Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Soal Gas Air Mata, Ini Kisah Para Penyintas Tragedi Kanjuruhan: Ini Beda, Benar-benar Menyakitkan...

Kompas.com - 11/10/2022, 14:15 WIB
Rachmawati

Editor

KOMPAS.com - Komnas HAM tidak menampik gas air mata bisa menyebabkan kematian secara langsung. Akan tetapi di Stadion Kanjuruhan, senjata pengendali massa ini menjadi penyebab utama seratus lebih orang meregang nyawa.

Hal ini disampaikan Komnas HAM merespon keterangan polisi yang menyebut gas air mata yang ditembakkan di Stadion Kanjuruhan tidak menyebabkan kematian.

Tim Pencari Fakta Koalisi Masyarakat Sipil meragukan keterangan kepolisian yang menyebut gas air mata di Stadion Kanjuruhan tidak menyebabkan kematian sebelum melakukan otopsi.

Sejumlah penyitas tragedi Kanjuruhan sendiri berbagi pengalamannya yang disebut lebih parah dari gas air mata yang pernah mereka alami sebelumnya.

Baca juga: Berkaca pada Tragedi Kanjuruhan, Polda Jabar Godok SOP Pertandingan Sepak Bola

Seorang suporter Arema, Andika Bhimantara yang berada di tribune VIP mengaku merasakan gas air mata yang ditumpahkan polisi di Stadion Kanjuruhan lebih menyakitkan dari yang pernah ia alami sebelumnya.

Pengalaman berjibaku dengan gas air mata pernah ia alami sebelumnya saat menonton pertandingan sepak bola di Sidoarjo, Jawa Timur dan Bali.

“Ini beda gas air matanya, kemarin benar-benar menyakitkan gitu. Saya juga nggak tahu ini gara-gara kebanyakan atau memang... Kalau mata kayak disiram pasir. Kayak orang kelilipan. Kalau sesaknya itu, tenggorokan sakit, napas itu susah,” katanya kepada BBC News Indonesia, Senin (10/10/2022).

Pengalaman terpapar gas air mata juga diungkapkan suporter Arema lainnya, Izy – bukan nama sebenarnya. Ia mengaku sampai tak bisa membuka mata.

“Panik itu pasti. Karena kan tiba-tiba. Nggak bisa napas. Nggak bisa buka mata. Perih banget. Ya, gimana karena napas pedih, kita memilih untuk tidak napas, nunggu udara segar dulu,” ungkapnya.

Baca juga: Gas Air Mata Disebut Tak Mematikan, Polri: Korban Tewas di Kanjuruhan karena Kekurangan Oksigen

Sebelumnya, Kadiv Humas Mabes Polri, Dedi Prasetyo menyatakan gas air mata yang ditembakkan di Stadion Kanjuruhan tidak menyebabkan kematian. Ia mengutip sejumlah ahli dari pakar racun, termasuk dokter paru dan spesialis mata.

“Saya hanya mengutip para pakar. GS atau gas air mata dalam tingkatan tertinggi pun, tidak ada yang mematikan,” kata Dedi dalam keterangan kepada media, Senin (10/10/2022).

Selain itu, Dedi juga mengungkapkan efek gas air mata yang digunakan polisi tidak mengakibatkan kerusakan yang fatal pada mata.

Dalam artikel BBC sebelumnya seorang profesor toksikologi lingkungan dari Universitas Leeds mengatakan kematian akibat gas air mata jarang, akan tetapi tidak mustahil.

Kematian sering terjadi akibat kombinasi gas air mata dengan faktor lainnya, seperti ruang sesak.

Baca juga: Polresta Malang Sujud Meminta Maaf kepada Korban Tragedi Kanjuruhan, Humas: Spontan Saat Apel

‘Gas air mata penyebab utama’

Kondisi halaman stadion hari kedua pasca Tragedi Kanjuruhan yang terjadi pada pekan ke-11 Liga 1 2022-2023 seusai pertandingan bertajuk Derbi Jawa Timur, Arema FC melawan Persebaya Surabaya di Stadion Kanjuruhan Kepanjen, Kabupaten Malang, Kamis (6/10/2022) siang.(KOMPAS.com/SUCI RAHAYU)KOMPAS.com/SUCI RAHAYU Kondisi halaman stadion hari kedua pasca Tragedi Kanjuruhan yang terjadi pada pekan ke-11 Liga 1 2022-2023 seusai pertandingan bertajuk Derbi Jawa Timur, Arema FC melawan Persebaya Surabaya di Stadion Kanjuruhan Kepanjen, Kabupaten Malang, Kamis (6/10/2022) siang.(KOMPAS.com/SUCI RAHAYU)
Sementara itu, Anggota Komnas HAM, Choirul Anam tak menyangkal gas air mata secara langsung menyebabkan kematian.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

3 Bocah Terseret Ombak di Pantai Damas Trenggalek, 1 Tewas

3 Bocah Terseret Ombak di Pantai Damas Trenggalek, 1 Tewas

Surabaya
PKB dan Gerindra Jalin Koalisi Usung Sosok Kades pada Pilkada Jombang

PKB dan Gerindra Jalin Koalisi Usung Sosok Kades pada Pilkada Jombang

Surabaya
2 Bulan Belanja Masalah, AHY Mengaku Banyak Dapati Mafia Tanah

2 Bulan Belanja Masalah, AHY Mengaku Banyak Dapati Mafia Tanah

Surabaya
Korupsi Dana Desa Rp 360 Juta, Kades di Mojokerto Ditangkap Polisi

Korupsi Dana Desa Rp 360 Juta, Kades di Mojokerto Ditangkap Polisi

Surabaya
Pasutri di Lumajang Tewas Terseret Banjir Lahar Gunung Semeru

Pasutri di Lumajang Tewas Terseret Banjir Lahar Gunung Semeru

Surabaya
Polisi Tangkap 3 Pria Pembuat Sabu Skala Rumahan di Pasuruan

Polisi Tangkap 3 Pria Pembuat Sabu Skala Rumahan di Pasuruan

Surabaya
Libur Lebaran 2024, Kunjungan Wisata ke Gunung Bromo Naik 100 Persen

Libur Lebaran 2024, Kunjungan Wisata ke Gunung Bromo Naik 100 Persen

Surabaya
Jembatan yang Rusak akibat Banjir Lahar Semeru Jadi 10 Unit

Jembatan yang Rusak akibat Banjir Lahar Semeru Jadi 10 Unit

Surabaya
Gara-gara Dicerai Sepihak, TKW Asal Madiun Rusak Rumah Hasil Menabung Selama 9 Tahun

Gara-gara Dicerai Sepihak, TKW Asal Madiun Rusak Rumah Hasil Menabung Selama 9 Tahun

Surabaya
Ayah dan Anak Tenggelam di Sungai Sidoarjo-Gresik Belum Ditemukan, Proses Pencarian Diperluas

Ayah dan Anak Tenggelam di Sungai Sidoarjo-Gresik Belum Ditemukan, Proses Pencarian Diperluas

Surabaya
Pemkab Lumajang Tetapkan Status Tanggap Darurat Bencana Lahar Dingin Semeru

Pemkab Lumajang Tetapkan Status Tanggap Darurat Bencana Lahar Dingin Semeru

Surabaya
Paman di Pamekasan Tega Cabuli Keponakannya di Kantor Kelurahan

Paman di Pamekasan Tega Cabuli Keponakannya di Kantor Kelurahan

Surabaya
Alasan Sakit, Bupati Sidoarjo Mangkir Panggilan Pemeriksaan KPK

Alasan Sakit, Bupati Sidoarjo Mangkir Panggilan Pemeriksaan KPK

Surabaya
Polisi Periksa CCTV di Sekitar Lapangan Basket Alun Alun Magetan, Isa Bajaj Minta Pelaku Kekerasan terhadap Anaknya Bertanggung Jawab

Polisi Periksa CCTV di Sekitar Lapangan Basket Alun Alun Magetan, Isa Bajaj Minta Pelaku Kekerasan terhadap Anaknya Bertanggung Jawab

Surabaya
Sengketa Pilpres 2024, Khofifah Yakin MK Menangkan Prabowo-Gibran

Sengketa Pilpres 2024, Khofifah Yakin MK Menangkan Prabowo-Gibran

Surabaya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com