PASURUAN, KOMPAS.com - Suara beduk adzan menggema dari mushala kecil, menghentikan aktivitas siswa Sekolah Rakyat Menengah Pertama (SRMP) 28 Pasuruan.
Puluhan siswa dengan riang beranjak dari ruangan kelas menuju ruang makan, menantikan waktu makan siang dengan menu yang selalu berganti.
"Kalau makan siang seperti ini yang selalu saya tunggu. Karena tadi sudah belajar di kelas. Pasti menunya enak. Ada buah, juz buah, dan sayur," ungkap Ardiansyah, salah satu siswa SRMP 28 Pasuruan, Selasa (14/10/2025).
Ardiansyah mengungkapkan harapannya untuk masa depan yang lebih baik setelah bergabung di sekolah rakyat, mengingat orang tuanya tidak mampu membiayai pendidikan.
"Saya ingin sekolah terus atau kuliah. Kemudian bisa bekerja agar dapat membantu orang tua," tambahnya.
Baca juga: Kuota Sekolah Rakyat Rintisan Sragen Hampir Penuh, Pendaftaran Ditutup 17 Oktober
Siswa lainnya, Adinda, juga merasakan manfaat dari program unggulan Prabowo Gibran.
Dia mengaku hanya membutuhkan seminggu untuk beradaptasi dengan kehidupan di asrama.
"Semua jadwal kegiatan harus diatur sejak bangun tidur hingga menjelang tidur lagi. Bahkan saya sudah tidak tertarik main handphone," katanya sambil tertawa.
Kedisiplinan sangat terasa di SRMP 28 Pasuruan.
Saat memasuki ruang makan, sebanyak 50 siswa berbaris rapi.
Mereka mengetuk pintu dan mengucapkan salam kepada petugas catering sebelum menerima makanan dan duduk rapi untuk menyantap hidangan.
Doa makan pun terdengar lirih sebelum mereka mulai makan.
Yuli Prihatini, Kepala Sekolah SRMP 28 Pasuruan, menyatakan rasa syukurnya atas kesempatan mengelola sekolah rakyat.
Baca juga: Menunggu Janji Mensos, Sekolah Rakyat di Jombang Belum Miliki Laptop untuk Pembelajaran Digital
"Sejak dua bulan berdirinya sekolah ini, saya harus pulang malam untuk memastikan semua anak didik dapat beristirahat," ujarnya.
Dia menjelaskan bahwa lokasi sekolah yang berada di jalan raya pantura cukup bising, sehingga semua guru berusaha memastikan proses belajar dan istirahat siswa tidak terganggu.