SURABAYA, KOMPAS.com - Salah satu mantan pemain tim nasional Indonesia U-16 Ahmad Faruq Idhom Afi (17), yang tinggal di Kecamatan Sukomanunggal, Surabaya, Jawa Timur, menderita penyakit kronis.
Ketua TP PKK Kota Surabaya Rini Indriyani Eri Cahyadi mendatangi langsung rumah Ahmad Faruq Idhom Afi di Jalan Simorejo 11/11A RT 05 RW 02 Kelurahan Simomulyo, Kecamatan Sukomanunggal, Surabaya, Rabu (19/1/2022).
Di rumah Afi, Rini terus menguatkan hati Afi beserta orangtuanya yang kala itu terus menangis. Rini pun melakukan video call dengan Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi untuk turut menyemangati Afi beserta orangtuanya.
"Semangat sembuh ya," kata Eri kepada Afi melalui sambungan video call.
Pada kesempatan itu, Ketua TP PKK Surabaya juga memimpin pemberangkatan Afi ke Rumah Sakit Soewandhie untuk melakukan pengecekan kesehatan.
Dinas Kesehatan Surabaya sudah menyiapkan ambulans di depan rumah Afi untuk membawa mantan pemain Timas Indonesia itu ke RS Soewandhie.
Baca juga: Soal OTT KPK di Surabaya, Humas PN: Ruangan Hakim di Lantai 4 Disegel
Tangis Ketua TP PKK Surabaya pecah kala itu. Ia pun tak kuasa menahan air matanya yang tumpah menyaksikan Afi dimasukkan ke ambulans.
"Saya bisa membayangkan hatinya seorang ibu, saya bisa membayangkan ibunya Mas Afi seperti apa sekarang. Saya bisa membayangkan itu," kata Rini.
Menurutnya, Afi merupakan mantan atlet yang mendapatkan cobaan dari Tuhan setelah jatuh di rumahnya sendiri.
Begitu mendengar informasi itu, pemkot langsung bergerak cepat turun demi memberikan intervensi.
"Salah satu yang sudah dibantu adalah tempat tidur medis yang diberikan kepada Adik Afi supaya aktivitas sehari-harinya bisa lebih mudah dan yang jaga juga lebih gampang," kata Rini.
Dengan pemeriksaan kesehatan itu, kondisi kesehatan Afi bisa diketahui dengan pasti.
"Melalui cara itu, nanti bisa diketahui juga apa saja yang harus kami lakukan untuk membantu Adik Afi ini, yang pasti kami akan terus dampingi hingga dia sembuh. Jadi, mohon doanya agar Adik Afi bisa lebih baik lagi ketika mendapatkan pengobatan dari Rumah Sakit Soewandhie," tegas dia.
Di samping itu, setelah dicek data keluarga tersebut, ternyata belum masuk ke dalam database masyarakat berpenghasilan rendah (MBR).
Sehingga, data orangtuanya langsung dimasukkan untuk mendapatkan sejumlah intervensi dari pemerintah.