Dia bergabung dengan Indonesia Muda, yaitu organisasi kepemudaan Partai Indonesia atau Partindo.
Saat di Indonesia Muda ini Sukarni pernah ditugaskan ke Bandung untuk mengikuti sekolah pengaderan.
Salah satu pengadernya adalah Soekarno. Sehingga kesempatan tersebut merupakan kali pertama Sukarni bertemu dengan Soekarno.
Menjelang akhir pemerintahan Belanda, Sukarni yang saat itu memimpin Indonesia Muda ditangkap oleh Belanda.
Sukarni dibuang ke beberapa daerah, mulai Balikpapan, Samarinda, hingga Jakarta.
Saat Jepang berkuasa, Sukarni termasuk dalam tokoh-tokoh politik yang dibebaskan Jepang.
Pada masa Jepang ini kemudian Sukarni bersama tokoh muda lain membentuk Angkatan Baru Indonesia, yang sekretariatnya berada di Jalan Menteng 31.
Memasuki akhir Perang Dunia II, gejolak politik di Indonesia sangat luar biasa.
Terdapat dua kubu besar di kalangan para pejuang, yaitu kelompok tua dan kelompok muda.
Kelompok tua yang dipimpin Soekarno-Hatta menginginkan langkah politik yang terukur dalam menentukan kemerdekaan, salah satunya melalui mekanisme PPKI.
Sedangkan kelompok muda yang di dalamnya ada Sukarni menginginkan agar proklamasi kemerdekaan segera diumumkan.
Desakan kelompok muda kian besar ketika mereka mendengar kabar penyerahan Jepang pada tanggal 15 Agustus 1945.
Sukarni kemudian mengusulkan para pemuda untuk dapat menguasai situasi.
Para pemuda itu kemudian memutuskan untuk “menculik” Soekarno-Hatta, dan melindungi keduanya agar tidak dipengaruhi oleh Jepang.
Maka pada tanggal 16 Agustus 1945, para pemuda membawa Soekarno, Hatta, Ibu Fatmawati dan Guntur Soekarnoputra ke Rengasdenglok.