Kegiatan pertama dilakukan pada Rabu (26/1/2022), berupa sembahyang untuk mengantarkan kenaikan dewa-dewi (Sien Bing) Kelenteng Poo An Kiong ke kahyangan (Song Shen). Sembahyang hanya diikuti pengurus Kelenteng yang berjumlah belasan orang.
Pada Minggu (30/1/2022), akan dilakukan pemandian patung-patung dewa yang ada di lantai dua bangunan belakang kelenteng yang selamat dari amukan api. Satu rangkaian dengan pemandian patung-patung dewa, pakaian dan segala perhiasan yang dikenakan para dewa akan dicuci.
Jumlah patung dewa (Kiem Sien) yang akan dimandikan pun tinggal sedikit. Patung dewa yang harus dimandikan tinggal yang puluhan patung di lima altar di ruangan pemujaan di lantai dua itu.
Mereka adalah tiga altar tri nabi (Dai Shang Lauw Chin, Kong Hu Chu dan Buddha), altar Dewi Kwan Im, dan altar Se Mien Fuk (Buddha empat wajah).
Jumlah patung yang harus dimandikan jauh lebih sedikit dibandingkan masa sebelumnya ketika masih terdapat tujuh altar dewa dan dewi di ruangan persembahyangan yang terbakar termasuk altar dewa tuan rumah Kong Tek Cun Ong.
"Karena itu pula kegiatan memandikan Kiem Sien juga tidak membutuhkan banyak tenaga," kata Daniel.
Memandikan dan membersihkan patung dewa-dewi dilakukan setelah ruh para dewa meninggalkan raga patung-patung (Kiem Sien) tersebut.
Pada Senin (31/1/2022), akan dilakukan sembahyang menyambut pergantian tahun baru Imlek 2.573 dimulai di tengah malam.
Baca juga: Hasil Uji Labfor, Kebakaran Kelenteng Poo An Kiong Blitar akibat Korsleting Listrik
Pada hari keempat tahun baru yang dipercaya sebagai hari kembalinya para dewa ke Kiem Sien, Jumat (4/2/2022), dilakukan sembahyang penyambutan turunnya kembali para dewa ke bumi, ke rumah Kelenteng Poo An Kiong.
Terakhir, pada Sabtu (8/2/2022), dilakukan upacara pemujaan kepada Tuhan Semesta Alam serta pemanjatan puja dan puji syukur atas selesainya prosesi ritual mengakhiri satu tahun kalender dan memulai bentangan tahun kalender baru.
"Keseluruhan prosesi ini akan dilaksanakan hanya oleh pengurus," kata Daniel.
Pembatasan keterlibatan umat pada rangkaian perayaan dan ritual Imlek, kata Daniel, sudah lama direncanakan setelah musibah kebakaran itu terjadi.
Namun dalam perkembangannya, terjadi kenaikan kasus Covid-19, terutama dipicu oleh varian Omicron, sehingga pembatasan juga menjadi langkah untuk ikut menahan laju penularan.
"Kami juga mengimbau umat yang ada di luar kota untuk tidak usah mudik ke Blitar saat ini. Karena biasanya mereka juga menjalankan memanfaatkan momen Imlek untuk pulang kampung ke Blitar dan merayakan Imlek di sini," ujar Daniel.
Cara pemeluk Konghucu Blitar menyikapi kondisi yang ada akibat kebakaran mengajarkan kelenturan umat beragama dalam menerapkan ritual dan peribadatan.
"Pada dasarnya kita dapat memanjatkan doa, sembahyang dan memuja kapan pun, dimana pun, dan dengan cara yang tidak harus seragam. Yang terpenting adalah sembahyang di dalam batin kita," kata Alik.
Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang