SURABAYA, KOMPAS.com – Ular pada dasarnya merupakan hewan yang ditakuti oleh banyak orang karena berbagai risiko bahaya yang mungkin mengintai.
Risiko bahaya dari ular sebetulnya bukan hanya terbatas pada ular berbisa, tetapi juga ular tak berbisa, termasuk piton.
Namun, piton kerap menjadi peliharaan di rumah, entah itu karena hobi atau pun sebagai koleksi.
Menurut pakar herpetofauna Universitas Brawijaya (UB) Nia Kurniawan, memelihara piton di rumah tetap berisiko.
Baca juga: Ular Piton Dijuluki Raja Pembelit, Bagaimana Cara Mendapatkan Mangsanya?
Sebab, menurut dia, pada dasarnya ular merupakan predator yang memiliki insting pembunuh.
Oleh karena itu, meskipun seseorang merawat ular sejak menetas hingga besar, tetap ada kemungkinan ular tersebut membunuh pemiliknya.
“Ular itu tetap bentukannya hewan sehingga sejatinya punya insting pembunuh. Jadi sedekat apa pun hubungan ular dengan manusia, tetap ada kemungkinan ular akan membunuh pemiliknya,” kata Kurniawan saat dihubungi Kompas.com, Jumat (11/4/2025).
Menurutnya, seseorang yang memelihara ular piton, apabila ukurannya sudah mencapai empat meter, harus dilepasliarkan.
“Karena piton juga butuh untuk mengenal habitat aslinya agar tetap bertahan hidup,” ujarnya.
Jika tidak dibebaskan, dapat mengganggu keseimbangan ekosistem rantai makanan.
“Ular piton itu sebagai predator tertinggi yang memakan hewan anjing, babi hutan, kadang tikus juga, dan hewan liar lainnya. Kalau dia dipelihara justru akan menjadikan stres dan memperpendek masa hidup ular,” ucap dia.
“Kalau nantinya banyak ular yang cepat mati, maka jumlah populasi hewan liar ini akan meledak dan berbahaya untuk manusia,” kata dia.
Baca juga: Alasan Mengapa Ular Piton Suka Singgah di Atas Plafon Rumah
Ia menyampaikan, jikalau pun ular piton harus hidup berdampingan dengan manusia, maka si pawang ular harus merupakan petugas yang telah mendapatkan pelatihan khusus.
“Karena ular juga makhluk hidup, jadi kita enggak boleh sembarangan untuk memelihara,” katanya.
Ular piton dapat bertahan hidup hingga 20 tahun dengan habitat aslinya di hutan, khususnya di tempat-tempat yang kering dan hangat, seperti atas pohon.
Di tempat itulah ular piton akan memulai masa kawin hingga mereproduksi telur setahun sekali saat musim kemarau tiba.
“Satu ular piton bisa menghasilkan sekitar 20 telur, dengan yang berhasil survive untuk bertahan hidup biasanya sekitar 12 ekor,” ucapnya.
Hewan berdarah dingin itu memiliki habitat yang tersebar di sekitar wilayah Asia Tenggara, khususnya piton jenis Python reticulatus atau lebih dikenal dengan sanca kembang yang sering dijumpai di Pulau Jawa, Kalimantan, dan Sulawesi.
Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang