Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Serangan Ulat Bulu di Beberapa Sekolah Madiun, Tim Damkar Turun Tangan

Kompas.com, 13 Februari 2025, 19:32 WIB
Muhlis Al Alawi,
Icha Rastika

Tim Redaksi

MADIUN, KOMPAS.com - Tim Damkar Pemkab Kabupaten Madiun turun ke beberapa sekolah setelah mendapatkan laporan adanya serbuan ulat bulu dalam sepekan.

Terakhir, tim Damkar Pemkab Madiun turun membasmi serbuan ulat bulu di kompleks sekolah Yayasan Pendidikan Al-Basmalah, Desa Plumpungrejo, Kecamatan Wonoasri, Kamis (13/2/2025).

Petugas Pos 1 Damkar Kabupaten Madiun, Gatot Suwarno pada Kamis (13/2/2025) menyatakan, pihaknya sudah menangani empat kali serangan ulat bulu dalam beberapa hari terakhir.

Musim penghujan menjadi waktu berkembang biaknya ulat bulu di pohon.

“Ini memang musimnya ulat. Dan kami dari Damkar sudah menerima empat laporan terkait serangan ulat bulu, baik di pos 1, 2, maupun 3,” kata Gatot.

Baca juga: Koloni Ulat Bulu Teror Siswa SD di Madiun, Petugas Damkar Turun Tangan

Menurut Gatot, terakhir timnya membasmi serangan ulat bulu di kompleks sekolah milik Yayasan Pendidikan Al-Basmalah.

Timnya membasmi koloni ulat bulu setelah para siswa pulang sekolah.

“Usai siswa pulang sekolah, tim kami meluncur untuk membasmi ulat bulu. Kami basmi dengan disemprot cairan pembasmi ulat yang dicampur BBM,” ucap Gatot.

Untuk membasmi koloni ulat di pepohonan, kata Gatot, tim membutuhkan waktu sekitar setengah jam.

Tim Damkar memastikan seluruh ulat bulu sudah mati dan tidak akan berkembang biak.

Gatot mengatakan, serangan ulat bulu di musim penghujan ini meningkat lantaran bertepatan dengan musim berkembang biaknya ulat.

Untuk itu, masyarakat diimbau berhati-hati jika memiliki pohon yang berada dekat pemukiman.

“Kami imbau pohon sering dibersihkan agar ulat bulu tidak dapat berkembang biak. Dan bila menemukan keberadaan ulat, segera dibasmi dengan cairan pembasmi ulat. Dengan demikian, ulat tidak dapat berkembang biak secara massal dan membahayakan warga,” tutur Gatot.

Baca juga: 5 Cara Membasmi Hama Ulat Bulu Tanpa Pestisida

Sementara itu, penjaga sekolah Yayasan Pendidikan Al-Basmalah, Fredi Prasetyo menyatakan, serangan ulat bulu baru diketahui setelah tiga anak yang bermain di bawah pohon mengalami gatal dan bentol.

“Tadi anak-anak kebetulan duduk dan bermain di bawah pohon. Beberapa saat kemudian mereka tiba-tiba mengeluhkan gatal-gatal sampai bentol,” kata Fredi.

Mengetahui beberapa siswa gatal dan bentol, kata Fredi, manajemen sekolah mengecek keberadaan ulat bulu di empat pohon di halaman sekolah.

Dari pengecekan empat pohon, ditemukan koloni ulat bulu.

Tak lama kemudian, manajemen sekolah menghubungi Damkar Pemkab Madiun untuk membasmi koloni ulat bulu.

Pihak sekolah khawatir bila tidak segera dibasmi, akan menjadikan siswanya mengalami gatal dan bentol.

Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang

Baca tentang


Terkini Lainnya
Bus Wisatawan Jadi Tawanan Warga Lokal di Banyuwangi Gara-gara Tak Bayar Rp 150.000
Bus Wisatawan Jadi Tawanan Warga Lokal di Banyuwangi Gara-gara Tak Bayar Rp 150.000
Surabaya
Residivis Pencurian Ternak Serang Polisi Pakai Parang, Pelaku Tewas Tertembak
Residivis Pencurian Ternak Serang Polisi Pakai Parang, Pelaku Tewas Tertembak
Surabaya
Pemkot Surabaya Bakal Gelar Acara Galang Dana untuk Korban Banjir Sumatera
Pemkot Surabaya Bakal Gelar Acara Galang Dana untuk Korban Banjir Sumatera
Surabaya
Sikapi Polemik PBNU, Pengasuh Pesantren Tebuireng Ingatkan soal Pentingnya Musyawarah dan Qanun Asasi
Sikapi Polemik PBNU, Pengasuh Pesantren Tebuireng Ingatkan soal Pentingnya Musyawarah dan Qanun Asasi
Surabaya
Lokomotif Kereta Kertanegara Mogok di Kediri, Perjalanan Molor 151 Menit
Lokomotif Kereta Kertanegara Mogok di Kediri, Perjalanan Molor 151 Menit
Surabaya
BMKG Prediksi Cuaca Ekstrem di Surabaya dan 38 Kota/Kabupaten di Jawa Timur Mulai 11–20 Desember 2025
BMKG Prediksi Cuaca Ekstrem di Surabaya dan 38 Kota/Kabupaten di Jawa Timur Mulai 11–20 Desember 2025
Surabaya
Detik-detik Copet Beraksi di Stasiun Gubeng, KAI: Wajah Pelaku Sudah Teridentifikasi
Detik-detik Copet Beraksi di Stasiun Gubeng, KAI: Wajah Pelaku Sudah Teridentifikasi
Surabaya
Ajak Warga Jatim Tanam Pohon, Khofifah: Paling Tidak Tiap Ulang Tahun
Ajak Warga Jatim Tanam Pohon, Khofifah: Paling Tidak Tiap Ulang Tahun
Surabaya
PTPN Sebut Warga Berstatus Karyawan BUMN di KTP adalah Pekerja Borongan
PTPN Sebut Warga Berstatus Karyawan BUMN di KTP adalah Pekerja Borongan
Surabaya
Banjir Lahar Semeru, Batu Besar Tutupi Jembatan Limpas, Akses 3 Dusun di Lumajang Terputus
Banjir Lahar Semeru, Batu Besar Tutupi Jembatan Limpas, Akses 3 Dusun di Lumajang Terputus
Surabaya
Alasan Kejari Situbondo Tuntut Kakek Pemikat Cendet 2 Tahun Penjara
Alasan Kejari Situbondo Tuntut Kakek Pemikat Cendet 2 Tahun Penjara
Surabaya
Infrastruktur di Lumajang yang Rusak akibat Banjir Lahar Diperbaiki dengan Skema Patungan
Infrastruktur di Lumajang yang Rusak akibat Banjir Lahar Diperbaiki dengan Skema Patungan
Surabaya
SEA Games 2025, Atlet Petanque Asal Kota Pasuruan Sumbang Medali Perunggu
SEA Games 2025, Atlet Petanque Asal Kota Pasuruan Sumbang Medali Perunggu
Surabaya
131 Jukir Liar di Surabaya Ditangkap Sepanjang 2025
131 Jukir Liar di Surabaya Ditangkap Sepanjang 2025
Surabaya
Gubernur Khofifah: Gula Merah Lumajang Bisa Dijual ke Pasar Internasional
Gubernur Khofifah: Gula Merah Lumajang Bisa Dijual ke Pasar Internasional
Surabaya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau