bagian belakang RSUD Mardi Waluyo yang dibangun pada awal 2000-an.

Perhatian pada Situs Karangtengah dimulai ketika struktur batu bata kuno terlihat oleh petani karena tanah tergerus air di saluran irigasi pada pertengahan tahun lalu.

Penggalian pada fase survei penyelamatan telah dilakukan oleh BPCB pada September tahun lalu.

Arkeolog memercayai Situs Karangtengah merupakan kawasan permukiman kuno setidaknya sejak era Kerajaan Majapahit dengan potensi benda cagar budaya tersebar di luasan area lebih dari satu hektar.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Turis Asal China Jatuh ke Jurang Kawah Ijen Saat Foto, Korban Meninggal Dunia

Turis Asal China Jatuh ke Jurang Kawah Ijen Saat Foto, Korban Meninggal Dunia

Surabaya
Gunung Semeru Kembali Meletus, Keluarkan Asap Setinggi 1.500 Meter

Gunung Semeru Kembali Meletus, Keluarkan Asap Setinggi 1.500 Meter

Surabaya
Cerita Warga yang Dusunnya Terisolasi akibat Banjir Lahar Semeru

Cerita Warga yang Dusunnya Terisolasi akibat Banjir Lahar Semeru

Surabaya
Kronologi Siswi di Sukabumi Meninggal Saat Seleksi Paskibraka,Sempat Pingsan Usai Lari 12 Menit

Kronologi Siswi di Sukabumi Meninggal Saat Seleksi Paskibraka,Sempat Pingsan Usai Lari 12 Menit

Surabaya
Polisi Telah Periksa Terduga Pelaku Kekerasan pada Anak Isa Bajaj, Status Masih Saksi

Polisi Telah Periksa Terduga Pelaku Kekerasan pada Anak Isa Bajaj, Status Masih Saksi

Surabaya
Kronologi Suami Istri di Lumajang Tewas Terseret Banjir Lahar Gunung Semeru Sepulang Silaturahmi

Kronologi Suami Istri di Lumajang Tewas Terseret Banjir Lahar Gunung Semeru Sepulang Silaturahmi

Surabaya
Jasad Bapak dan Anak yang Tercebur di Sungai Kalimas Gresik Ditemukan

Jasad Bapak dan Anak yang Tercebur di Sungai Kalimas Gresik Ditemukan

Surabaya
PDI-P Persilakan Anang Hermansyah Ikut Pendaftaran Bacabup-Bacawabup Jember

PDI-P Persilakan Anang Hermansyah Ikut Pendaftaran Bacabup-Bacawabup Jember

Surabaya
TKW Asal Madiun Robohkan Rumah Miliknya Usai Diceraikan Suami

TKW Asal Madiun Robohkan Rumah Miliknya Usai Diceraikan Suami

Surabaya
DPC PDI-P Jember Buka Pendaftaran Bacabup Bacawabup Pilkada 2024

DPC PDI-P Jember Buka Pendaftaran Bacabup Bacawabup Pilkada 2024

Surabaya
3 Dusun di Lumajang Terisolasi Imbas Jembatan Putus akibat Banjir Lahar Semeru

3 Dusun di Lumajang Terisolasi Imbas Jembatan Putus akibat Banjir Lahar Semeru

Surabaya
UPDATE Banjir dan Longsor Lumajang, 3 Meninggal dan 17 Jembatan Rusak

UPDATE Banjir dan Longsor Lumajang, 3 Meninggal dan 17 Jembatan Rusak

Surabaya
Petasan Meledak Jelang Pernikahan di Bangkalan, Calon Pengantin Kritis

Petasan Meledak Jelang Pernikahan di Bangkalan, Calon Pengantin Kritis

Surabaya
Ledakan Petasan di Bangkalan Terdengar Keras, Warga: Dikira Bom

Ledakan Petasan di Bangkalan Terdengar Keras, Warga: Dikira Bom

Surabaya
Prakiraan Cuaca Surabaya Hari Ini Sabtu 20 April 2024, dan Besok : Pagi ini Cerah Berawan

Prakiraan Cuaca Surabaya Hari Ini Sabtu 20 April 2024, dan Besok : Pagi ini Cerah Berawan

Surabaya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com