BANGKALAN, KOMPAS.com - Enam santri Pondok Pesantren Jabal Qur'an di Desa Parseh, Kecamatan Socah, Kabupaten Bangkalan, Jawa Timur, meninggal dunia karena tenggelam di danau buatan.
Usai peristiwa memilukan itu, polisi akan segera memasang rambu larangan memasuki area tambang kapur.
Kapolres Bangkalan, AKBP Hendro Sukmono mengatakan, sejak terjadinya peristiwa nahas pada Kamis (20/11/2025) petang, pihaknya telah memasang garis polisi di pintu masuk area tambang galian C itu.
"Saat ini sudah dipasang garis polisi. Kami tadi sudah lakukan olah TKP dan saat ini petugas masih melakukan penyelidikan di lokasi tersebut," ujarnya, Jumat (21/11/2025).
Baca juga: Penampakan Bekas Tambang Galian C yang Menyebabkan 6 Santri Tewas di Bangkalan
Selain itu, pihaknya juga akan menyiapkan plang tulisan larangan memasuki area danau buatan bekas tambang galian C itu.
"Kami akan minta petugas memasang tulisan larangan masuk area ini dan untuk pengurus pondok dan masyarakat sekitar diharapkan bisa berhati-hati," ungkapnya.
"Ini peringatan bagi kita agar anak-anak jangan main ke sini dan kita harus lebih mengawasi anak-anak saat bermain," tambahnya.
Selain itu, pihaknya juga mengimbau agar masyarakat tidak memviralkan kondisi tubuh enam korban di media sosial.
"Kami juga minta jangan diviralkan kondisi jenazah, kita harus berempati pada keluarga korban," pungkasnya.
Sebelumnya, enam santri itu pergi ke danau buatan tersebut tanpa sepengetahuan ustad.
Salah satu santri diduga tenggelam dan hendak ditolong oleh lima santri lain. Akibat permukaan danau cukup dalam, enam santri itu tenggelam.
Baca juga: 6 Santri di Bangkalan Tewas Tenggelam, TKP di Dekat Area Wisata Bukit Jaddih
Kejadian nahas itu baru diketahui oleh santri lain yang datang ke lokasi itu. Santri tersebut langsung memberi tahu ustad dan pengurus pesantren.
Proses evakuasi memakan waktu, sebab satu per satu santri harus diangkat ke permukaan.
Bahkan, akibat kejadian itu, salah satu pengurus pesantren dilarikan ke rumah sakit Syamrabu Bangkalan.
Adapun identitas enam korban tersebut yakni Louvin (9), Rosyid Ainul Yakin (10), Reynand Azka (9) serta Salman (9) berasal dari Surabaya.
Sedangkan dua korban lain yakni Moh Nasirudin Adrai (8) asal Kabupaten Sampang dan Muhammad Akhtar Muzain Ainul Izzi (7) asal Bangkalan.
Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang