Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Cerita Pilu Ahmad Afi Berjuang Jadi Pemain Sepak Bola, Tak Bisa Ikut Seleksi Timnas U-16 karena Sakit

Kompas.com, 22 Januari 2022, 09:24 WIB
Ghinan Salman,
Teuku Muhammad Valdy Arief

Tim Redaksi

SURABAYA, KOMPAS.com - Perjuangan Ahmad Faruq Idhom Afi untuk menjadi pesepak bola profesional harus pupus.

Pemuda asal Surabaya, Jawa Timur, itu terpaksa harus mengakhiri karirnya sebagai pesepak bola lebih dini karena menderita penyakit kronis.

Abdurrohman, ayah Afi, menceritakan anak sulungnya itu memang memiliki bakat di dunia sepak bola sejak masih kanak-kanak.

Baca juga: Eks Pemain Timnas U-16 Ahmad Afi Terbaring Sakit, Ketua PKK Surabaya: Kami Dampingi hingga Sembuh

Di usia belia itu, Afi serius menekuni sepak bola dengan bergabung bersama salah satu Sekolah Sepak Bola (SSB) di Surabaya.

Pemuda yang kini berusia 17 tahun itu bahkan sering mengikuti turnamen sepak bola di tingkat kota.

Pada 2016 lalu, ia juga sempat mendapatkan piala dan piagam dalam pertandingan sepak bola.

"Dulu Afi sempat juara harapan Piala Wali Kota Surabaya 2016, dan juara turnamen Piala Mitra Surabaya," kata Abdurrohman saat dihubungi, Sabtu (22/1/2022).

Karena menilai Ahmad Afi memiliki bakat di sepak bola, keluarganya mendorong agar Afi bisa melangkah lebih jauh dan menjadi pesepak bola profesional.

Anak pertama dari empat bersaudara itu akhrinya mengikuti seleksi timnas Indonesia U-16.

Baca juga: Sakit Kronis, Eks Pemain Timnas U-16 Ahmad Afi Kini Kurus Kering, Didiagnosis Penyumbatan Otak

Ia bahkan sempat mendapat panggilan dari pelatih timnas u-16 asuhan pelatih Bima Sakti saat itu.

Pada seleksi tahapan pertama, Afi dinyatakan lolos seleksi.

Namun, pada panggilan tahap kedua, Afi tak bisa memenuhi panggilan karena sakit yang diderita.

"Sebelum Afi sakit itu, dia dapat panggilan timnas U-16. Seleksi pertama Afi lolos, tapi seleksi kefua Afi tidak bisa hadir karena sakit," ucap Abdurrohman.

Menurut Abdurrohman, Afi sakit sudah sekitar tahun lalu, tepatnya pada 24 Juni 2020.

Saat itu, Afi sempat terjatuh di dalam rumah hingga tak sadarkan diri. Ia diketahui terpeleset di kamar mandi.

Setelah berhasil sadarkan diri, tubuh Afi mengalami kejang. Sejak saat itulah kondisi fisiknya semakin lemah hingga dinyatakan menderita penyakit kronis.

"Awalnya, Afi terpeleset di depan kamar mandi dan enggak sadarkan diri. Mau makan dan minum langsung kejang," kata dia.

Baca juga: Eks Pemain Timnas U-16 Ahmad Afi Terbaring Sakit, Ketua PKK Surabaya: Kami Dampingi hingga Sembuh

Setelah jatuh di kamar mandi, keluarga sempat membawa Afi ke Rumah Sakit Mitra Keluarga di Surabaya.

Saat itu, kondisinya fisiknya masih terbilang normal dan  tak ada bekas luka apa pun setelah terjatuh.

Afi juga masih sempat berbicara selama sekitar lima hari.

Namun, setelahnya Afi sudah tak bisa berbicara lagi. Ia hanya bisa merespons ketika ada seseorang yang memanggil maupun mengajaknya berinteraksi.

Kemudian, keluarga membawa Afi ke RSAL Surabaya dan menjalani perawatan selama sekitar dua bulan.

"Dari hasil pemeriksaan, baru diketahui bahwa Afi mengalami penyumbatan darah di otak. Oleh dokter mau di-scan, keluarga saat itu tidak mau karena harus dioperasi," ucap Abdurrohman.

Baca juga: Sakit Kronis, Eks Pemain Timnas U-16 Ahmad Afi Kini Kurus Kering, Didiagnosis Penyumbatan Otak

Keluarga akhirnya membawa Afi untuk menjalani pengobatan alternatif.

Bahkan, Afi pernah dibawa ke tempat pengobatan alternatif milik Ningsih Tinampu di Pandaan, Pasuruan, Jawa Timur.

Kemudian, Afi juga dibawa ke tempat pengobatan alternatif milik Jagat Satria di Banyuwangi, Jawa Timur.

Selain itu, Afi juga pernah dibawa ke kiai hingga dukun, namun upaya untuk menyembuhkan Afi tak membuahkan hasil.

"Dulu sempat jalankan pengilobatan alternatif, seperti Ningsih Tinampi, Jagat Satria Banyuwangi, kiai dan dukun, sudah semua. Kalau kata mereka, ada faktor mistis dan pecah pembuluh darah," tutur dia.

Keluarga pun pasrah dengan kondisi Afi yang tak kunjung membaik.

Kabar sakitnya Afi itu pun terdengar oleh jajaran Pemkot Surabaya dan TP PKK Kota Surabaya, beberapa hari yang lalu.

Baca juga: Mantan Pemain Timnas U-16 Indonesia Ahmad Afi Alami Penyumbatan Otak, Ini Kondisinya

Afi saat ini dibawa ke RRUD dr Soewandhie untuk diberi perawatan intensif.

Meski demikian, pihak keluarga belum mendapatkan laporan pihak rumah sakit tentang kondisi Afi saat ini.

"Belum ada hasil dari RSUD Soewandhie," ujar dia.

Ia hanya berharap, putra sulungnya bisa sembuh dan normal kembali.

Di samping itu, ia juga berharap ketika Afi sembuh nanti bisa mengejar kembali mimpinya menjadi pemain sepak bola.

"Saya berharap Afi bisa sembuh, bisa main bola lagi. Dia sangat ingin main di Persebaya, dia juga ingin main bersama timnas sampai keluar negeri," tutur dia.

Baca juga: Ahmad Afi, Mantan Pemain Timnas Indonesia U-16 Menderita Penyakit Kronis Setelah Jatuh di Rumah

Sebelumnya diberitakan, salah satu mantan atlet sepak bola tim nasional Indonesia U-16, Ahmad Faruq Idhom Afi (17), yang tinggal di Kecamatan Sukomanunggal, Surabaya, Jawa Timur, menderita penyakit kronis.

Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya langsung gerak cepat begitu mendengar informasi tersebut.

Ketua TP PKK Kota Surabaya Rini Indriyani Eri Cahyadi mendatangi langsung rumah Ahmad Faruq Idhom Afi di Jalan Simorejo 11/11A RT 05 RW 02 Kelurahan Simomulyo, Kecamatan Sukomanunggal, Surabaya, Rabu (19/1/2022).

"Salah satu yang sudah dibantu adalah tempat tidur medis yang diberikan kepada Adik Afi supaya aktivitas sehari-harinya bisa lebih mudah dan yang jaga juga lebih gampang," kata Rini.

Selain itu, Afi langsung dibawa ke rumah Sakit Soewandhie untuk dilakukan cek ulang tentang kondisi kesehatannya.

Dengan diperiksa ulang itu, diharapkan rekam medisnya bisa diketahui dan kondisi penyakitnya hingga saat ini.

"Melalui cara itu, nanti bisa diketahui juga apa saja yang harus kami lakukan untuk membantu Adik Afi ini, yang pasti kami akan terus dampingi hingga dia sembuh. Jadi, mohon doanya agar Adik Afi bisa lebih baik lagi ketika mendapatkan pengobatan dari Rumah Sakit Soewandhie," tegas dia.

Baca juga: Eks Pemain Timnas U-16 Ahmad Afi Terbaring Sakit, Ketua PKK Surabaya: Kami Dampingi hingga Sembuh

Di samping itu, setelah dicek data keluarga tersebut, ternyata belum masuk ke dalam data base MBR (Masyarakat Berpenghasilan Rendah).

Sehingga, data orangtuanya langsung dimasukkan ke dalam data MBR untuk mendapatkan sejumlah intervensi dari pemerintah.

Rini berharap kepada seluruh warga Kota Surabaya yang mengetahui ada tetangga atau saudaranya yang sakit kronis, diharapkan untuk langsung melaporkan kepada Pemkot Surabaya, baik melalui media sosialnya pemkot atau pun menghubungi Command Center 112.

"Saya mohon kita bersama-sama bergerak, jangan sampai ada Adik Afi lagi di Surabaya ini, mohon doanya untuk semuanya supaya Surabaya lebih baik lagi," kata Rini.

Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang



Terkini Lainnya
Kisah Mahasiswa di Surabaya Kerja Sampingan Jadi Kurir Makanan demi Uang Kuliah
Kisah Mahasiswa di Surabaya Kerja Sampingan Jadi Kurir Makanan demi Uang Kuliah
Surabaya
Dua Pelaku Pemalakan di Pantai Bangsring Banyuwangi Beraksi Sejak 2023
Dua Pelaku Pemalakan di Pantai Bangsring Banyuwangi Beraksi Sejak 2023
Surabaya
Wisatawan Lansia Dipungli 'Uang Pengawalan' Rp 150.000 di Bangsring Banyuwangi, Sempat Ketakutan
Wisatawan Lansia Dipungli "Uang Pengawalan" Rp 150.000 di Bangsring Banyuwangi, Sempat Ketakutan
Surabaya
M Zaki Ubaidillah, Pemain Muda Asal Madura Raih Perak SEA Games, Sang Ayah Doakan Jadi Juara Dunia
M Zaki Ubaidillah, Pemain Muda Asal Madura Raih Perak SEA Games, Sang Ayah Doakan Jadi Juara Dunia
Surabaya
Kesaksian Tour Leader di Bangsring Banyuwangi: Pelaku Ancam, Jika Tak Bayar, Bus Tak Bisa ke Luar
Kesaksian Tour Leader di Bangsring Banyuwangi: Pelaku Ancam, Jika Tak Bayar, Bus Tak Bisa ke Luar
Surabaya
Sebagian Rombongan Wisata Korban Pemalakan di Bangsring Underwater Banyuwangi Ternyata Lansia
Sebagian Rombongan Wisata Korban Pemalakan di Bangsring Underwater Banyuwangi Ternyata Lansia
Surabaya
Banjir Genangi Jalan Pantura Baluran Situbondo, Arus Lalu Lintas Melambat
Banjir Genangi Jalan Pantura Baluran Situbondo, Arus Lalu Lintas Melambat
Surabaya
Rombongan Wisatawan Disandera dan Dipalak Rp 150.000, Pemkab Banyuwangi: Pelaku Bukan Pengelola Resmi
Rombongan Wisatawan Disandera dan Dipalak Rp 150.000, Pemkab Banyuwangi: Pelaku Bukan Pengelola Resmi
Surabaya
Pelaku Pungli 'Uang Pengawalan' Bus Wisata di Banyuwangi Dikenai Sanksi Wajib Lapor
Pelaku Pungli "Uang Pengawalan" Bus Wisata di Banyuwangi Dikenai Sanksi Wajib Lapor
Surabaya
Ditangkap Polisi, 2 Pelaku Pungli Bus Pariwisata di Banyuwangi Minta Maaf
Ditangkap Polisi, 2 Pelaku Pungli Bus Pariwisata di Banyuwangi Minta Maaf
Surabaya
Polisi Ciduk 2 Penyandera Bus Wisata di Banyuwangi, Pengakuan Pelaku: Beli Sembako untuk Warga
Polisi Ciduk 2 Penyandera Bus Wisata di Banyuwangi, Pengakuan Pelaku: Beli Sembako untuk Warga
Surabaya
Bus Pariwisata di Banyuwangi Ditahan Preman karena Tak Bayar 'Uang Pengawalan', Penyandera Ditangkap
Bus Pariwisata di Banyuwangi Ditahan Preman karena Tak Bayar "Uang Pengawalan", Penyandera Ditangkap
Surabaya
Bus Wisatawan Jadi Tawanan Warga Lokal di Banyuwangi Gara-gara Tak Bayar Rp 150.000
Bus Wisatawan Jadi Tawanan Warga Lokal di Banyuwangi Gara-gara Tak Bayar Rp 150.000
Surabaya
Residivis Pencurian Ternak Serang Polisi Pakai Parang, Pelaku Tewas Tertembak
Residivis Pencurian Ternak Serang Polisi Pakai Parang, Pelaku Tewas Tertembak
Surabaya
Pemkot Surabaya Bakal Gelar Acara Galang Dana untuk Korban Banjir Sumatera
Pemkot Surabaya Bakal Gelar Acara Galang Dana untuk Korban Banjir Sumatera
Surabaya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau