Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Penyesalan Ismail, Tak Segera Kemasi Barang, Malah Ngopi saat Erupsi Gunung Semeru

Kompas.com, 21 November 2025, 11:00 WIB
Miftahul Huda,
Glori K. Wadrianto

Tim Redaksi

LUMAJANG, KOMPAS.com - Ismail (43) warga Desa Sumbermujur, Kecamatan Candipuro, duduk bersila di depan posko pengungsian SDN 4 Supiturang.

Tangan kanannya memegang segelas kopi. Sedangkan, di tangan kiri ada sebatang rokok kretek yang diputar-putar dengan jarinya.

Sesekali kepalanya menengadah melihat langit. Ia masih tidak percaya malam ini harus berada di posko pengungsian bersama tetangga lainnya.

"Rumah saya timurnya musala yang ambruk itu, habis semua sekarang tinggal fondasi," kata Ismail membuka cerita kepada Kompas.com, Kamis (20/11/2025) kemarin.

Ismail lalu menceritakan lokasinya saat detik-detik erupsi Gunung Semeru berupa luncuran awan panas menerjang aliran Sungai Besuk Kobokan.

Baca juga: Saat Warga Pronojiwo Kebingungan Harus Tinggal di Mana Usai Rumahnya Disapu Banjir Lahar Semeru...

Saat itu, masih pukul 14.00 WIB. Ismail dan para penambang lainnya berada di aliran Sungai Besuk Kobokan. Ada yang menambang pasir, ada juga yang mengumpulkan batu sungai seperti dirinya.

Tiba-tiba sirine peringatan pertama berbunyi, tanda awan panas Gunung Semeru mulai meluncur cepat dari puncak kawah jonggring saloko.

Posisi Ismail berdiri memang cukup jauh dari puncak yakni sekitar 10 kilometer. Namun, ia dan penambang lainnya tidak mau ambil risiko. Sehingga memutuskan pergi meninggalkan sungai.

"Jam dua itu ada informasi awan panas, saya lagi di sungai, langsung semua semburat keluar dari area sungai," ceritanya.

Baca juga: Seluruh Pendaki Gunung Semeru yang Tertahan di Ranukumbolo Sudah Tiba di Ranupane

Sesampainya di rumah, Ismail masih sempat mandi, salah zuhur, dan menyeruput kopi buatan istrinya sambil memantau perkembangan luncuran awan panas dari teras rumahnya.

Saat itu, kondisi Gunung Semeru memang tertutup kabut tebal. Sehingga, secara kasat mata maupun pantauan CCTV, tidak terlihat luncuran awan panas sudah sampai jarak berapa kilometer dari puncak.

Namun, rekaman seismograf, menunjukkan luncuran awan panas dengan amplitudo maksimal 40 milimeter masih terus berlangsung.

"Saya masih santai di rumah sambil lihat-lihat situasi sama tetangga itu ngobrol-ngobrol," kenang dia.

Saat kabut perlahan mulai menghilang, Ismail baru sadar luncuran awan panas sudah dekat dengan permukiman warga.

Baca juga: 200 Rumah Warga Terdampak Erupsi Semeru, 21 Rusak Parah

Sontak, ia langsung membawa pergi istri, anak, dan mertuanya keluar dari rumah menuju lokasi aman.

Halaman:


Terkini Lainnya
Ajak Warga Jatim Tanam Pohon, Khofifah: Paling Tidak Tiap Ulang Tahun
Ajak Warga Jatim Tanam Pohon, Khofifah: Paling Tidak Tiap Ulang Tahun
Surabaya
PTPN Sebut Warga Berstatus Karyawan BUMN di KTP adalah Pekerja Borongan
PTPN Sebut Warga Berstatus Karyawan BUMN di KTP adalah Pekerja Borongan
Surabaya
Banjir Lahar Semeru, Batu Besar Tutupi Jembatan Limpas, Akses 3 Dusun di Lumajang Terputus
Banjir Lahar Semeru, Batu Besar Tutupi Jembatan Limpas, Akses 3 Dusun di Lumajang Terputus
Surabaya
Alasan Kejari Situbondo Tuntut Kakek Pemikat Cendet 2 Tahun Penjara
Alasan Kejari Situbondo Tuntut Kakek Pemikat Cendet 2 Tahun Penjara
Surabaya
Infrastruktur di Lumajang yang Rusak akibat Banjir Lahar Diperbaiki dengan Skema Patungan
Infrastruktur di Lumajang yang Rusak akibat Banjir Lahar Diperbaiki dengan Skema Patungan
Surabaya
SEA Games 2025, Atlet Petanque Asal Kota Pasuruan Sumbang Medali Perunggu
SEA Games 2025, Atlet Petanque Asal Kota Pasuruan Sumbang Medali Perunggu
Surabaya
131 Jukir Liar di Surabaya Ditangkap Sepanjang 2025
131 Jukir Liar di Surabaya Ditangkap Sepanjang 2025
Surabaya
Gubernur Khofifah: Gula Merah Lumajang Bisa Dijual ke Pasar Internasional
Gubernur Khofifah: Gula Merah Lumajang Bisa Dijual ke Pasar Internasional
Surabaya
Mahasiswa Terdampak Bencana Sumatera, UTM Bebaskan UKT hingga Semester 8
Mahasiswa Terdampak Bencana Sumatera, UTM Bebaskan UKT hingga Semester 8
Surabaya
Curhat Kurir Paket di Banyuwangi, Kena Omel gara-gara Order Palsu
Curhat Kurir Paket di Banyuwangi, Kena Omel gara-gara Order Palsu
Surabaya
Khofifah Tinjau Pembangunan 2 Jembatan yang Ambruk di Lumajang, Pastikan Rampung 31 Desember
Khofifah Tinjau Pembangunan 2 Jembatan yang Ambruk di Lumajang, Pastikan Rampung 31 Desember
Surabaya
Antre 3 Jam di Pasar Murah Pemprov Jatim di Lumajang, Warga Pulang Tangan Kosong
Antre 3 Jam di Pasar Murah Pemprov Jatim di Lumajang, Warga Pulang Tangan Kosong
Surabaya
Unair Terjunkan Bantuan Teknologi dan Tim Manajemen Bencana ke Sumatera
Unair Terjunkan Bantuan Teknologi dan Tim Manajemen Bencana ke Sumatera
Surabaya
Banjir Bandang Probolinggo, Puluhan Rumah dan 4 Jembatan Rusak, Ribuan Warga Terisolasi
Banjir Bandang Probolinggo, Puluhan Rumah dan 4 Jembatan Rusak, Ribuan Warga Terisolasi
Surabaya
Harapan Para Tukang Becak Lansia asal Kota Pasuruan Penerima Becak Listrik: Semoga Diminati seperti Ojek Online
Harapan Para Tukang Becak Lansia asal Kota Pasuruan Penerima Becak Listrik: Semoga Diminati seperti Ojek Online
Surabaya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau