SURABAYA, KOMPAS.com - Bidang Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) baru saja mengeluarkan pernyataan terkait alasan pulau Jawa akhir-akhir ini terasa sangat panas.
Deputi Bidang Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Andri Ramdhani mengatakan, saat ini sebagian besar wilayah Indonesia berada dalam periode transisi dari musim hujan ke musim kemarau.
Kondisi tersebut ditandai dengan suhu udara yang terik sejak pagi hingga siang hari lalu diikuti potensi hujan lokal pada sore hingga malam hari.
“Selain itu, suhu panas juga dipengaruhi oleh posisi semu Matahari yang berada di dekat ekuator dan terus bergeser ke arah utara dengan posisi deklinasi terakhir tercatat di sekitar 11,2 derajat lintang utara,” ujar Andri, dilansir Kompas.com.
Baca juga: 20 Wilayah di Indonesia Alami Suhu Tertinggi Saat Kemarau 2025, Mana Saja?
"Posisi ini menyebabkan intensitas penyinaran Matahari di wilayah Indonesia menjadi lebih optimal,” tambahnya.
Selain itu, beberapa stasiun meteorologi di Pulau Jawa mencatatkan suhu tertinggi.
Contohnya, Stasiun Meteorologi Perak I di Surabaya, Jawa Timur mencatat suhu tinggi sebesar 34,6 derajat Celsius.
Suhu tersebut menjadi temperatur tertinggi kedua di Indonesia pada Selasa (29/4/2025) pukul 07.00 WIB hingga Rabu (30/4/2025) pukul 07.00 WIB.
Baca juga: RI Perlu Pensiunkan 72 PLTU, Cegah Suhu Bumi Naik 1,5 Derajat Celsius
Berdasarkan analisis BMKG terhadap data suhu maksimum harian selama 2024 hingga awal 2025, suhu udara yang mencapai kisaran 35-36 derajat Celsius masih termasuk dalam kategori normal untuk wilayah Indonesia.
Peningkatan suhu tersebut umumnya terjadi pada periode transisi musim, yakni Maret hingga Mei dan September hingga November saat posisi semu Matahari relatif lebih dekat ke ekuator.
Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang