SURABAYA, KOMPAS.com - Limbah popok dan pembalut sekali pakai telah menyumbang 31 persen pencemaran sungai di Surabaya. Hal tersebut dikhawatirkan memengaruhi kualitas air PDAM.
Berdasarkan data Bank Dunia, sebesar 33,3 persen sampah di Surabaya merupakan limbah organik, kemudian 33,5 persennya sampah plastik dan 31 persen adalah sampah popok.
Selain itu, menurut Bank Dunia, Surabaya di posisi pertama kota dengan pencemaran sampah popok terbanyak di Indonesia. Lalu, ada Manado dengan 26,4 persen dan Makassar 23,7 persen.
"Dari data yang kita punya dan diberi oleh Bank Dunia, Surabaya ini di Sungai Brantasnya banyak sampah yang tidak bisa didaur ulang," kata Eri, di Gedung Sawunggaling, Selasa (14/10/2025).
"Salah satunya adalah yang paling terbanyak sampai bertonton adalah (limbah) pembalut dan dan popok bayi," ujarnya.
Baca juga: Tangan Nur Ahmad Diamputasi Saat Evakuasi Insiden Al Khoziny, Eri Cahyadi Janji Bantu Beri Kerja
Eri mengatakan, limbah popok dan pembalut sekali pakai tersebut bisa memengaruhi Sungai Brantas. Oleh karena itu, dia meminta masyarakat untuk tidak membuangnya ke aliran air.
"Karena kalau di Sungai Brantas maka secara otomatis akan mempengaruhi kualitas air PDAM. Makanya petugas setiap hari mengambil terus, enggak pernah berhenti," ujarnya.
Dengan demikian, kata dia, Pemkot Surabaya bakal sosialisasi penggunaan popok dan pembalut kepada warga dan rumah sakit sehingga mereka lebih memanfaatkan yang bisa didaur ulang.
"Yang saya pikirkan adalah bagaimana mengubah mindset masyarakat dan ibu-ibu dan wanita ini untuk bisa berubah menjadi tidak sekali pakai atau bisa didaur ulang," ucapnya.
"Sehingga sejak setahun lalu kami bekerja sama dengan rumah sakit, kami bekerja sama dengan ibu-ibu yang ada di Kecamatan Wonokromo, Pabean Cantikan," ujar Eri.
Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang