Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Martabak Terang Bulan, 40 Tahun Jadi Saksi Cinta Ismail dan Yurnita

Kompas.com, 11 Februari 2025, 16:52 WIB
Izzatun Najibah,
Glori K. Wadrianto

Tim Redaksi

SURABAYA, KOMPAS.com - Jarum jam menunjukkan pukul 16.30 WIB, Ismail (65) mulai mempersiapkan berbagai peralatan memasak yang tersimpan di gerobak putihnya.

Sementara, Yurnita (60) terlihat sibuk mengelap kaca dan meja gerobak supaya terlihat bersih saat pengunjung datang.

Lalu, mereka kompak membuat adonan terang bulan berbahan dasar tepung dengan takaran yang sudah mereka hafal di luar kepala.

Setiap sore hingga malam, Yurnita memang selalu setia menemani suaminya, Ismail berjualan terang bulan.

Terang bulan -atau sebagian orang menyebutnya dengan nama martabak manis- yang mereka jual tergolong legendaris di Surabaya, namanya Terang Bulan Antika, berdiri sejak tahun 1974.

Baca juga: Hati Mulia Agus Sutikno, Pendeta Jalanan Bertato yang Sekolahkan 200 Anak

Saat menjelang pukul 17.00 WIB, pelanggan satu per satu mulai datang. Ismail pun terlihat menuangkan adonan ke dalam loyang ukuran sedang. Dua menit sekali dia mengecek kematangan agar tidak gosong.

Sementara Yurnita juga ikut berdiri di sampingnya, menunggu pekerjaan suaminya. Setelah adonan matang, Ismail menaburkan topping cokelat, kacang, keju sesuai pesanan pelanggan.

Yurnita lalu memotong terang bulan menjadi beberapa bagian. Kemudian memasukkan ke dalam kotak makanan.

Rutinitas ini mereka lalui setiap hari selama puluhan tahun. “Dari rumah tadi naik motor berdua sama ibu, rumah kami dekat dari sini,” kata Ismail.

Lokasi melapak terang bulan selama bertahun-tahun di Jalan Kranggan, Surabaya, memang tak jauh dari rumah mereka di Jalan Tidar. Cuma perlu waktu sekitar tiga menit menggunakan kendaraan roda dua.

Saat menunggu pelanggan, pasangan ini kerap terlihat duduk di kursi kayu panjang sembari mengobrol, demi menghilangkan kebosanan.

Baca juga: Embun Surga, Cahaya Harapan bagi Dhuafa Penderita Kanker di Purworejo

Romantis, setia, dan pengertian

Ismail dan Yurnita, pasutri penjual terang bulan legendaris di Surabaya, Selasa (11/2/2025)KOMPAS.com/IZZATUN NAJIBAH Ismail dan Yurnita, pasutri penjual terang bulan legendaris di Surabaya, Selasa (11/2/2025)
Romantis tidak hanya milik pasangan muda. Asam garam kehidupan membina rumah tangga sudah mereka lalui bersama-sama tidak hanya saat di rumah, tapi juga saat mengais rezeki

“Jualan ditemani ibu setiap hari rasanya senang, gak senang. Senang kalau laku, gak senang kalau gak laku,” ucap Ismail dengan ketawanya yang lebar.

Kepada Kompas.com, mereka mengaku menikah pada tahun 1984 melalui perjodohan saat di kampung halaman, Tilatang Kamang, Bukittinggi, Sumatera Barat.

“Saya terima saat waktu itu dijodohkan. Namanya orangtua pasti ingin anaknya yang terbaik,” imbuh dia.

Halaman:


Terkini Lainnya
Wisatawan Lansia Dipungli 'Uang Pengawalan' Rp 150.000 di Bangsring Banyuwangi, Sempat Ketakutan
Wisatawan Lansia Dipungli "Uang Pengawalan" Rp 150.000 di Bangsring Banyuwangi, Sempat Ketakutan
Surabaya
M Zaki Ubaidillah, Pemain Muda Asal Madura Raih Perak SEA Games, Sang Ayah Doakan Jadi Juara Dunia
M Zaki Ubaidillah, Pemain Muda Asal Madura Raih Perak SEA Games, Sang Ayah Doakan Jadi Juara Dunia
Surabaya
Kesaksian Tour Leader di Bangsring Banyuwangi: Pelaku Ancam, Jika Tak Bayar, Bus Tak Bisa ke Luar
Kesaksian Tour Leader di Bangsring Banyuwangi: Pelaku Ancam, Jika Tak Bayar, Bus Tak Bisa ke Luar
Surabaya
Sebagian Rombongan Wisata Korban Pemalakan di Bangsring Underwater Banyuwangi Ternyata Lansia
Sebagian Rombongan Wisata Korban Pemalakan di Bangsring Underwater Banyuwangi Ternyata Lansia
Surabaya
Banjir Genangi Jalan Pantura Baluran Situbondo, Arus Lalu Lintas Melambat
Banjir Genangi Jalan Pantura Baluran Situbondo, Arus Lalu Lintas Melambat
Surabaya
Rombongan Wisatawan Disandera dan Dipalak Rp 150.000, Pemkab Banyuwangi: Pelaku Bukan Pengelola Resmi
Rombongan Wisatawan Disandera dan Dipalak Rp 150.000, Pemkab Banyuwangi: Pelaku Bukan Pengelola Resmi
Surabaya
Pelaku Pungli 'Uang Pengawalan' Bus Wisata di Banyuwangi Dikenai Sanksi Wajib Lapor
Pelaku Pungli "Uang Pengawalan" Bus Wisata di Banyuwangi Dikenai Sanksi Wajib Lapor
Surabaya
Ditangkap Polisi, 2 Pelaku Pungli Bus Pariwisata di Banyuwangi Minta Maaf
Ditangkap Polisi, 2 Pelaku Pungli Bus Pariwisata di Banyuwangi Minta Maaf
Surabaya
Polisi Ciduk 2 Penyandera Bus Wisata di Banyuwangi, Pengakuan Pelaku: Beli Sembako untuk Warga
Polisi Ciduk 2 Penyandera Bus Wisata di Banyuwangi, Pengakuan Pelaku: Beli Sembako untuk Warga
Surabaya
Bus Pariwisata di Banyuwangi Ditahan Preman karena Tak Bayar 'Uang Pengawalan', Penyandera Ditangkap
Bus Pariwisata di Banyuwangi Ditahan Preman karena Tak Bayar "Uang Pengawalan", Penyandera Ditangkap
Surabaya
Bus Wisatawan Jadi Tawanan Warga Lokal di Banyuwangi Gara-gara Tak Bayar Rp 150.000
Bus Wisatawan Jadi Tawanan Warga Lokal di Banyuwangi Gara-gara Tak Bayar Rp 150.000
Surabaya
Residivis Pencurian Ternak Serang Polisi Pakai Parang, Pelaku Tewas Tertembak
Residivis Pencurian Ternak Serang Polisi Pakai Parang, Pelaku Tewas Tertembak
Surabaya
Pemkot Surabaya Bakal Gelar Acara Galang Dana untuk Korban Banjir Sumatera
Pemkot Surabaya Bakal Gelar Acara Galang Dana untuk Korban Banjir Sumatera
Surabaya
Sikapi Polemik PBNU, Pengasuh Pesantren Tebuireng Ingatkan soal Pentingnya Musyawarah dan Qanun Asasi
Sikapi Polemik PBNU, Pengasuh Pesantren Tebuireng Ingatkan soal Pentingnya Musyawarah dan Qanun Asasi
Surabaya
Lokomotif Kereta Kertanegara Mogok di Kediri, Perjalanan Molor 151 Menit
Lokomotif Kereta Kertanegara Mogok di Kediri, Perjalanan Molor 151 Menit
Surabaya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau