BANYUWANGI, KOMPAS.com - Sugimin (46), suami dari I (39), Pekerja Rumah Tangga (PRT) asal Banyuwangi mengaku syok mendapat kabar sang istri tercinta menjadi korban penganiayaan majikannya di Malaysia.
Sugimin yang sehari-hari bekerja sebagai buruh serabutan itu tak menyangka, niat baik sang istri untuk merubah nasib keluarga berubah menjadi petaka.
Baca juga: PRT Asal Banyuwangi Disiksa di Malaysia, Disetrika dan Disiram Air Panas
Bahkan, saat awal mendapat telepon dari KBRI di Malaysia tentang kondisi istrinya, tubuh Sugimin langsung gemetar. Dia menangis dan tidak tahu harus berbuat apa.
"Dapat telepon itu badan saya gemetar. Saya enggak bisa nahan tangis dikabari dari KBRI Malaysia. Ya Allah kok bisa sampai seperti itu istri saya," kata Sugimin saat ditemui Kompas.com di rumahnya, Selasa (2/5/2023).
Baca juga: Pemkab Pantau Kesehatan dan Kepulangan PRT Asal Banyuwangi yang Disiksa di Malaysia lewat KBRI
Saat menerima kabar dari KBRI Malaysia itu, dirinya baru pulang dari bekerja sebagai buruh tani di ladang sawah tetangganya.
"Awalnya yang angkat telepon itu anak saya. Terus dikasih tahu kalau saya sedang di sawah. Kemudian dari KBRI telepon lagi baru saya yang ngangkat," ujarnya.
Sugimin bercerita, istrinya berangkat ke Malaysia karena masalah ekonomi. Sebenarnya, warga Desa Sraten, Kecamatan Cluring itu sempat menolak permintaan sang istri untuk berangkat ke luar negeri.
"Saya bilang sabar dulu, rezeki sudah ada yang ngatur. Kita pelan-pelan bangun ekonomi keluarga. Tapi istri tetap ingin berangkat. Ya sudah enggak apa apa, yang penting hati-hati," ungkap Sugimin.
Sugimin mengaku sang istri tergiur berangkat ke luar negeri, atas iming-iming dari seorang petugas lapangan (PL) asal Desa Plampangrejo, Kecamatan Cluring.
"Saya sama istri kan jualan cilok dulu di depan sekolahan. Terus ada temannya yang nawarin kerjaan ke luar negeri. Lha istri saya tertarik. Dari situ akhirnya mau berangkat," kata Sugimin.
Tawaran ke luar negeri itu pun sebenarnya tidak begitu jelas, sebab Sugimin dan istri tidak tahu akan mendapat upah berapa.
"Pokoknya katanya kerja di rumah tangga. Dan kontrak dua tahun. Soal bayaran tidak tahu berapa," ujarnya.
Setelah memantapkan niat, sekitar bulan Desember 2021, istrinya akhirnya mengurus sejumlah syarat dokumen penting untuk keberangkatannya ke luar negeri.
"Awalnya ditawari kerja ke Singapura. Tapi entah kenapa tiba-tiba kerjanya di Malaysia. Sempat medical check di Jember waktu itu," terang Sugimin.
Singkat cerita, saat berkas dokumen sudah lengkap, sekitar bulan Februari 2022 istri Sugimin berangkat.
Kepergiannya dilepas dengan haru oleh anggota keluarga, termasuk kedua anaknya yang saat itu masih berusia 16 dan 6 tahun.
Menurut Sugimin, istrinya tersebut berangkat melalui jalur darat. Dia sempat transit di Kota Malang hingga akhirnya berhenti di Kota Batam.
Dari Batam, istri Sugimin itu melanjutkan perjalanan via jalur laut ke Singapura dan berakhir di Malaysia.
Baca juga: Kecam Penyiksaan PRT Indonesia di Malaysia, Anggota DPR: Usut Tuntas Agen Pemberangkatannya
"Katanya agen disana, berangkat lewat darat untuk menghindari pemeriksaan petugas. Karena saya enggak tahu ya saya manut aja," terang Sugimin.