LUMAJANG, KOMPAS.com – Deru gemuruh lahar dingin Semeru bukan sekadar suara, melainkan isyarat bahaya yang semalam suntuk menyelimuti Dusun Sumberlangsep, Desa Jugosari, Kecamatan Candipuro, Kabupaten Lumajang, Jawa Timur, Jumat (27/6/2025) malam.
Banjir lahar hujan menerjang, memutus jembatan limpas yang jadi satu-satunya urat nadi penghubung. Warga tak punya banyak pilihan selain mengungsi ke rumah saudara.
Baca juga: Bambang Terdakwa Penanaman Ganja Gunung Semeru Pastikan Ajukan Kasasi
Seperti yang dialami Derun, rombongan warga dari Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur.
Malam kemarin bagai penantian yang tak berujung. Mereka sejatinya hendak pulang usai menyelesaikan urusan di Lumajang.
Namun, kala mencapai Sungai Regoyo, pemandangan di depan mata membuat langkah terhenti.
Air keruh bercampur material vulkanik mengamuk, jauh lebih deras dari biasanya. Jembatan limpas, yang biasa mereka seberangi, kini telah lenyap ditelan lumpur dan bebatuan.
Derun dan keluarganya pun memilih balik kanan dan berlindung di rumah saudara. Bersyukur setidaknya ada atap yang menaungi di tengah ketidakpastian.
Mereka tahu, memaksakan diri menyeberang sama saja dengan mempertaruhkan nyawa.
"Kami terpaksa menginap karena banjir lahar sangat besar semalam, tidak mungkin untuk menyeberang," tutur Derun, salah seorang warga Banyuwangi, saat menyebrangi Sungai Regoyo, Sabtu (28/6/2025).
Tak hanya pendatang. Warga asli Dusun Sumberlangsep pun merasakan getir yang sama.
Herman, seorang warga Jugosari yang sempat terekam kamera dengan helm di kepalanya, juga urung pulang ke rumahnya malam tadi.
Derasnya arus lahar menjadi tembok tak kasat mata yang memisahkan mereka dari keluarga dan kenyamanan rumah.
Ketika fajar menyingsing pada Sabtu (28/6/2025) pagi, aliran lahar di Sungai Regoyo mulai menunjukkan tanda-tanda surut.
Namun, bukan berarti bahaya telah berlalu sepenuhnya. Arus sisa banjir lahar masih cukup kuat, meninggalkan tantangan baru bagi mereka yang ingin menyeberang.
Herman terlihat menggendong istrinya melewati sisa-sisa aliran lahar yang masih deras.