LUMAJANG, KOMPAS.com - Sebanyak 22 warga Kabupaten Lumajang dilaporkan terjangkit leptospirosis selama periode Januari hingga Juni 2025.
Leptospirosis adalah penyakit yang disebabkan bakteri Leptospira, yang dapat menyebar melalui air yang terkontaminasi urine hewan, terutama tikus.
Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Dinas Kesehatan Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana (Dinkes P2KB) Kabupaten Lumajang, Marshall Trihandono, mengungkapkan bahwa dari 22 kasus yang tercatat, 13 di antaranya dikategorikan sebagai suspek dan 9 lainnya sebagai probabel.
Baca juga: Saat 141 RT di Jakarta Kebanjiran, Warga Perlu Waspada Leptospirosis
Sebagai perbandingan, jumlah kasus leptospirosis yang tercatat pada tahun sebelumnya hanya mencapai 24 kasus dalam satu tahun.
"Sampai pertengahan tahun ini sudah ada 22 kasus," kata Marshall di Lumajang pada Selasa (8/7/2025).
Meski angka kasus mengalami peningkatan, Marshall menyatakan bahwa seluruh pasien leptospirosis telah dinyatakan sembuh.
"Memang tiap tahun ada saja kasus seperti ini. Untuk tahun ini sebanyak 22 kasus. Alhamdulillah semuanya sembuh total setelah menjalani perawatan," tambahnya.
Marshall menjelaskan bahwa peningkatan kasus leptospirosis sering terjadi pada saat peralihan musim.
Baca juga: Leptospirosis Langka Sebabkan Gagal Ginjal Akut pada Pemuda Iran
Kondisi lingkungan yang lembap dan adanya genangan air menjadi tempat yang ideal bagi bakteri Leptospira untuk bertahan hidup dan menyebar ke tubuh manusia.
Terlebih lagi, warga yang beraktivitas di lokasi-lokasi yang teridentifikasi terdapat bakteri leptospira tanpa pelindung berisiko lebih tinggi.
"Air seni tikus yang bercampur dengan air di lingkungan sekitar sangat mudah menularkan leptospirosis. Terlebih jika warga melakukan aktivitas tanpa pelindung, seperti sepatu boot atau sarung tangan karet," ujarnya.
Gejala leptospirosis bervariasi, mulai dari demam, sakit kepala, nyeri otot, hingga komplikasi serius seperti gagal ginjal atau meningitis pada kasus yang berat.
Dinkes P2KB mengimbau masyarakat untuk meningkatkan kewaspadaan, terutama saat beraktivitas di area rawan genangan.
Baca juga: Komplikasi Berat Leptospirosis Sebabkan Gagal Ginjal
Penggunaan alat pelindung diri (APD), menjaga kebersihan lingkungan, serta segera memeriksakan diri jika mengalami gejala awal menjadi langkah pencegahan yang sangat penting.
"Penting untuk tidak meremehkan penyakit ini. Pencegahan jauh lebih baik daripada mengobati," pungkas Marshall.
Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang