Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kebakaran Kilang Minyak, PT TPPI Tuban Dituntut Bertanggung Jawab atas Keselamatan Warga

Kompas.com, 17 Oktober 2025, 20:33 WIB
Hamim,
Andi Hartik

Tim Redaksi

TUBAN, KOMPAS.com - Pemerintah Desa Tasikharjo berencana menuntut pertanggungjawaban PT Trans Pacific Petrochemical Indotama (TPPI) Tuban atas pengabaian keselamatan warga saat terjadi kebakaran kilang minyak.

Kepala Desa Tasikharjo, Damuri mengatakan, ratusan warganya panik berlarian untuk menyelamatkan diri dan mengungsi secara mandiri saat melihat kebakaran terjadi di kilang PT TPPI pada Kamis (16/10/2025) sekira pukul 11.30 WIB.

Pihak perusahaan justru terkesan diam, tidak ada upaya evakuasi warga ataupun memberikan informasi yang jelas terkait keselamatan warga sekitar saat terjadi kebakaran.

Baca juga: Kebakaran Kilang PT TPPI Tuban Dipicu Adanya Kebocoran Pompa

"Warga takut dan trauma asap dari kebakaran tersebut beracun, jadi warga berlarian mengungsi secara mandiri," kata Damuri saat dikonfirmasi Kompas.com, Jumat (17/10/2025).

Damuri mengaku dirinya sempat berusaha menghubungi pihak perusahaan untuk meminta informasi kejadian, tapi tidak ada satu pun jawaban dari perusahaan.

Baca juga: Kebakaran Disertai Ledakan Terjadi di Kilang PT TPPI Tuban, Warga Panik Berlarian

Pihaknya juga akan tetap menuntut tanggung jawab perusahaan atas dampak yang terjadi di kilang PT TPPI, karena kejadian ini menyangkut keselamatan masyarakat.

"Saya tahu BUMN ini harus kita lindungi. Tapi, BUMN juga harus melindungi warga," ujarnya.

Menurutnya, sebelum kebakaran melanda kilang PT TPPI tersebut, pihaknya sempat berkeinginan menggelar dialog dengan pihak perusahaan terkait relokasi warga.

Namun, keinginannya untuk memperjuangkan warganya tersebut tidak pernah mendapatkan tanggapan dari pihak PT TPPI Tuban.

Rencananya, pihak pemerintah desa akan berkirim surat resmi ke Bupati dan DPRD Tuban serta Kementerian terkait atas persoalan warga sekitar PT TPPI. 

"Ini bukan sekadar protes, tapi demi keselamatan warga, karena sejak dulu kami minta dialog dan relokasi, tapi enggak pernah ada tanggapan," ungkapnya.

Sementara, Manager CSR & Comrel PT TPPI, Tinoto Hadi Sucipto mengatakan, setelah melihat situasi dan kondisi, pihak perusahaan belum sempat untuk memberikan declare evakuasi.

Meski begitu, pihak perusahaan sudah mengirimkan bus untuk membantu, namun warga yang panik sudah lebih dulu melakukan evakuasi.

"Dari perusahaan melihat situasi dan kondisi belum sampai untuk di declare evakuasi. Tapi, warga yang panik sudah lebih dulu melakukan evakuasi," kata Tinoto Hadi Sucipto.

Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang



Terkini Lainnya
Bus Wisatawan Jadi Tawanan Warga Lokal di Banyuwangi Gara-gara Tak Bayar Rp 150.000
Bus Wisatawan Jadi Tawanan Warga Lokal di Banyuwangi Gara-gara Tak Bayar Rp 150.000
Surabaya
Residivis Pencurian Ternak Serang Polisi Pakai Parang, Pelaku Tewas Tertembak
Residivis Pencurian Ternak Serang Polisi Pakai Parang, Pelaku Tewas Tertembak
Surabaya
Pemkot Surabaya Bakal Gelar Acara Galang Dana untuk Korban Banjir Sumatera
Pemkot Surabaya Bakal Gelar Acara Galang Dana untuk Korban Banjir Sumatera
Surabaya
Sikapi Polemik PBNU, Pengasuh Pesantren Tebuireng Ingatkan soal Pentingnya Musyawarah dan Qanun Asasi
Sikapi Polemik PBNU, Pengasuh Pesantren Tebuireng Ingatkan soal Pentingnya Musyawarah dan Qanun Asasi
Surabaya
Lokomotif Kereta Kertanegara Mogok di Kediri, Perjalanan Molor 151 Menit
Lokomotif Kereta Kertanegara Mogok di Kediri, Perjalanan Molor 151 Menit
Surabaya
BMKG Prediksi Cuaca Ekstrem di Surabaya dan 38 Kota/Kabupaten di Jawa Timur Mulai 11–20 Desember 2025
BMKG Prediksi Cuaca Ekstrem di Surabaya dan 38 Kota/Kabupaten di Jawa Timur Mulai 11–20 Desember 2025
Surabaya
Detik-detik Copet Beraksi di Stasiun Gubeng, KAI: Wajah Pelaku Sudah Teridentifikasi
Detik-detik Copet Beraksi di Stasiun Gubeng, KAI: Wajah Pelaku Sudah Teridentifikasi
Surabaya
Ajak Warga Jatim Tanam Pohon, Khofifah: Paling Tidak Tiap Ulang Tahun
Ajak Warga Jatim Tanam Pohon, Khofifah: Paling Tidak Tiap Ulang Tahun
Surabaya
PTPN Sebut Warga Berstatus Karyawan BUMN di KTP adalah Pekerja Borongan
PTPN Sebut Warga Berstatus Karyawan BUMN di KTP adalah Pekerja Borongan
Surabaya
Banjir Lahar Semeru, Batu Besar Tutupi Jembatan Limpas, Akses 3 Dusun di Lumajang Terputus
Banjir Lahar Semeru, Batu Besar Tutupi Jembatan Limpas, Akses 3 Dusun di Lumajang Terputus
Surabaya
Alasan Kejari Situbondo Tuntut Kakek Pemikat Cendet 2 Tahun Penjara
Alasan Kejari Situbondo Tuntut Kakek Pemikat Cendet 2 Tahun Penjara
Surabaya
Infrastruktur di Lumajang yang Rusak akibat Banjir Lahar Diperbaiki dengan Skema Patungan
Infrastruktur di Lumajang yang Rusak akibat Banjir Lahar Diperbaiki dengan Skema Patungan
Surabaya
SEA Games 2025, Atlet Petanque Asal Kota Pasuruan Sumbang Medali Perunggu
SEA Games 2025, Atlet Petanque Asal Kota Pasuruan Sumbang Medali Perunggu
Surabaya
131 Jukir Liar di Surabaya Ditangkap Sepanjang 2025
131 Jukir Liar di Surabaya Ditangkap Sepanjang 2025
Surabaya
Gubernur Khofifah: Gula Merah Lumajang Bisa Dijual ke Pasar Internasional
Gubernur Khofifah: Gula Merah Lumajang Bisa Dijual ke Pasar Internasional
Surabaya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau