Menu yang disajikan pun bervariasi, mulai dari ayam, ikan, daging, hingga telur.
Salah satu siswi kelas VII, Amira (12) mengungkapkan bahwa menu MBG yang paling disukainya yakni mie ayam dan chicken katsu.
“Kalau aku paling suka mie ayam sama chicken katsu karena enaknya aja dan juga jarang makan itu,” ungkap Amira.
Ia mengaku buah-buahan yang disediakan pada menu MBG juga sangat bervariasi dan selalu segar.
“Buahnya juga selalu enak-enak dan segar, kayak hari ini dikasihnya pisang, pernah juga dapat buah pir, anggur, jeruk,” tuturnya.
Senada, Zafirah (12), siswi kelas VII lainnya mengatakan, semenjak ada MBG, dia tidak pernah lagi membawa bekal sehingga menghemat uang sakunya.
“Semenjak ada MBG jadinya enggak perlu bawa bekal lagi dan uang jajan jadi lebih hemat,” kata Zafirah.
Pada kesempatan yang sama, Kepala Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) Wonocolo, Samsudin Duka menuturkan, salah satu tantangan terbesar yang sering dihadapi yakni mengolah bahan makanan yang kurang disukai siswa, seperti sayur agar menjadi menu yang lezat.
“Karena kan menu MBG itu wajib ada sayur, awalnya anak-anak itu bayak yang sayurnya enggak habis, akhirnya kemarin kita coba buat sup, ternyata banyak yang suka,” ucapnya.
Selain itu, memastikan kelayakan bahan-bahan mentah yang digunakan agar tetap selalu segar.
“Misalnya ayam itu saya enggak pernah ambil ayam potong pasar karena rentan ada bakteri salmonella, yang mana kalau satu kena langsung cepat menyebarnya, kami selalu ambil langsung dari peternaknya,” kata dia.
“Terus air untuk memasak saya hanya pakai air galon bukan air mentah. Kami juga enggak pernah ada stok bahan makan, setiap hari harus selalu habis agar selalu fresh,” kata dia.
Baca juga: Hasil Uji Makanan Program MBG di Klaten, Ditemukan Bakteri Penyebab Keracunan
Setelah makanan tersebut siap saji, setiap koordinator divisi juga wajib mencicipi untuk memeriksa kelayakan hidangan tersebut.
“Jadi setelah beres masak, mereka harus coba makanan itu dulu, bahkan setelah sampai di sekolah nanto bagian distribusi akan wajib untuk mencicipi lagi apakah makanan itu masih hangat, bau atau tidak,” tuturnya.
Dengan 927 siswa penerima, SMPN 13 Surabaya menjadi salah satu sekolah yang dinilai paling tertib dalam pelaksanaan MBG.
Setiap hari, distribusi makanan dipantau melalui grup WhatsApp antara sekolah dan pihak SPPG.
“Jadi kalau semisalnya ternyata ada siswa yang alergi makanan tertentu, saya selalu minta pihak sekolah untuk mengirimkan kritik dan saran setiap harinya atau biasanya siswa bakal kasih makanan itu ke temannya,” katanya.
Ia juga menegaskan bahwa setiap harinya selalu ada koordinator lapangan BGN Wonocolo yang berkeliling ke masing-masing sekolah untuk memastikan tidak adanya kasus keracunan makanan.
“Jadi kalau ternyata ketika makanan itu sampai di siswa ditemukan ada bahan yang busuk atau tidak layak langsung berikan ke kita, langsung kita ganti hari itu juga,” ucapnya.
Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang