Salin Artikel

Kesederhanaan Perayaan Imlek di Kelenteng Poo An Kiong Blitar yang Terbakar

Padahal, biasanya kesibukan puluhan penganut Konghucu di Kota dan Kabupaten Blitar sudah mulai terlihat sejak satu pekan sebelum pergantian tahun kalender China yang kali ini akan jatuh pada 1 Februari.

Material kayu dan genteng di dua ruang dari bangunan utama yang habis terbakar pada 22 November 2021 sudah bersih. Tersisa konstruksi dinding tanpa atap dan perabot di kelenteng berusia lebih dari 110 tahun itu.

"Kami memang meminta umat Konghucu di Blitar untuk tidak usah ke Kelenteng baik untuk membantu bersih-bersih atau pun mengikuti ritual Imlek," kata salah satu pengurus Poo An Kiong, Daniel, kepada Kompas.com, Kamis.

"Silakan menjalankan doa dan pemujaan di rumah masing-masing karena keterbatasan tempat di Kelenteng kita saat ini," tambah Daniel yang juga pengurus kelompok barongsai itu.

Hanya ada lima orang pengurus termasuk Daniel yang menjalani aktivitas seperti bersih-bersih kelenteng di satu bagian belakang kelenteng yang tidak ikut terbakar.

Bangunan kecil dua lantai itu selamat dari amukan api, antara lain, karena terbuat dari konstruksi beton.

Di lantai satu bangunan tambahan itu banyak digunakan sebagai sekretariat pengurus Kelenteng. Sementara di lantai dua terdapat ruang pemujaan tambahan di mana terdapat lima altar dewa.

Ketika Kompas.com bertandang, terlihat Ketua I Yayasan Poo An Kiong Alik Swan Kiang sedang berada di bagian menyerupai balkon di depan pintu ruang pemujaan.

"Ini yang tersisa dari kebakaran kemarin. Akan kita simpan, kita museumkan di sini," ujar Alik sembari menyaputkan cairan resin pada patung kayu yang terlihat hangus dan tak lagi sempurna.

Kedua tangan patung itu putus, bagian wajah tak lagi dikenali, dan sekujur badan patung berukuran tinggi sekitar 20 centimeter itu retak-retak.

"Kita tidak tahu lagi ini patung dewa apa. Ketika menyelamatkan patung-patung dewa kita berada dalam kepanikan dan tidak melihat dari altar dewa yang mana kita mengambilnya," tutur Alik.

Kata Alik, ketika resin mengeras maka patung yang sudah rusak terbakar itu tidak lagi mudah patah atau rontok bagian-bagiannya.

Hanya tersisa belasan dari puluhan patung dewa dari tujuh altar yang ada di ruang pemujaan yang terbakar. Namun hanya sebagian saja yang masih menunjukkan bentuk tubuh manusia, dan sisanya hanya terlihat sebagai onggokan kayu yang hangus terbakar.

Kebakaran yang terjadi pada sore hari akibat korsleting itu memang hanya menyisakan dinding yang terbuat dari bata. Konstruksi atap, pintu, almari dan juga puluhan patung dewa hangus terbakar.

Atas dasar itulah, dalam suasana berkabung, pengurus memutuskan untuk tidak melibatkan umat Konghucu pada rangkaian perayaan Imlek kali ini.

"Pawai barongsai keliling kota, misalnya, kita tiadakan. Tidak pantas jika kita tetap adakan kemeriahan itu sementara kondisi kelenteng hangus seperti itu," kata Daniel.

Kegiatan lain yang ikut dicoret dari daftar kegiatan adalah perayaan pada H-1 Imlek yang biasanya berisi satu rangkaian hiburan tradisional dan berpuncak pada tengah malam.

Sebaliknya, hanya ada sejumlah kegiatan ritual dan persembahyangan utama yang berkaitan dengan Hari Raya Imlek.


Kegiatan pertama dilakukan pada Rabu (26/1/2022), berupa sembahyang untuk mengantarkan kenaikan dewa-dewi (Sien Bing) Kelenteng Poo An Kiong ke kahyangan (Song Shen). Sembahyang hanya diikuti pengurus Kelenteng yang berjumlah belasan orang.

Pada Minggu (30/1/2022), akan dilakukan pemandian patung-patung dewa yang ada di lantai dua bangunan belakang kelenteng yang selamat dari amukan api. Satu rangkaian dengan pemandian patung-patung dewa, pakaian dan segala perhiasan yang dikenakan para dewa akan dicuci.

Jumlah patung dewa (Kiem Sien) yang akan dimandikan pun tinggal sedikit. Patung dewa yang harus dimandikan tinggal yang puluhan patung di lima altar di ruangan pemujaan di lantai dua itu.

Mereka adalah tiga altar tri nabi (Dai Shang Lauw Chin, Kong Hu Chu dan Buddha), altar Dewi Kwan Im, dan altar Se Mien Fuk (Buddha empat wajah).

Jumlah patung yang harus dimandikan jauh lebih sedikit dibandingkan masa sebelumnya ketika masih terdapat tujuh altar dewa dan dewi di ruangan persembahyangan yang terbakar termasuk altar dewa tuan rumah Kong Tek Cun Ong.

"Karena itu pula kegiatan memandikan Kiem Sien juga tidak membutuhkan banyak tenaga," kata Daniel.

Memandikan dan membersihkan patung dewa-dewi dilakukan setelah ruh para dewa meninggalkan raga patung-patung (Kiem Sien) tersebut.

Pada Senin (31/1/2022), akan dilakukan sembahyang menyambut pergantian tahun baru Imlek 2.573 dimulai di tengah malam.

Pada hari keempat tahun baru yang dipercaya sebagai hari kembalinya para dewa ke Kiem Sien, Jumat (4/2/2022), dilakukan sembahyang penyambutan turunnya kembali para dewa ke bumi, ke rumah Kelenteng Poo An Kiong.

Terakhir, pada Sabtu (8/2/2022), dilakukan upacara pemujaan kepada Tuhan Semesta Alam serta pemanjatan puja dan puji syukur atas selesainya prosesi ritual mengakhiri satu tahun kalender dan memulai bentangan tahun kalender baru.

"Keseluruhan prosesi ini akan dilaksanakan hanya oleh pengurus," kata Daniel.

Pembatasan keterlibatan umat pada rangkaian perayaan dan ritual Imlek, kata Daniel, sudah lama direncanakan setelah musibah kebakaran itu terjadi.

Namun dalam perkembangannya, terjadi kenaikan kasus Covid-19, terutama dipicu oleh varian Omicron, sehingga pembatasan juga menjadi langkah untuk ikut menahan laju penularan.

"Kami juga mengimbau umat yang ada di luar kota untuk tidak usah mudik ke Blitar saat ini. Karena biasanya mereka juga menjalankan memanfaatkan momen Imlek untuk pulang kampung ke Blitar dan merayakan Imlek di sini," ujar Daniel.

Cara pemeluk Konghucu Blitar menyikapi kondisi yang ada akibat kebakaran mengajarkan kelenturan umat beragama dalam menerapkan ritual dan peribadatan.

"Pada dasarnya kita dapat memanjatkan doa, sembahyang dan memuja kapan pun, dimana pun, dan dengan cara yang tidak harus seragam. Yang terpenting adalah sembahyang di dalam batin kita," kata Alik.

https://surabaya.kompas.com/read/2022/01/28/173340778/kesederhanaan-perayaan-imlek-di-kelenteng-poo-an-kiong-blitar-yang-terbakar

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke